Sejak Nares-Danar bercerai, acara kumpul keluarga itu tidak pernah terjadi lagi. Kiky hanya bertemu Danar saat lebaran. Saat ia mudik ke rumah Eyang Putri di Yogya dan Danar menungjungi mantan mertuanya. Kunjungan yang tak pernah berlangsung lama.
Tapi kemudian Eyang Putri tinggal di Bogor bersama salah satu adik Nares. Sejak itu Kiky tidak pernah lagi bertemu Danar. Sosok ayah yang sejak perceraian orangtuanya samar, perlahan-lahan semakin memudar. Sampai akhirnya ia merasa kehilangan sosok ayah, laki-laki dewasa satu-satunya dalam hidupnya.
Ia sering iri pada teman-temannya. Hampir semua temannya punya ayah yang bisa mereka ceritakan. Jalan-jalan sama ayah. Main sama ayah. Ke sekolah diantar ayah. Rasanya keren. Salah satu temannya, Visca, ayahnya kerja di kota lain. Ia jarang bercerita jalan-jalan atau main sama ayahnya. Tapi ia punya kakek dan paman yang bergantian mengantar dan menjemputnya. Sayangnya tidak satu pun yang Kiky punya.
Kiky sering membayangkan punya ayah seperti laki-laki yang dilihatnya di tivi. Di film, sinetron, atau iklan.
Ia pernah membayangkan punya ayah seperti Roy Marten. Itu bintang film favorit ibunya. Ganteng dan kebapakan. Tapi kemudian ia merasa Roy terlalu tua untuk jadi ayahnya. Jadi ia kemudian beralih pada Tio Pakusadewa. Laki-laki itu tampak gagah dan berwibawa. Tapi setelah membaca riwayat kehidupan Tio, Kiky merasa ngeri sendiri.
Setelah itu ia beberapa kali membayangkan punya ayah seperti bintang sinetron atau iklan yang tidak ia ketahui namanya. Ia sengaja tidak mencari tahu siapa mereka itu. Melihat penampilan bintang-bintang berumur itu dan menangkap citra mereka sudah cukup. Takutnya kalau tahu banyak malah jadi kecewa.
Kiky senang mengkhayalkan dirinya bersama ayah imajinasinya itu. Diantar jemput sekolah. Diajak jalan-jalan. Keasyikannya bersama ayah khayalan bertambah ketika kegiatan Nares semakin bertambah.
Kiky terkadang juga mengkhayalkan kehadiran seorang kakek. Ia mencoba mereka-reka penampilan Eyang Kakung yang dilihatnya di foto yang terpasang di tembok rumah Eyang di Yogya. Mencoba memasangkan wajah itu pada postur laki-laki tua yang dilihat di tivi atau dijumpai di suatu tempat.
Anehnya yang muncul malah gambaran laki-laki tua lain yang sama sekali tidak mirip dengan Eyang Kakung. Laki-laki tua yang terkesan kuno dan kampungan. Dengan baju jawa surjan dan blangkon sebagai penutup kepala.
Kiky terganggu dengan kehadiran laki-laki tua itu awalnya. Ia merusak gambarannya tentang Eyang Kakung yang ganteng, gagah, dan klimis dengan setelah jasnya. Khas penampilan priyayi masa lalu yang sering Kiky lihat di buku sejarah.
Berkali-kali Kiky berusaha menghapus bayangan kakek tua bersurjan dari pikirannya. Tapi setiap kali dihapus bayangan itu datang lagi. Begitu terus. Bahkan laki-laki tua itu akhirnya menghapus gambaran Kiky tentang Eyang Kakung.
Karena terus-menerus datang, Kiky jadi akrab dengan kakek bersurjan. Ia mulai bercakap-cakap dengan laki-laki tua itu. Bercerita padanya. Tentang kejadian hari itu. Tentang perasaan-perasaannya.
Kakek itu pendengar yang baik. Mau mendengar apa saja yang Kiky ceritakan. Kakek juga suka mengajak Kiky berjalan-jalan. Ke tempat yang Kiky ceritakan. Membawa Kiky mengulang saat-saat menyenangkan. Menghidupkan kembali kebahagian yang sudah berlalu.
Suatu hari Kiky bercerita pada Kakek tentang keluarganya. Ia berkata, ayahnya yang sudah bercerai dengan ibunya, bukan ayah kandungnya. Lalu ia bertanya, apakah Kakek bisa membantu mencari ayah kandungnya? Kakek tidak berkata apa-apa. Ia hanya mengajak Kiky pergi menonton pertunjukan wayang. Itu pertama kalinya ia menonton pertunjukan wayang.
Sekarang Kiky sudah tidak ingat lagi. Berapa kali ia diajak Kakek menonton wayang.
Setiap kali Kiky gelisah dengan asal-usulnya, bertanya tentang siapa sebenarnya ayah kandungnya, Kakek pasti datang. Entah hari itu juga atau besoknya. Mengajaknya menonton wayang. Itu menumbuhkan niat dalam hati Kiky untuk mencari ayahnya suatu saat nanti.
Dan suatu saat itu telah tiba. Sekarang inilah saatnya. Ibunya pasti tidak mau memberi tahu, siapa ayah kandungnya. Jadi Kiky akan mencoba bertanya pada orang lain.
Kiky tidak tahu, apakah pertunjukan wayang yang dilihatnya bersama Kakek bisa menjadi petunjuk. Kalau memang itu petunjuk, apakah dalang yang terbunuh itu adalah ayahnya? Kalau iya, berarti ia tidak akan pernah bertemu dengannya. Biar begitu ia merasa harus mencari tahu. Siapa sebenarnya ayahnya dan kalau ia sudah meninggal, di mana dikuburkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
WANODYA: Ayahku adalah Ayah Ibuku (Lengkap)
Ficción GeneralKalau bukan Danar, lalu siapa sebenarnya ayah kandungnya? Belasan tahun pertanyaan itu menggelisahkan Kiky. Ketika suatu saat ia punya keberanian mendesak Nares untuk berterus terang siapa sebenarnya ayah kandungnya, pengakuan ibunya justru membuat...