Penginapan itu tak seberapa jauh dari stasiun kereta. Kalau tidak macet bisa ditempuh kurang dari lima belas menit dengan taksi. Naik ojek lebih cepat lagi. Kiky sudah memesan kamar sejak punya rencana ke Yogya. Bukan penginapan besar. Hanya punya enam kamar. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari penginapan ini. Semua yang ada di sini bisa Kiky temukan di penginapan lain. Kecuali satu hal. Tulisan tentang pergelaran wayang kulit yang diunggah di situs webnya.
Ia tengah berselancar di internet mencari informasi tentang pergelaran wayang kulit ketika itu. Salah satu yang muncul dalam daftar pencarian adalah tulisan tentang Ruwatan Murwakala yang diunggah dalam situs web penginapan ini. Agak berbeda dengan situs web penginapan lain. Situs web penginapan ini tidak seluruhnya berisi promosi. Bahkan gambar penginapan, kamar, dan fasilitas lain terkadang hanya muncul sebagai sisipan tulisan.
Tulisan itu di bagian awal memaparkan tentang Batara Kala. Menurut Kitab Manikmaya, Batara Kala lahir dari hubungan seks Batara Guru dan Batari Uma yang gagal. Sperma atau kama Batara Guru terlepas ke lautan dan menjadi raksasa. Dialah Batara Kala.
Bagian selanjutnya berisi tentang orang-orang yang perlu diruwat. Orang-orang itu disebut sebagai orang panas.Yaitu orang yang terlahir dari hubungan seks yang salah waktu atau melanggar norma. Karena kesalahan dan pelanggaran itulah mereka hidup dalam dosa dan kutukan sehingga harus diruwat. Jika tidak diruwat, orang-orang panas tak hanya terancam hidupnya, tapi juga bisa membahayakan hidup keluarga maupun orang-orang sekitar. Mereka yang masuk dalam kelompok orang panas dan harus diruwat disebut sukerto.
Lakon pewayangan Murwakala intinya berisi penyucian atau pembebasan dewa yang bernoda menjadi suci lagi. Ceritanya bisa tentang dewa yang dihukum menjadi manusia kemudian disucikan dan kembali menjadi dewa. Atau dewa yang dihukum sehingga sengsara hidupnya, kemudian dibebaskan dari kesengsaraan.
Kiky tertarik membaca tulisan itu. Bukan pada jalan cerita pewayangannya. Tapi pada tujuan dipentaskannya cerita itu, ruwatan. Sebuah tradisi penyucian diri agar terhindar dari malapetaka. Kiky lalu mengirim komentar di bawah tulisan. Bertanya adakah pergelaran wayang untuk ruwatan dalam waktu dekat? Pengelola situs web itu kemudian menjawab. Jarang Mbak. Tidak banyak lagi orang yang percaya hal begitu. Biayanya juga mahal.
Itu perkenalannya dengan penginapan yang akan ditinggalinya ini. Waktu berencana ke Yogya, ia memutuskan akan menginap di penginapan ini. Tidak terlalu yakin ada yang akan ia dapat di sini. Tapi ia merasa berada di lingkungan orang yang tahu tentang pergelaran wayang ruwatan itu akan mengantarnya mendekati tujuan: menerjemahkan mimpi.
"Malam. Saya sudah pesan kamar beberapa hari lalu," kata Kiky pada seorang laki-laki di meja penerima tamu. "Atas nama Laksmi Dyah Rukmini."
Laki-laki itu menekan tombol komputer di depannya. Tak sampai lima menit kemudian Kiky sudah berada di dalam kamarnya. Sebuah kamar dengan perabot dan penataan modern. Berbeda dengan ruang tamu yang terkesan tradisional.
Kamar yang Kiky tempati seluas tiga puluh meter persegi. Dengan dua ranjang ukuran besar. Cukup untuk tidur empat orang, batinnya. Tapi ia akan tidur sendirian di sini beberapa malam ini. Yah. Selain akan bertemu Danar, ia punya rencana lain di Yogya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
WANODYA: Ayahku adalah Ayah Ibuku (Lengkap)
Genel KurguKalau bukan Danar, lalu siapa sebenarnya ayah kandungnya? Belasan tahun pertanyaan itu menggelisahkan Kiky. Ketika suatu saat ia punya keberanian mendesak Nares untuk berterus terang siapa sebenarnya ayah kandungnya, pengakuan ibunya justru membuat...