"Kapan pun kamu ke Yogya, jangan sungkan hubungi Papa," kata Danar saat Kiky melepaskan pelukannya.
"Pasti, Pa," jawab Kiky. "Ibu," katanya sambil ganti memeluk Mita. "Makasih. Makasih untuk semuanya."
"Iya. Sama-sama," jawab isteri Danar. "Hati-hati di jalan. Salam buat Mama, ya?"
Kiky melepaskan pelukannya. Lalu berjalan menuju pintu peron. Setelah melalui pemeriksaan petugas ia berhenti. Menoleh. Tampak Danar dan Mita masih di tempatnya. Memandang padanya. Seolah tahu Kiky akan menoleh pada mereka. Kiky tersenyum lebar. Melambaikan tangan sebelum kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju peron.
Tujuh belas menit kemudian kereta yang akan membawa Kiky kembali ke Surabaya mulai bergerak meninggalkan stasiun. Kiky melemparkan pandangan ke luar jendela. Tidak ada yang berubah dengan orang-orang di luar sana. Mereka tetap asyik dengan kegiatan masing-masing. Tak peduli sebuah kereta jurusan Surabaya tengah memulai perjalanannya. Bahkan mungkin mereka tidak menyadarinya.
Kiky menghela napas panjang. Berkali-kali ia melakukan perjalanan pulang dari Yogya ke Surabaya. Tapi sekali ini ia merasa perjalanannya berbeda. Ia seperti baru saja menyelesaikan sebuah misi besar. Apa yang dikerjakannya memang belum tuntas. Ia belum berhasil menemukan bapak kandungnya. Tapi kalau Warsi memang tidak ingin memberi tahu Kiky siapa bapaknya, ia tidak akan memaksa. Ia ikhlas.
Ia merasa beruntung bisa melacak keberadaan ibu kandungnya. Ia yakin ada banyak sekali anak seperti dirinya. Anak yang terpisah dari ibu kandungnya. Entah karena lahir di luar kehendak orangtua atau keadaan memaksa si orangtua berpisah dengan anak mereka. Tidak semua anak-anak itu seberuntung dirinya bisa bertemu dengan orangtua atau ibu kandungnya.
Kiky merasa lega kini. Semua sudah jelas sekarang. Ia sudah tahu kebenaran yang selama lebih dua puluh tahun disembunyikan dari dirinya.
Satu tahap kehidupan telah ia lalui. Ia tidak tahu apakah kebenaran ini akan membuat hidupnya lebih baik, sama saja, atau lebih buruk dari sebelumnya. Tidak ada yang tahu. Agar tahu kita harus menjalani. Dan Kiky siap menjalani kehidupannya yang baru. Menjadi anak dari dua atau bahkan tiga perempuan sekaligus. Terdengar lucu. Tapi kehidupan memang kadang seperti itu.
Kereta api terus bergerak ke timur. Sebentar lagi akan memasuki Stasiun Klaten. Kiky merasakan matanya menggenang. Tapi ia tidak ingin mengusapnya. Ia ingin membiarkan ke mana genangan air itu akan mengalir.
---TAMAT---
KAMU SEDANG MEMBACA
WANODYA: Ayahku adalah Ayah Ibuku (Lengkap)
Ficción GeneralKalau bukan Danar, lalu siapa sebenarnya ayah kandungnya? Belasan tahun pertanyaan itu menggelisahkan Kiky. Ketika suatu saat ia punya keberanian mendesak Nares untuk berterus terang siapa sebenarnya ayah kandungnya, pengakuan ibunya justru membuat...