Angin sore menyapu semua pepohonan di tempat itu, menjatuhkan setiap helai daun yang layu di atas liang lahat sekitarnya, kicauan burung terdengar dengan merdu menambahkan kesan rindu yang mendalam.
"eomma~
appa~
Annyeong~"
Ia duduk diantara kedua bongkahan tanah itu yang dilindungi oleh pohon rindang.
"jihoonie merindukan kalian,ahh padahal kita baru bertemu minggu lalu"
Terselip kekehan sesudah kalimatnya bersamaan dengan seseorang yang berlari dari arah belakangnya dengan kedua tangan penuh dengan bunga.
"annyeong bibi paman, maaf Daniel baru melihat kalian, ahh dan ini hadiah untuk kalian dariku" ia tersenyum seraya meletakkan bunga itu di atas bongkahan itu.
Jihoon hanya memandang kedua lisan itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
"ji, kau baik-baik saja?"
"hmm, cha~acaramu sebentar lagi akan dimulai"
"kenapa sebentar? Kau tidak merindukan orangtuamu?"
"aku baru kesini minggu lalu, bukankah kau yang memaksaku kemari?"
Jihoon beranjak dari sana meninggalkan Daniel yang masih melihat lisan kedua orangtuanya.
"sampai jumpa paman bibi, aku akan menepati janjiku pada kalian"
.
.
.
.
.
.
Acaranya baru dimulai beberapa menit yang lalu, Jihoon dan juga Daniel baru saja sampai ketempat yang mereka tuju, acara reuni.Semua sudah berkumpul, saling menyapa, berpelukan, tertawa dengan pembahasan mereka.
Untuk kesekian kalinya Jihoon diajak oleh Daniel mengikuti acara membosankan ini, ingat Jihoon itu introvert, tidak ada yang berteman dengannya, dan Jihoon masa bodo dengan itu, cukup Daniel saja yang tahu dirinya.
Ia hanya menikmati cake dan juga cemilan yang sudah disediakan dan memilih di tempat sudut ruangan.
Mungkin cukup untuk menghilangkan suntuk dan juga tak akan ada yang mengganggunya.
Matanya tertuju pada Daniel yang sedang bicara dengan salah satu temannya, senyum tak lepas dari pria itu, terkekeh kecil saat temannya terlihat aneh dengan segala tingkahnya, siapa lagi kalau bukan Park Woojin.
Karena itu ia tidak ingin bergabung.
Bisa aku menyelinap keluar?
Mereka tidak menganggapku, bahkan menghindar dariku.
Hei aku tidak peduli tentu saja!
Pikiran yang buruk untuk keluar dari sini, aku ingin tahu bagaimana orang-orang melihatmu?
Bagaimana bisa mereka menyukaimu?
Tidak ada yang membencimu.
Apa kau begitu disenangi oleh mereka?
Jihoon meneguk wine di gelas miliknya dengan sekali teguk, ia ingin pergi dari sana untuk menunggu dimobil saja.
"tunggu! Kau mau kemana? Acara intinya akan dimulai"
Daniel meraih pergelangan tangan putih itu, menahan tentu saja sebelum pergi dari sana.
"karena acara inti ini aku ingin keluar saja, aku akan menunggumu dimobil"
"tidak" ia beralih menggandeng tangan itu dan melihat pembawa acara akan memulai inti dari acara.
"ini membosankan, lepaskan tanganmu. Kenapa aku harus melihat orang berdansa? Acaranya aneh" cueknya dan melepaskan genggaman tangan Daniel darinya.
"apanya yang aneh? Kau bahkan tiap tahun melihat ini Park Jihoon"
"tetap saja aneh, yaa! Kenapa kau tidak menerima tawaran dari wanita-wanita itu eoh? Biasanya kau dengan senang hati akan menerimanya, lihat wanita yang kau tolak beberapa menit yang lalu, dia mabuk"
Jihoon kembali menyuapi cake kedalam mulutnya, melihat semua orang berdansa. Ada beberapa yang tidak ikut bergabung termasuk ia dan juga Daniel dan beberapa memilih berbincang.
Alunan musik terdengar merdu di dalam ruangan itu, membuat Jihoon ingin tidur dikasur kesayangannya.
"haruskah kita menari?"
Tanpa menunggu jawaban dari pemuda itu,Daniel meraih kedua tangan Jihoon dan meletakkan di kedua bahu lebar miliknya, dan bergerak mengikuti alunan musik.
"apa yang kau lakukan??! Yak!"
Jihoon berusaha melepaskan kedua tangan Daniel yang berada dipinggangnya tapi alih-alih melepaskan Daniel malah merapatkan tubuhnya.
"aku hanya ingin berdansa denganmu, tidak lebih"
"astaga, kenapa kau tidak bawa saja kekasihmu kemari??"
Dengan ragu-ragu pemuda manis itu kembali meletakkan kedua tangannya di tepi bahu Daniel.
"aku sudah mengajaknya, tapi dia ada urusan" Daniel menjawabnya dengan bahu ia angkat dan masih mengikuti setiap alunan.
"ya aku juga tahu itu, kekasihmu benar-benar sibuk dengan modelingnya. Ahh apa kau tahu? Aku tidak pernah nyaman diacara ini"
"aku tahu"
"semua orang terlalu banyak bicara"
"aku tahu itu Jihoon-ah"
"semua orang membenciku saat mereka tahu aku berteman denganmu"
"...."
Jihoon terdiam sebentar dengan senyuman miris ia beri kepada Daniel, ia mendongakkan kepalanya "tapi aku tidak peduli" ujarnya kembali.
"aku tidak peduli tentang mereka yang menganggapku parasit dalam hidupmu"
"karena kau selalu bersamaku,semua hal buruk menghilang"
"..."
"kau membuatku seperti aku menjadi seseorang"
"aku bisa menghadapi hal buruk itu saat kau bersamaku"
"gumawo niel"
Daniel tidak tahu harus bereaksi seperti apa, ia tidak tahu makna setiap kata yang Jihoon lontarkan, melihat kedua netra cantik itu sendu membuatnya menghentikan dansa mereka.
Percayalah,Mereka tidak sadar bahwa hanya mereka berdualah menjadi tontonan selama beberapa menit.
Semua orang tercengang dengan itu, pikiran lain mulai memenuhi mereka.
"apa yang kau bicarakan Jihoon-ah?"
Jangan membuatku menyedihkan niel!!!
"tidak ada, bisa kita pergi sekarang?? Teman-temanmu sedang membicarakan kita"
Daniel melihat arah pandangan Jihoon dan ia sadar sepenuhnya bahwa ia pusat perhatian sekarang.
Ia menarik tangan Jihoon keluar dari sana, dan sebelum itu berpamitan dengan teman-temannya terlebih dahulu dengan alasan pekerjaannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUE
#251019
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be there for you, I'm here for you (NIELWINK)√
Romance(COMPLETED) "tidak ada yang bisa melakukan ini" Akankah aku masih bisa bertahan di sampingmu? Haruskah aku melangkah mundur menghadapi kenyataan yang ada? Haruskah aku pergi? Dan apakah kau menyadari keberadaanku selama ini? Ku harap aku tak akan...