Aku tertawa melihat wajah kesalnya barusan, aku menghentikan tawaku dan mengatur napasku yang terengah.
"tapi aku memang sekarat" gumamku yang hanya dapat aku dengar sendiri.
Jihoon di toilet tentu dia tidak akan mendengarkan ucapanku barusan.
Tidak, aku tidak punya riwayat penyakit mematikan seperti yang kalian pikirkan tentu saja tidak. Jangan pikir ini drama-drama yang diluar sana oke?
Kalian tahu? Aku sekarang benar-benar bingung harus bagaimana.
Entahlah aku tidak tahu bagaimana harus menggambarkan kata 'sekarat' yang aku sebutkan tadi. Sudahlah kalian tidak akan mengerti maksudku bukan? Lupakan.
Aku mengingat kembali wajah manisnya yang menangisiku ditaksi, melihat airmata itu membuat dadaku sakit. Sudah lama Jihoon tidak melihatkan airmatanya padaku semenjak orang tuanya meninggal.
Seakan Jihoon kembali membuka dirinya yang dulu tanpa aku sadari, memikirkan Jihoon membuat kepalaku sakit.
Ah sial! Kepalaku berdenyut sungguh ini menyakitkan! Aku menarik napasku dalam-dalam untuk meredakan sakitnya dan syukurlah sakitnya mereda.
Jihoon sudah keluar dari toilet dengan kaos putih besar dengan training hitam yang baru, setidaknya itu layak daripada pakaian penuh darah tadi.
"bisa aku minta ambilkan minum?" ucapku saat Jihoon akan menidurkan badannya di sofa besar itu, mendengar ucapanku Jihoon hanya diam dan mengambilkan aku air dispenser di sudut ruangan lalu memberikan gelas itu padaku.
"terimakasih" lagi ucapanku hanya dianggap angin lalu olehnya. Aku menyerahkan gelas kosong itu padanya dan melihat Jihoon meletakkan gelas itu di meja samping bangsalku lalu langkah kecilnya kembali mengarah kesofa dan duduk disana.
"kau ingin tidur?" tentu saja aku akan mengucapkan apapun untuk membuatnya bicara.
"ahh ayolah! Jam berapa sekarang? Ini sudah jam tiga dini hari dan hell! Kau habis kecelakaan pak dan istirahatlah oke? Aku lelah" mendengar ucapannya membuatku paham, Jihoon kelelahan karenaku.
"tidurlah dan jangan banyak bergerak" Jihoon menaikkan selimutku hingga kedada, aku tidak sadar dia sudah disampingku ah mungkin aku melamun tadi.
"jika kau membutuhkanku panggil saja aku. Aku di sini bersamamu." ujarnya membuatku bingung dengan kalimatnya.
Aku melihat kedua matanya yang memandangku lekat. Satu hal yang aku sesali saat ini aku tidak bisa memahaminya .
Mendapat respon aku yang diam, Jihoon kembali ketempat semula dan menidurkan badannya dengan selimut tipis membaluti tubuh kecilnya. Jihoon membelakangiku saat ini. Apa yang bisa aku pahami tentang Jihoon? Tidak ada.
Aku menghela napasku pelan saat kepalaku kembali sakit, kurasa kepalaku retak tapi dokter mengatakan kepalaku baik-baik saja.
Seperti yang Jihoon suruh, aku harus tetap sadar dan selama dokter memeriksaku mataku tidak bisa ditutup mengingat Jihoon menangis dan menungguku diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be there for you, I'm here for you (NIELWINK)√
Romance(COMPLETED) "tidak ada yang bisa melakukan ini" Akankah aku masih bisa bertahan di sampingmu? Haruskah aku melangkah mundur menghadapi kenyataan yang ada? Haruskah aku pergi? Dan apakah kau menyadari keberadaanku selama ini? Ku harap aku tak akan...