Part; 11

514 65 4
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknyaaaa dengerin ost hotel deluna yang judulnya ada Diatas👆😉
















Aku membuka GPS dalam ponselku saat panggilan pria brengsek itu mematikan ponselnya.

Yaa benar, aku memasang GPS padanya. Ah kalian ingin mengatakan aku penguntit bukan? Ck jangan menuduhku sembarangan dulu, aku hanya selalu cemaskan dirinya. Lupakan! Aku harus menemui Daniel terlebih dahulu aku sudah menemukan lokasinya.

Perasaanku mengatakan Daniel tidak baik-baik saja sekarang.

Segera aku keluar dari apartemenku dan menghentikan taksi yang kebetulan lewat didepanku.

"ajhussi antarkan aku ke xxx!" tanpa banyak bicara paman yang mengantarku melajukan mobilnya saat aku menyuruhnya melajukan mobil itu dan mendesaknya.

"hei nak apa kau tidak kedinginan hanya menggunakan piyama itu?"

Dan aku baru sadar aku hanya menggunakan piyama saat ini,piyamaku tidak penting sekarang. Aku hanya memikirkan Daniel saat ini.

Waktu seakan berhenti saat aku melihat mobil yang aku kenal berada di pembatas jalan dengan asap menggepul dibagian depan mobil itu, apa—dia baik-baik saja?

"berhenti ajhussi!!"

Aku keluar dari taksi tanpa membayarnya terlebih dahulu, segera aku berlari kearah pengemudi "ya tuhan Daniel! Hei bangun! Yak Kang Daniel!!"

Aku menepuk pipinya yang penuh darah itu, air mataku jatuh dan aku sadar aku menangis saat ini. Tangan mungil ini terus membangunkannya, tidak ada orang di sekitar sini dan apa yang harus aku lakukan?

"astaga! Ada apa dengannya?"

Paman taksi tadi menghampiriku dan membantuku mengangkat tubuh besar Daniel kedalam taksi, beruntung aku belum membayar taksinya.

Aku terus merapalkan doa agar Daniel baik-baik saja.

"Daniel bangunlah!" aku berteriak pada  Daniel yang dipangkuanku sekarang, menepuk pipinya tanpa henti aku tidak memperdulikan tangisan merengekku saat ajhussi itu menyuruhku berhenti menangis.

"he..i ber-hhenti mena-ngis kau beri-sik"

"Terimaksih tuhan"

Aku tidak terlalu memperdulikan ucapannya barusan dan aku segera memeluknya erat tidak mengurangi tangisanku. Mengucapkan beribu-ribu terimakasih pada tuhan bahwa Daniel baik-baik saja sekarang.

"hei tetap sadar, Kita akan kerumah sakit, sebentar lagi sampai dan kau harus sadar Kang Daniel oke? Kumohon tetap sadar" aku terus memeluk setengah badan besarnya dan menyuruhnya tetap sadar, dapat aku rasakan usapan lemah pada kepalaku. Dia berusaha berberbicara tapi aku menghentikannya.

"jangan banyak bicara dan tetap sadar oke? Kita sudah sampai" sekali lagi aku menyuruhnya untuk tetap sadar dan paman taksi itu membuka pintu penumpang dengan tergesa saat paman sudah memanggil beberapa perawat dan juga Dokter yang membawa bangsal rs saat ini.

Kuremat kedua tanganku dan berdoa pada tuhan meminta agar Daniel harus baik-baik saja, mataku tidak lepas pada ruangan tepat di mana Daniel sekarang.

Mengenai paman taksi aku sudah membayar tagihannya dan mengucapkan terimakasih padanya.

Ku raih ponselku untuk menghubungi ibu dan juga ayah. Aku memanggil orang tua Daniel seperti orang tuaku sendiri mengingat mereka juga merawatku saat orang tuaku meninggal.

Setengah jam lebih dan akhirnya aku mendengar langkah kaki cepat mengarah padaku. Wanita yang masih cantik diusianya yang sudah tidak muda lagi dan pria paruh baya disampingnya dengan wajah tegas itu menghampiriku, mereka juga menggunakan piayama dipadukan dengan coat tebal mahal mereka.

"eomma.." panggilku saat wanita ini memelukku sambil menangis tanpa suara. Aku hanya bisa mengelus punggung kecilnya agar tenang, aku tidak boleh lemah dihadapan orang tua Daniel.

"bagaimana keadaan Daniel?" ibu masih memelukku, ayah bertanya padaku sambil mengusap bahu kananku pelan.

"dokter masih memeriksanya" dapat kurasakan ibu melepas pelukannya dan melihat kearahku.

"dia baik-baik sajakan?" giliran ibu yang bertanya, aku ingin menjawab tapi batal saat mendengar suara pintu ruangan Daniel sudah terbuka dan Dokter menghampiri kami.

"bagaimana keadaan Daniel?" serbu ibu sudah berhadapan dengan Dokter.

"dia mengalami benturan dikepalanya untungnya luka yang dia dapat tidak terlalu membahayakan kepalanya dan bahu kanannya tergeser sedikit itu bisa membatasi setiap pergerakannya."

Mendengar itu aku sedikit lega dan juga khawatir di saat bersamaan, aku  mengucapkan terimakasih pada dokter begitu juga ayah dan ibu. Mereka melangkah keruangan Daniel yang sudah dipindahkan ke VIP aku mengikuti mereka dari belakang.

Dan aku melupakan satu hal, aku lupa menelfon kekasih Daniel,pasti Daniel akan menanyakan kekasiihnya saat dia sadar nanti.

Aku akan keluar untuk menghubungi Jihyo Nunna tapi ibu menahanku dan pandangannya kearah Daniel yang sudah membuka matanya.

"dia memanggilmu" kurasa ibu salah dengar mungkin Daniel memanggil kekasihnya.

"benarkah? Mungkin dia memanggil Jihyo. Sebentar ya eomma aku akan menghubungi kekasihnya" saat aku akan keluar ayah memanggilku dan itu membuatku berhenti lagi.

Ayah berdiri disamping kiri ranjang Daniel dan ayah melihat kearahku sebentar.

"Jihoon. Daniel memanggilmu, appa dan eomma akan pulang. Bisa kau jaga Daniel untuk kami? Appa akan mengurus kecelakaannya, yeobo ayo kita pulang kau harus istirahat—"

Ayah dan ibu sudah keluar dari ruangan Daniel dan berada didepan pintu lalu ayah melanjutkan kalimatnya.
"—Aku sudah menyuruh supirku mengantarkan pakaian untukmu, piyamamu penuh dengan darah. Dan terimakasih"

Setelah mengucapkan itu mereka sudah pergi dari hadapanku meninggalkan aku dan juga Daniel di sini. Suara oksigen dapat aku dengar, Daniel membuka suaranya tapi tidak bisa aku dengar.

Aku melangkahkan kakiku kearah kanan Daniel dan dapat aku lihat Daniel sudah membuka matanya.

Alat dimulut Daniel membuatku tidak bisa mendengar ucapannya jadi aku mendekatkan telingaku dimulutnya.

"tetap di sini" ucap Daniel, aku mengangkat wajahku dan melihat keadaan Daniel sekarang.

Matanya memerah, ada luka kecil di alis kanannya,Kepalanya diperban, juga di tubuhnya saat aku lihat perban itu mengintip dibajunya.

"hm tentu. Aku akan tetap di sini, apa kau perlu sesuatu?" aku mengambil kursi untuk aku duduki atensiku masih melihat Daniel.

Dia hanya diam memandangku tidak menjawab pertanyaanku barusan.

"bajumu—"

"ahh ini? Lihat darahmu mengotori piyama kesayanganku, aku akan menggantinya saat supir ayahmu datang"

Tepat ucapanku selesai,suara pintu terbuka dan seseorang dengan jas hitam rapi memasuki ruangan ini dengan satu kantong ditangannya.

"tuan, ini pakaiannya" aku mengambil kantong pakaian yang diserahkan oleh paman kisaran 40 tahun itu dan pergi dari sana.

"aku akan mengganti pakaianku sebentar"

Daniel menahan tangan kananku dan kembali meracau tidak jelas, aku memasang wajah kesalku pada Daniel dan kembali mendekatkan telingaku pada mulutnya.

"tetap di sini" mendengar itu aku menegakkan tubuhku dan memandang wajahnya datar.

"kau ingin aku mengganti pakaianku dihadapanmu? Tentu tidak, aku juga tidak akan kemana-mana dan satu lagi berhenti seperti orang sekarat!" kesalku saat merasakan wajahku memerah dengan cepat kaki kecilku mengarah ketoilet, Daniel mengerjaiku sialan!

Lihat! Dia bahkan melepaskan alat dimulutnya hanya untuk tertawa lepas sekarang! Dia bisa bicara dengan jelas tapi dia membuat dirinya seolah sekarat. Cih jangan harap aku tertipu setelah ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUE

Ini pov nya jihoon yaa yeorubuun:)

I'll be there for you, I'm here for you (NIELWINK)√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang