Kita berdua, aku dan Levin tengah duduk anteng dirumah mamah. Kita lagi mengikuti sidang paripurna dan kebetulan adik Levin dan keponakan memilih kabur dan tak mau mendengar sidang putusan dari mamah.
"Mah pokoknya Sean harus pindah, Levin enggak mau tahu!"Levin meminta mamah memindahkanku ke asrama satu kamar. Kebetulan mamah pemegang saham juga disana dan fakultas kedokteran juga ada didalam kawasan mamah.
Keluarga berpengaruh ya gini, no cacat.
"Eh...."Mamah malas bahas ini. Mamah juga gak bisa egois seenaknya sendiri bikin aku pindah dengan koneksinya. Ini prosedur awal kampus kalau dilanggar nanti banyak yang akan ngelanggar dikemudian hari. Dan peraturan inipun Levin tak begitu paham soalnya dia dulu kuliah diluar negeri.
Horang kaya mah bebas.
Lelah mendengar rengekan Levin, lantas mamah menatapku ingin mendengar pendapatku. Mamah itu adil dan makmur jadi mamah juga mau mendengar alasanku. Bila terpaksa aku bilang ingin pindah barulah nanti dicarikan solusi. Tapi sorry Lev, saya tak sependapat denganmu.
"Apa Sean mau pindah?"Tanya mamah padaku. Dan sumpah tatapan Levin hendak membunuhku. Tapi mamah dengan anteng memberi isyarat pada Levin untuk tidak mendiskrimanisiku. Pengutaraan pendapat itu perlu biar gak jadi bisul. Betul....
"Gak perlu tanya Sean mah, pokoknya Levin mau Sean pindah!" Levin masih egois dengan keputusannya sendiri. Dan mamah kini bernafas lelah sembari menunggu jawabanku.
"Diam kamu Lev, mamah ingin dengar apa mau Sean" Mamah menimpali.
"Mamah terlalu memanjakannya, ayolah mah teman sekamarnya sesat." Levin mulai bikin gosip tak senonoh. Padahal berita hoax itu cenderung bikin kesesatan yang hakiki.
Sumpah aku ini sebenarnya istri dzolim. Dengar Levin dimarahi mamah aku itu seneng binggo. Dan kini akupun tak sependapat dengan Levin. Aku memang tak mendengar perintah suami. Soal hukuman nanti aja Lev diranjang, kujabanin sampe pagi.
Lantas mamah memandangi ku kembali ingin segera tahu apa yang aku inginkan. Jadi mantu kesayangan ya gini nich, apa apa dibelain.
"....."aku menggeleng semangat. Dan terlihat Levin prustasi mengacak rambutnya.
"Jangan tanya Sean plisss, mah dengerin Levin aja" Levin masih mencoba menyela.
"Sean..." Mamah ingin jawaban yang detail. Bahasa isyarat gak diterima disini.
"Aku gak mau pindah mah, kemarin Levin yang maksa aku suruh kuliah sekarang dia mau ngatur ngatur yang lainnya juga bahkan masalah teman sekamar dia permasalahkan, aku gak mau pindah!!' Rengekku pada mamah dan Mamah mengangguk mengerti.
"Nah kan, denger itu kata Sean. Kamu itu terlalu pengatur Lev. Dan keputusannya Sean tetap tinggal diasrama nya yang sekarang bahkan temannya" Mamah akhirnya ketok palu.
"Tapi mah!" Levin hendak marah tapi mamah tetap jadi yang lebih tua. Jadi kudu dihormati. Makanya Levin akhirnya diam.
"Alasan cemburu tidak dibenarkan, jadi berkawanlah dengan siapa itu namanya yang sekamar dengan Sean?"Mamah bertanya.
"Yanken mah" Balasku semangat. Akhirnya aku gak jadi pindah.
"Oh iya Yanken, nah tugas kamu tunjukin kalau kamu itu profesional dan berkualitas gitu lho Lev, jangan merengek kayak gini. Bukannya itu bukan gayamu. Mana kharismamu. Kalau benar Sean sampai berbalik mamah gak akan nyalahin dia" Mamah itu, ah sudahlah.
"Eh...." Aku kaget dengan apa yang dibilang mamah. Mamah emang , Aduhhhh.
"Mah...."Levin mulai panik. Baru sekarang mertua gak pro dengan anaknya sendiri bahkan jadi rival.
Mamah gak peduli lagi dengan rengekan Levin. Keputusan mamah tidak bisa diganggu gugat. Dan kini mamah milih pergi kekamarnya. Menyisakan aku dan Levin diruang keluarga.
.....
Aku natap Levin yang mulai panas dingin.
Dan
"Hahahahaha."Aku tertawa gaje dan Levin hendak memukulku karena kesal. Bukan mukul beneran lho, Levin mana tega. Tapi kali ini apes lagi bersama Levin.
"Mamah......"Aku lagi minta pertolongan.
"Mau papah bikinin surat perceraian!?"Papah tiba tiba nongol, papah baru balik dari bank dan kini wajah Levin langsung pucat. Dan emang anak dan bapak sama sama suka nyimpen surat perceraian buat mengancam.
"Papah ...."Levin makin panik dan sumpah aku lagi nahan tawa kembali bahwa Levin kini lagi mohon ampun sama papah.
"Papah gak suka ya, anak papah mukul istrinya. Kalau emang papah sampai lihat dan dengar Sean ngadu lagi. Papah yang akan pisahin kamu!"Ancaman papah langsung bikin Levin harus pikir pikir ulang untuk memukulku.
"Udahlah pah, Levin lagi masa puber kedua. Kita ngopi yuk?"Ajakku dan kini menggandeng papah untuk pergi kedapur dan mengabaikan Levin. Tidak lupa kujulurin lidah kearah Levin meledek. Menang banyak aku.
....
Kita baru mau nyeruput kopi masing masih eh mamah nongol dan ngambil paksa cangkirnya.
"Papah ingat gula darahnya dan kamu Sean asam lambungmu akan naik lagi."
Cengo.
"Syukurin"Levin kini gantian julurin lidahnya kearahku, meledekku dan kabur kekamar lamanya.
Dasar Levin labil.
Tukang ngadu.
Argh......
........
Tbc
Abaikan typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
tsundere (bxb) TamaT
FantasyLevin 38 Sean 18, mereka menikah karena jebakan orangtua Levin. Levin yang anyep sedangkan Sean yang naif. Semoga cinta mereka segera menyatu. ah, cek ep 1