Levin pov.
Semakin kesini aku semakin ingin hidup lama sampai nanti mengantarkan kedua puteraku sampai menikah. Namun, diagnosis dokter kemarin membuatku sedikit down. Dan aku juga khawatir dengan kesehatan Sean yang semakin memburuk kalau terlalu lelah menjagaku.
Jarak umur kita memang sangatlah jauh dan kini aku merasa jadi beban untuk Sean. Walau Sean tak pernah mengeluh akan itu, aku ingin segera dipanggil Tuhan.
.....
Dan kini kedua puteraku memang tidak bisa dianggap remeh. Mereka memang tidak bisa membantah kedua orangtuanya tapi mereka bisa berdiri tangguh untuk melawan siapapun didepan, sedikit naif dan percaya diri, merasa benar seperti remaja pada umumnya. Earth yang sangat pintar memang dominan mirip denganku, tapi dia masih memiliki sisi lembut. Dan semakin besar Earth terlihat bisa mengemong adiknya dan itu membuatku sedikit lega.
Tapi yang kukhawatirkan saat ini adalah Team. Walau segi fisik dia lebih condong mirip dengan aku dari sikap dan perasaan dia adalah duplikat dari mommynya. Sayang seribu sayang dia itu kalau marah, lebih suka berteriak tidak seperti kakaknya. Dan aku sangat ingin mendampinginya hingga melewati masa remajanya.
Aku takut nanti saat masa remajanya memuncah dan aku tidak bisa bersama dengannya dia akan melawan mommynya atau bahkan hal yang kutakutkan dia akan merundung dirinya sendiri untuk menjaga perasaan mommynya. (Team mudah depresi)
Team itu tidak seperti Earth. Earth yang kuat dan punya pendirian sendiri. Berbanding terbalik dengan Team. Walau Team itu juga punya pendirian sendiri (pendirian konyol tentang mengejar Jun dan ingin menikahinya) tapi dia suka sekali menyembunyikan sesuatu seperti Sean dulu. Team itu pintar mengkamuflase perasaannya.
......
Dan sekarang, setelah memberikan pengertian pada Earth giliranku memberikan pengertian pada Team.
Ceklek....
Aku membuka pintu kamar Team."Papah masuk...."Aku meminta ijin dan kini melongo melihat isi kamar Team. Tak kusangka Team akan seekstrim ini setelah aku menginap beberapa hari dirumahsakit.
"Masuk pah, Team sebentar lagi selesai mandi."Teriak Team dari dalam kamar dan kini aku rebahan diatas kasurnya sambil melihat langit langit kamarnya.
Foto Jun lagi jongkok.
Foto Jun lagi nungging.
Foto Jun lagi ngupil.
Foto Jun lagi ileran.
Dan.....
Sungguh ironi kalau ngelihat puteraku seperti itu. Semoga cinta pertama Team segera pudar. Aku sungguh berharap itu.
"Ada apa pah?"Tanya Team yang baru keluar dari kamar mandi.
"Apa papah perlu sesuatu. Apa papah merasa sakit?' Team memberondong pertanyaan kearahku dan dia segera bergegas memakai kaosnya. Hmmm, memang infus itu masih bersarang pada lenganku. Aku ingin pulang karena sudah bosan berada dirumahsakit.
"Hmmm, papah baik baik saja. Tapi papah heran, kenapa dikamarmu tidak ada foto papah dan mommy?"Tanyaku karena hampir semuanya tentang Jun.
"Apa Team tidak mencintai papah dan mommy?" Tanyaku lagi dan Team langsung memelukku erat.
"Ah, jangan iri pah. Papah dan mommy selalu tersimpan dihati Team tapi untuk Jun....dia cintaku. " Team mengatakannya dengan yakin. Dan aku sendiri harus yakin untuk memisahkan keduanya.
"Hahahaha"Aku tiba tiba terkekeh, aku teringat Sean yang yakin tentang cinta pertamanya waktu itu. Tapi ini masalahnya beda. Mereka saudara.
"Kenapa papah tertawa?" Tanya Team dan kini diapun sibuk memeriksa infusku. Team itu memang parnoan. Karena aku terbatuk dia memeriksa infusnya. Padahal gak ada hubungannya sama sekali.
"Kenapa Team sangat menyukai Jun eoh, kan ada kak Earth yang juga gak kalah keren?"Aku mencoba membuat Team yang masih remaja itu tahu kalau Jun itu saudara. Dan selayaknya diperlakukan seperti itu.
"Jun beda pah, dia anteng , penyayang, dan....apapun yang kulakukan dia ak pernah marah. Tidak seperti Earth? Pah, Earth itu perusuh, suka mukul." Team mulai bercerita dan aku mulai tahu duduk permasalahannya.
"Oh, jadi suka seperti seorang kakak?"Aku sedikit lega. Dan rasa khawatir ku pudar dan berharap Team menemukan orang yang benar dia sayang diluar sana. Begitupun sebaliknya.
"Bukan, Team akan menikahinya nanti setelah lulus tahun pertama" Team yakin bahkan dia memohon dan berlutut dikakiku. Ya ampun..... Harus kuapakan anakku yang satu ini.
"Kalau papah bilang gak boleh!!"Aku mulai meninggikan nada suaraku. Dan disana Team mulai menunduk. Kutahu dia sebentar lagi akan menangis.
Satu
Dua
T.....
"Hiks...hikss...papah jahat...."Team langsung menurunkan hujan disaat banjir. Hmmm, aku harus ekstra sabar.
"Ya ampun Team, boleh dengan siapapun asal tidak dengan Jun."Aku mulai kesakitan dan meremas dadaku.
"Pah.....papah...."Team mulai panik.
"Papah tidak apa apa, Team harus nurut sama papah"Aku mencoba menahan rasa sakitku agar obrolan ini tidak bersambung.
"Kalau Team sama orang jahat dan melupakan Jun?"Team mengancam. Dan apalah dayaku Tuhan...... Team gak kasih pilihan apapun. Duch, cita cita itu pilih yang tajir , cakep, pinter. Ini anak satu malah mau sama orang jahat.
"Kata mommy, siapapun orangnya berhak punya kesempatan kedua bahkan ketiga."Jelasku agar Team optimis melupakan Jun. Dan tinggal aku berdoa agar Team mendapatkan pria yang baik.
"Oke, kalau begitu Team akan pergi ke Jepang." Team semangat. Aku mulai curiga, karena kutahu dia berusaha membuatku tertawa.
"Why?"Aku syok karena tiba tiba.
"Mau cari orang jahat, disana kan banyak papah...." Cengir Team lalu memelukku erat.
🤦🤦🤦🤦🤦🤦🤦 marilah tepok jidat bersama sama.
......
Levin end
Btw disana aman, ada Hiroshi dan Yanken. Dan kebetulan punya anak cowok juga. Tapi kenapa harus nyari orang jahat juga kau Team........
Herman aku
Eh
Heran.
Abaykan Typo
Anggap mantan minta balikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
tsundere (bxb) TamaT
FantasyLevin 38 Sean 18, mereka menikah karena jebakan orangtua Levin. Levin yang anyep sedangkan Sean yang naif. Semoga cinta mereka segera menyatu. ah, cek ep 1