31. Bonus chap

2.8K 173 5
                                    

Earth pov.

Sebelumnya......

Semua pada nanyain kenapa aku sampai punya adik yang absurd itu. Hmmmm?

Yach itu karena kemarin papah dan mommy pergi ke konser gak fokus kerja malah pake acara ngeliburin diri sambil bulan madu. Hmmm, rangkaian tour itu cuman alasan doank. Aku dititipin sama oma dan paman dan terus disuruh main sama Jun, eh setelah balik dari tour konser keliling mommy kasih kabar kalau aku punya adik. Jelas rasanya seperti disambar petir.

"Mommy mungut  dia dari mana?"Tanyaku langsung tanpa basa basi dan masih dengan muka kaku khas turunan dari papah.

"Mungut? Jangan gitu Earth dia adikmu."Mommy tersenyum kearahku. Senyum penuh permohonan agar aku mengerti.

"Aha, pasti dari hibah tetangga sebelah ya mom?"Tanyaku lagi dan kulihat raut wajah Team merah karena kesal bukan merah karena kasmaran. Gini gini aku masih bisa bedain.

"Earth...."Papah mulai lagi, untung papah cakep walau sudah tua. Kalau jelek udah gak kuakui dech. Biar dikata anak durhaka. Kesel aja, biasa pulang tour itu bawa oleh oleh kiranya bawa monas itu eh, malah bawa seseorang yang sedari tadi ngejulurin lidah kearahku.

"Dasar anak hibah!"Cibirku dan aku melengos pergi setelah kutahu papah dan mommy gak bawa oleh oleh yang kuminta.

"Yak......."Kudengar teriakan anak kecil itu. Dia langsung melompat kearahku dan nyatanya, tubuh bongsor itu bisa sampai mematahkan punggung.

"Papah.....help!"Teriakku.

"No, anggap saja itu salam pertemuan."Papah malah pergi ngegandeng mommy pergi kekamar.

"Awas bikin bayi lagi, Earth gak mau.....!"Teriakku dan kini masih berusaha membuat Team menjauh.

"Hentikan bocah!!"Aku mencoba melawan, dan alhasil kitapun jadi adu jotos disana. Mommy dan papah malah pergi, gak takut apa anaknya berdua saling bunuh.

"Siapa yang bocah, kamu yang bocah!!" Team gak terima dibilang bocah dan masih berusaha membuatku kesakitan dibawahnya.

"Mom......"

"Yach, nyatanya ada bocah ngadu ke mommy."Cibir Team dan itu sungguh bikin jengkel.

Team itu tipe tubuh hulk. Dan aku? Ah sudahlah abaikan.

......

Sesaat kemudian, untung Jun datang.

"Kapan Team datang?"Tanya basa basi Jun.

"Jun....."Spontan Team melepaskanku dan kini berlari untuk menghampiri Jun. Kulihat wajah merah itu yang beda dengan merah marah. Dan kini terlihat merah kasmaran.

"Hebtikan Team"Jun seperti agak aneh dengan tingkah Team. Team terus menempel pada Jun. Dan Jun serasa ingin meloloskan diri.

"Hey, apa yang kalian lakukan?"Tanyaku bingung ada apa dengan mereka berdua. Mesra mesra didepanku.

"Jauhkan adikmu dulu, sumpah ini mengganggu."Jun terus memohon. Dia risih dengan Team.

"Apa kalian ada hubungan. Hmmm, mencurigakan."Aku senyum senyum sarkas. Kuyakin itu Team anak pungut jadi biarlah bersama Jun.

"Yak....kalo aja dia bukan saudara, udah kunikahin tapi?"Jun bernafas lelah. Memang sich Team itu lebih imut dariku. Dia lebih dominasi wajah papah tapi lebih manis seraya melihat mommy. Tapi mendengar keluhan Jun berarti Team itu memang saudaraku.

"Sejak kapan kamu tahu Jun?"Tanyaku pada Jun dan kini menyeret Team menjauh.

"Apa sih..."Gerutu Team gak mau kujauhkan dari Jun.

"Diam, duduk disitu atau?"Muka kaku ku dominan dan Team langsung diam. Sebentar lagi pasti ada banjir karna kulihat matanya berkaca.

Satu..

Dua..

Ti...

"Mommy.....Earth mau memukulku.......!!"Teriak Team dan berlari mencari mommy.

Abaikan Team, sekarang yang lebih penting mencari informasi.

"Jadi jun....?"Tanyaku kembali.

"Aku tahunya masih kemarin saat daddy ngajak menemui paman Levin karena mommymu sakit" Jun menjelaskan kronologinya. Jadi Jun tahu setelah Team udah gede. Mommy sakit saat hamil sampai melahirkan Team. Makanya mommy tak cerita. Karna mommy tahu aku bakal gak mau mommy punya bayi kalau akhirnya menyakiti dirinya. Hal ini yang membuat aku begitu mirip dengan papah.

"Mommy sakit? Kenapa aku gak tahu" Aku kepo langsung. Soalnya saat video call mommy gak pernah terlihat  sakit.

"Ya Iyalah jelas gak tahu, kamu sibuk dengan hukumanmu dan pindah pindah mulu dari sekolah satu kesekolah lain." Jun menjelaskan. Memang aku menyusahkan.

Hmmm, maaf mom. Aku sampai gak tahu.

"Terus, apa mommy sakit parah?"Tanyaku balik.

"Enggak, cuman butuh istirahat. Makanya mommy mu pulang dan bawa kejutan untukmu. Maunya sich dirhasiain sampai kamu sadar" Jun mencibirku. Dikiranya aku kesurupan harus nunggu sadar.

"Sadar?" Aku kebingungan.

"Sadar dari berabdalmu dan bertanggubgjawab dan mampu menjaga adikmu" Jun seraya orangtua lagi memberi wejangan pada anaknya. Tapi kalo dipikir pikir memang selama ini aku. Benar tidak bertanggung jawab.

"Sebegitu parah ya?" Aku masih cengo.

"Sial, baru sadar. Kemana aja kemarin?"Jun melempar bantal kearahku.

"Aku gak tahu kalau mommy sakit Jun, aku sangat merasa bersalah" Aku tertunduk merasa kalau selama ini aku membuat mommy makin sakit.

"Makanya sekarang bersikaplah dewasa dan mulai jaga adikmu itu." Pesan Jun, dan aku mengerutkan dahi. Adik absurd itu? Ngidam apa coba mommy waktu itu.

"Tapi kenapa dia mengejarmu kalau memang dia adik kandungku?'Tanyaku bingung. Jelas itu kan gak boleh.

"Tanya aja sendiri, aku terus mencoba menghindar tapi Team selalu mengejarku" Jun bernafas lelah.

"Ah...babang Tamvan" Celetukku sambil menepuk pundaknya.

"Baru tahu kalau tampan!"Jun mulai narsis.

"Pokoknya mulai sekarang jauhkan adikmu dariku!"Ancam Jun.

"Why, dia manis gitu. Lumayan kan buat tentengan kondangan" Aku mencoba mencarikan solusi.

"Eh Buset, gak laku aku entar. Pokoknya jauhkan adikmu dariku. Aku gak mau jadi jomblo ngenes karena adikmu selalu menempel."Jun melotot kesal.

"Iya iya " Cengirku agar Jun tidak terus mengomel.

Tapi lucu juga, ngelihat Jun ditempeli Team. Jadi aku punya temen ngejomblo. Hahahaha......

......

Sebelumnya End

Hanya bonus. Sebelum season 3.

tsundere (bxb) TamaTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang