15

256 31 5
                                    

*****

"Bisakah kau tidak membahas hyung ku? Kau sudah tak jadi bertunangan dengannya

Jihoon terdiam saat si bungsu saudara Park marah. Jihoon tadi mencoba bertanya tentang Woojin pada Jisung dan mulai membahasnya perlahan. Jisung kesal karena tidak ada hentinya Jihoon menanyakan Woojin yang tidak ada di Korea. Jisung marah karena dia ada di dekatnya tapi Jihoon malah membahas Woojin yang jauh dari mereka.

"Aku hanya tanya"

"Tanya? Kau ingin tahu maksudnya? Iya?"

"Iya!"

"Kau tahu,karena kau lah dia pergi...dia kembali pada jati dirinya yang dulunya...kembali pada Park Woojin yang seperti es...karena kau lah di pergi jauh ke luar negeri...aku juga kesal karena kau merubahnya kembali seperti dulu...aku senang karena kakakku itu sudah bisa tersenyum! Sayangnya,itu tidak lama...aku kehilangan saudaraku...terakhir! Dia mengatakan pada Chanyeol hyung...kalau dia tidak punya siapapun didunia ini!"

Jihoon terdiam. Jisung benar-benar marah sekarang. Emosinya sudah di ujung kepalanya. Jisung menyambar jaketnya dan memakainya. Jisung baru saja kembali dari Thailand untuk liburan ke Korea. Jihoon menahan tangan Jisung saat pria itu beranjak pergi. Jisung menatap tajam Jihoon.

"Tinggalkan aku sendiri!"

Jisung menghempaskan tangan Jihoon kasar. Jihoon terdiam melihat kepergian Jisung yang semakin menjauh. Dia tak bermaksud seperti itu. Dia hanya menanyakan bagaimana Woojin. Jihoon berlari mengejar Jisung dan menjelaskannya. Tapi,dia sudah tak mendapati jejak Jisung lagi.

Akhirnya Jihoon memilih untuk pulang saja. Dia merasa tubuhnya lemas sekarang. Sesampainya dirumah,dia melihat Seonho dan Joy yang sedang menonton televisi bersama. Jihoon tak menghiraukan panggilan Seonho yang menyuruhnya bergabung menonton televisi bersama.

Seonho dan Joy saling bertukar pandangan melihat Jihoon dengan wajah pucatnya menuju kearah kamarnya. Joy segera menyusul adiknya yang sudah masuk ke kamarnya. Joy masuk dan melihat Jihoon berbaring telungkup dengan sepatu yang masih menempel di kakinya. Joy menyuruh Jihoon untuk ganti baju. Tapi Jihoon tak memperdulikan omelan Joy.

Joy membalikkan tubuh Jihoon. Wajah Jihoon benar-benar pucat sekarang. Dia memeriksa kening Jihoon. Panas. Joy berterika menyuruh Seonho membawakan se baskom air dingin dan sapu tangan untuk kompres Jihoon. Setelah memenuhi yang di perintah Joy,Seonho menelpon Jisung. Beberapa kali Jisung tak dapat di hubungi. Nomornya sedang sibuk. Seonho menghela nafas.

"Biarkanlah dia istirahat"

*****

Woojin melangkahkan kakinya ke dapur. Dia terkejut saat sesosok wanita dengan paras cantik berdiri di dekat ruang tamu. Dia belum membuka pintu padahal. Teman serumah Woojin menepuk bahu Woojin. Dia baru ingat kalau mereka berdua tinggal bersama. Gadis itu mendekat kearah Woojin.

"Good morning"

"Hm??"

"What are you doing today?"

"Nothing"

"Would you-..."

"Sorry,I'm Busy"

Woojin melangkah pergi dan meraih mantelnya. Langkahnya membawa dirinya kearah gereja katedral dekat dengan tempat tinggalnya. Suasananya  sangat sunyi dan sepi. Dia duduk di bangku barisan terdepan. Matanya menatap dalam patung Tuhan Jesus.Matanya terpenjam dan dan tangannya mengepal menyatukan. Mulutnya mulai berbicara pelan mengucapkan kata-kata seperti sebuah harapan.

Setelah mengucapkan harapannya tadi, Woojin membuka matanya. Tangannya yang tadinya menyatu ia lepaskan. Dia merasakan sebuah penyesalan setelah mengucapkan harapannya di depan Tuhannya. Rasanya ada yang kurang jika dia sendiri sekarang dan setelah dia mengatakan sesuatu hal pada ketiga saudara nya beberapa waktu lalu yang mungkin bisa membuat merasa sakit dan terkejut pastinya.

Langkahnya selanjutnya membawanya kearah  kafe klasik tak jauh dari gereja tersebut. Dia masuk dan memesan secangkir espreso. Dia memilih duduk di pojok sendirian sambil menikmati minumannya. Matanya memandang kosong keluar jendela kaca yang begitu lebar di kafe itu. Setelah menikmati diam nya selama 1 jam dia memilih untuk kembali. Dirinya ingin membaringkan tubuhnya entah mengapa tiba-tiba merasa lelah sekali.

Setelah sesampainya di tempat tinggalnya,dia masuk dan segera menuju ke kamarnya. Saat membuka pintu kamarnya,dia melihat seseorang tidur di kamarnya. Dia menghela nafas kasar. Pasti ini kerjaan teman setempat tinggal dengannya. Dengan mudahnya mengijinkan tidur di kamar miliknya.

"Siapa di kamarku,Jad?"

"Lihat saja"

"Kau ijinkan orang lain masuk?"

"Ku kira dia kekasihmu"

Woojin membelakkan mata. Dia masuk kedalam kamarnya dan menatik selimut yang sedang di gunakan. Tunggu? Bukankan ini....Tidak mungkin dia ada disini. Gadis itu menggeliat pelan. Matanya mulai terbuka lebar secara perlahan. Menangkap sesosok pria yang berdiri di hadapannya dan menatapnya. Gadis itu bangkit dan memeluknya.

"Woojin!"

Gadis itu memelul tubuh tegap Woojin. Tangannya masih memegangi selimut yang ditariknya tadi. Woojin terkejut. Sangat sangat sangat terkejut. Dia tak mengira kalau gadis ini akan datang kemari. Untuk apa dia kemari. Apa yang akan dilakukannya disini.

"Kenapa kau disini?"

"Aku putus dengan Jisung"

"Putus?!"

"Iya,aku memutuskan hubungan dengannya dan pergi kesini"

"Untuk apa kau kesini?"

"Woojin,kau tahu...kau hilang tiba-tiba saat kau membatalkan semuanya..ya aku yang salah..aku tahu kau masih mencintaiku kan"

"Kembali ke Korea"

"Kenapa? Spanyol sangat indah...lagipun aku akan tinggal berdua denganmu"

"Kembali!"

"Tidak"

"Park Jihoon!!"

"Park Woojin! Kau tahu...aku sangat merindukanmu"

Woojin terdiam saat mendengar kata-kata itu. Suara lembut itulah yang ingin selalu dia dengarkan dari sosok yang ada di hadapannya sekarang. Tapi, kejadian kelam membuatnya memilih tidak lagi peduli dalam hal apapun sekalipun pada gadis yang ada di hadapannya ini. Jihoon masih menatapnya dengam sebuah senyuman manis.

"Dimana kau tinggal? Biar aku antar"

"Aku akan tinggal bersamamu...berdua"

Woojin membelakkan matanya. Dia tak percaya apa yang di katakan Jihoon barusan. Tidak mungkin gadis ini akan tinggal dengannya. Tak merasa enak juga pada temannya yang tinggal serumah beda kamar. Dia menarik tangan Jihoon dan keluar dari tempat tinggalnya. Entah kemana dia akan membawa gadis itu pergi menjauh.

Dia mengantarkan gadis itu ke hotel yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Dia juga yang memesankan kamar untuk Jihoon. Setelah menyelesaikan semua nya dia mengantarkan Jihoon pada kamarnya. Jihoon membuka kamar hotelnya. Kamar VIP rupanya. Dia berbalik badan menghadap Woojin. Woojin sedang mencari sesuatu di dompetnya dan memberikannya pada Jihoon.

"Gunakan saja kartu kredit ku juga VIP card milikku...jangan ganggu aku!"

Woojin keluar dari kamar hotel yang dipesannya untuk Jihoon. Dia kembali ke tempat tinggal nya. Dia masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya. Enrah bagaimana bisa Jihoon ada disini dan tahu dimana dia tinggal. Saru hal lagi yang masih menjanggal. Dia putus dengan Jisung? Tidak mungkin. Dia harus memberitahu Jisung kalau Jihoon ada disini dan menganggunya. Tapi,dia masih mempertimbangkan bagaimana reaksi Jisung nanti. Namun sayangnya dia ingin melakukan hal itu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
..
.
.
.
Next?

Bad Girl & Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang