Truth Or Dare

1.2K 120 13
                                    

*****

Woojin tengah membaca buku novel di kamarnya. Dia terkejut saat pintu kamarnya terbuka. Ada sosok Jihoon di ambang pintu itu. Woojin memasang raut wajah tak suka pada yang dilihatnya. Dari pada panjang, dia lebih memilih membaca novelnya.

Jihoon tiba-tiba duduk di kasur Woojin tiba-tiba. Otomatis Woojin langsung menjauh. Dia terkejut. Woojin tak suka jika ada orang asing masuk kedalam kamarnya. Ya, meskipun kamar itu berisi 4 orang termasuk Woojin.

"Kenapa kau menjauh?"

Woojin tak memperdulikannya. Dia lebih memilih duduk di meja belajarnya dan kembali membaca novel. Mamasang earphone nya. Tak memperdulikan Jihoon yang bicara padanya.

"Woojin,ayo keluar...yang lain sedang berkumpul"

Woojin melepas earphone nya dan menoleh. Ternyata itu adalah Jimin. Woojin menggeleng pelan dan melanjutkan baca novelnya. Tapi, sebelum Woojin melanjutkan membacanya Jimin sudah merebutnya lebih dulu. Woojin menghela nafas dan pergi keluar kamar diikiti Jihoon dan Jimin.

"Apa?"

Sahut Woojin begitu kakinya menapak di lantai bawah. Chanyeol melemparkan lirikannya pada Joy,Somi dan Seonho. Woojin hanya memasang ekspresi datarnya pada yang lain.

"Kita akan main Truth or Dare...kau mau?"

Mereka sudah membuat lingkaran. Woojin duduk di dekat Joy dan Seonho. Chanyeol sudah menyiapkan botol kosong juga kertas yang sudah dj potong kecil-kecil di tempatkan di dua wadah berbeda berisikan tantangan dan kejujuran.

Yang mendapat giliran pertama adalah Jisung. Dia memilih kejujuran. Dia sedikit demi sedikit membuka kertas kejujuran. Menghela nafas dan membacakan apa yang tertulis di kertas itu.

"Siapa yang kau sukai?"

Jisung membacakan yang di tulis di kertas kejujuran itu. Semuanya saling menoleh satu sama lainnya kecuali Woojin yang masih diam menatap tabpa ekspresi.

"Jihoon"

Semua tatapan beralih pada Jihoon. Jihoon yang tengah menyesap permen lolipop bulat itu terkejut dan menatap semuanya termasuk Jisung yang menyebut namanya tadi.

"Aku? Maaf,tapi aku tak menyukaimu"

Wajah Jisung langsung berubah kecut. Semuanya hanya menertawakan nasib Jisung yang ditolak oleh Jihoon. Kini saatnya menentukan pilihan selanjutnya. Dan itu jatuh pada Woojin.
Woojin memilih tantangan. Semuanya ingin tahu apa tantangan yang dipilih Woojin.

"Ciumlah orang yang ada di depanmu"

Woojin terbelak kaget. Yang lain juga ikut kaget. Pasalnya, didepan Woojin adalah Jihoon. Jihoon tepat berada lurus di depannya. Woojin masih tak bisa percaya. Dalam hatinya menyesal telah memilih tantangan.

"Ayo Woojin"

Woojin makin tak bisa bergerak lagi. Dirinya sudah mulai kaku. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Tidak mungkin dia mencium Jihoon. Mungkin saja bisa karena itu tantangannya.

"Ayo Woojin lakukan"

"Kau akan melakukannya atau menerima hukuman meminum jus cabai?"

Woojin bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Jihoon. Memberikan tangannya pada Jihoon dan menariknya bangun. Mereka sudah bertatapan sekarang. Woojin menghela nafas panjang. Perlahan wajahnya mendekat pada Jihoon. Jarak mereka hanya 8 cm lagi. Bukan Jimin namanya jika tidak jahil. Dia mendorong Woojin tiba-tiba hingga akhirnya Woojin dan Jihoon benar-benar berciuman.

Semuanya hanya bersorak senang. Entah senang karena apa. Mungkin karena adegan di depan mereka ini. Woojin langsung menjauh dengan segera. Dia segera membersihkan bibirnya dan pergi masuk kedalam kamar.

'Shit! Kenapa aku bermain bersama mereka...sungguh keterlaluan'

Woojin meraih ponselnya dan melihat ada pesan masuk. Itu dari Bae Jinyoung. Seperti biasa, Jinyoung hanya mengingatkan Woojin agar segera masuk ke kelas menarinya. Woojin sudah beberapa kali izin.

Dirinya segera bersiap unruk pergi kesekolah dance nya. Karena hari ini sekolahnya diliburkan selama 3 hari,Woojin akan mengisi liburnya dengan menari bersama yang lain. Woojin jalan melintasi yang lain yang tengah asyik bermain Truth Or Dare yang masih belum selesai.

"Mau kemana,Woojin?"

"Dance"

Woojin hanya menjawabnya dengan satu kata saja dan pergi. Pikirannya nasih terbayang tentang ciuman tadi. Wajah Jihoon selalu terukir dipikirannya. Sudah beberapa kali dia mengibaskan tangannya agar bayangan Jihoon hilang tapi tidak bisa. Woojin menarik nafas panjang dan mempercepat langkahnyam

"Baru datang?"

Woojin tak menjawab pertanyaan dari senior dance nya,Ha Sungwoon. Tak lama muncul seorang lelaki lain di balik tubuh mungil Sungwoon. Dia adalah Ong Seongwu, si raja poppin'. Hebat bukan. Di sekolah dance ini mengajarkan berbagai macam tarian. Yang memiliki sekolag menari ini adalah kakak Sungwoon. Dan sekarang Sungwoon dan Seongwu sebagai pelatih modern dance.

Masih ada 7 anak lagi yang sangat akrab dengan Woojin,Sungwoon dan Seongwu. Mereka adalah Yoon Jisung yang masih belum sepenuhnya mahir menari,Hwang Minhyun yang suka menggoyangkan bokongnya saat menari,Kim Jaehwan yang jika menari harus juga ikut dengan vocalnya maksudnya itu bernyanyi,Kang Daniel yang dapat julukan the king of b-boy Bersama dengan Woojin,Bae Jinyoung si raja sexy dance dan terakhir Guanlin yang masih baru bergabung di sekolah menari ini dan dia belum sepenuhnya bisa menari.

"Ada tamu tadi dirumah"

Woojin menerima uluran tangan teman-temannya satu persatu saat mereka mengajak bersalaman ala anak jaman sekarang. Woojin menaruh tas nya di loker yang sudah di khusus kan untuk dia sendiri. Dia berjalan menuju tengah-tengah ruangan dan memulai formasinya bersama yang lain.

Dentuman lagu EXO Growl menggema di ruangan itu. Mereka menari dengan seksama dan sangat teliti. Begitu musik selesai mereka langsung terhuyung ke lantai karena lemas. Itu hanya satu lagu. Mereka akan menarikan 8 lagu dalam sekali latihan.

"Woojin, yang di katakan Jimin itu benar ya?"

Woojin menoleh kearah Jaehwan yang tengah memakan camilan di tangannya berdua dengan Daniel. Mereka semua seperti mengharap jawaban dari Woojin. Yang ditanya hanya terheran karena tidak tahu maksudnya.

"Yang mana?"

Tanyanya dingin. Mereka malah saling menoleh satu sama lain. Woojin tidak mengetahui maksud temannya. Mereka kira Woojin akan peka begitu saja. Ya,itu kan memang Woojin.

"Ciumanmu dengan seorang gadis dirumahmu"

Woojin membelakkan matanya terkejut. Jimin membeberkan itu hingga kemari. Woojin sudah menahan emosinya. Tapi, disini tak ada Jimin dan dia tidak bisa menghajar si mulut ember,Park Jimin. Untung Jimin adalah saudaranya,pikirnya.

"Aku ada fotonya... Jisung mengirimkannya padaku".

Demi apapun! Woojin sudah menyumpahi kedua saudaranya itu sekarang. Dia tak memikirkan akibatnya menyumpahi orang. Dia begitu kesal sekarang. Dia merebut ponsel Minhyun yang memperlihatkan fotonya dengan Jihoon pada yang lain.

"Hey!"

Tanpa aba-aba Woojin menghapus foto itu. Dia sudah cukup sabar menghadapi kedua saudaranya yang super tak bisa di atur.

"Kenapa kau menghapusnya?"

"Apa foto ini penting hingga hyung menyimpannya?"

Di lingkungan tempat tinggal atau di sekolahnya Woojin akan lebih banyak diam. Tapi, jika sudah berkumpul seperti ini dengan 9 temannya dia akan berani bicara pada orang lain. Alasannya, karena mereka sudah melebihi ketiga saudara Woojin sendiri.

"Baru mereka yang melihat..aku kan belum"

"Tak perlu"

Woojin memberikan ponsel Minhyun kembali. Dia kembali tiduran di lantai dengan nafas yang masih dia atur. Wajah Jihoon selalu terbayang sekarang. Tidak mau pergo dari pikiran Woojin.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next?

Votement

Bad Girl & Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang