27

99 14 7
                                    

Pagi ini Jihoon tengah bersiap untuk menemui Woojin tanpa sepengetahuan Jisung. Dia juga mengajukan pendapatnya yang akan bertemu Woojin dan membicarakan kelanjutan hubungan mereka seperti apa. Saudara Woojin setuju saja jikan Jihoon mau melewati hal berat yang sedang terjadi sekarang. Dia hanya menggunakan atasan polos dengan celana high weist juga sepatu biasa. Rambutnya di kuncir asal. Tak ada polesan dandanan tebal diwajahnya. Hanya liptint yang mewarnai bibirnya.

Dia menarik nafas perlahan dan melangkah keluar rumahnya. Menunngu taksi beberapa saat yang tadi dia pesan lebih dulu. Setelah 12 menit menunggu,akhirnya jemputan berbayarnya sudah tiba. Dia langsung masuk kedalam taksi. Dia juga sudah menanyakan letak posisi mansion mewah milik Woojin. Menyiapkan nyali untuk bisa bertemu Woojin. Tapi,dia takut Woojin tak menyambutnya. Dia agak ragu untuk pergi jadinya.

"Huft,Park Jihoon ayo!!"

Serunya pada dirinya sendiri. Dia memainkan jemarinya selama dalam perjalanan. Dia ingin sekali bertemu Woojin setelah beberapa minggu sejak acara pertunangan megah itu di gelar. Dia juga sangat geram kepada Sakura yang selalu menggagalkan rencana Jihoon ingin mendapatkan Woojin. Jihoon menjalin hubungan dengan Jisung agar dia bisa lebih dekat dengan Woojin dan hampir tak terpikirkan untuk bertunangan dengan Jisung. Sejak pertemuan antara mereka bertiga sewaktu di Spanyol membuat Jihoon merasa kalau keadaan akan semakin sulit di kendalikan. Dan benar saja.

Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya dia sampai di tempat tinggal Woojin yang sekarang. Pagar besi yang terbuka seakan menyambut kehadiran Jihoon. Halaman depan tempat tinggal Woojin yang di penuhi dengan tanaman hias yang indah semakin mempercantik suasanya. Jalan setapak menuju pintu utama mansion Woojin di kelilingi oleh tanaman yang cantik dan membuat damai saat di pandang.

 Jalan setapak menuju pintu utama mansion Woojin di kelilingi oleh tanaman yang cantik dan membuat damai saat di pandang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggep aja kek gitu mansionnya)

Siapa yang tidak terkejut melihat tempat tinggal Woojin semewah,sebesar,semegah dan semahal ini. Jihoon melangkah masuk kedalam halaman tempat tinggal Woojin. Dia berpikir apakah Woojin sedang berada di rumahnya atau sedang keluar. Kebetulan saat itu Woojin baru saja keluar dari rumahnya sambil membuka pintu. Jihoon terkejut dan mulai mengatur detak jantungnya yang tak karuan. Woojin yang baru saja berbalik badan juga ikut terkejut melihat seseorang yang dia kenal berdiri di depannya. Setelah beberapa saat sama-sama diam,Jihoon memberanikan diri untuk mendekat. Woojin hanya diam dengan ekspresi datarnya.

"Woo-..?"

"Apa?"

"Aku ingin membica-..."

"Aku sedang sibuk"

Woojin melewati Jihoon begitu saja. Hatinya terasa sakit saat pria tersebut mengatakan hal yang sangat tajam di perasaan. Woojin berusaha untuk mengontrol detak jantungnya juga karena detaknya menjadi tak beraturan. Jihoon menggigit bibir bawahnya. Kalau Woojin sudah seperti ini harusnya dia tidak usah jauh-jauh ke tempat tinggal Woojin. Tapi,dia juga ingin membicarakan tentang kelanjutan hubungan mereka berdua. Jihoon akhirya berbalik badan dan menghampiri Woojin. Woojin yang hampir masuk ke dalam mobilnya tertahan karena pergelangan tangannya di tahan oleh gadis yang sedang menemui nya tersebut.

"Woojin-ssi"

"Ssi"? Itu digunakan kepada orang yang baru saja kenal atau formal. Woojin terkejut karena Jihoon mengatakan kata panggilan seperti itu. Jihoon menggigit bibir bawahnya kembali karena masih takutbuntuk mengatakannya pada Woojin. Woojin dengan perlahan melepaskan tangan Jihoon yang menahannya. Tapi,Jihoon kembali pergelangan tangan Woojin. Dia ingin sekali membicarakan tentang hubungan kedua nya. Woojin menghela nafas kasar. Dia berbalik dan berdiri tepat di depan gadis yang berada di hadapannya. Langsung saja Jihoon membicarakannya.

"Woojin,aku ingin tanya"

"...."

"Hubungan kita"

"...."

"Akan seperti apa?"

"Sudah kau lihat sekarang"

"Aku serius!"

"Kau pikir aku main-main?"

"Woojin!"

"Benar! Itu namaku,kenapa?"

"Aku menanyakan hal yang serius!! Hubungan kita bagaimana?"

"Sudah ku katakan...kau sudah melihatnya sekarang"

"Tapi-.."

"Kau milik adikku. Dan adikku milikmu. Kalian bersama!"

Woojin menekankan ucapannya pada Jihoon. Sangat menyesakkan hati dan perasaan Jihoon saat pria yang berada di hadapannya itu mengatakan hal seperti itu. Bagaimana tidak! Ucapan Woojin yang terkesan biasa saja dan datar namun nyatanya kalimatnya sangat dalam. Jihoon sampai bungkam saat Woojin mengatakan hal seperti itu. Yang dimaksud hanya diam saja dengan ekspresi yang biasa dia gunakan. Sangat datar. Woojin akhirnya bergerak untuk masuk dan pergi. Tapi lagi-lagi tertahan oleh tangan Jihoon yang menahan pintu mobilnya.

"Apa lagi?"

"Tapi-..."

"Tapi apa lagi? Sudah jelas kan?"

"Aku belum selesai bicara,Park Woojin"

"Lalu?"

"Aku lebih memilihmu di banding adikmu"

"Apa aku peduli dengan hal itu?"

"Woojin,aku serius! Aku benar-benar lebih memilihmu daripada Jisung"

"Tapi ayahku memaksaku untuk memilih Sakura"

"Dan kau tidak akan memilihnya"

"Apa kau terlihat peduli? Huh?"

Woojin menyingkirkan tangan Jihoon dari pintu mobilnya lalu menutupnya. Dia melajukan mobilnya ke suatu tempat. Jihoon merasa kakinya lemas setelah percakapan dengan Woojin tadi. Sejak saat itu dia terlihat berubah dan kembali ke jati dirinya yang dulu. Sangat dingin di bandingkan es. Tapi kali ini lebih parah dari pada dirinya yang dulu. Jihoon terduduk lemas di rerumputan di halaman mansion Woojin. Hingga beberapa saat seseorang yang ingin masuk ke dalam halaman tempat tinggal Woojin terkejut melihat keberadaan Jihoon disana.

"Jihoon-ah!"

"Eo? Sungjin oppa?"

"Apa yang kau lakukan duduk di rerumputan di depan tempat tinggal Woojin? Dari mana kau tahu tempat tinggalnya? Dimana Woojin? Apa dia di dalam? Kenapa kau tidak masuk? Kau kenapa? Kau baik-baik saja kan?"

Baiklah! Terlalu banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh seorang pria sebaya dengan Chanyeol di hadapannya. Dia adalah Park Sungjin,sepupu Woojin. Entah dari mana pria itu menemukan tempat tinggal Woojin yang baru. Ya,dia lebih tampat dengan wajah blasteran. Benar,dia memang blasteran antara Korea dengan Perancis. Ayahnya yang berasal dari Korea dan ibunya dari Perancis. Kembali ke Jihoon!. Dia masih tersedu-sedu mengingat semua percakapannya dengan Woojin baru saja. Apa benar Woojin sudah melupakan dirinya dengan begitu mudahnya. Kalau memang iya,sangat tidak bisa di percaya oleh Jihoon.

"Hei! Jawab"

"Woojin sedang keluar...aku menangis karena terkilir"

"Di sebelah mana? Mau aku obati?"

"Tidak usah...aku baik-baik saja...aku terlalu ceroboh tadi"

"Eiii,berhati-hati lah kalau berjalan kau bisa terjatuh lagi"

"Eumm terima kasih sarannya...kalau begitu aku pulang dulu"

"Woojin tidak dirumah?"

"Sudah ku katakan Woojin sedang keluar...aku pulang dulu,oppa"

"Bye~"

Jihoon berjalan sedikit demi sedikit berakting sedang kesakitan. Padahal bukan kakinya yang sakit. Yang sakit sebenarnya adalah hatinya. Terluka  karena Woojin. Berusaha untuk tetap tegar. Dia berjalan dan menunggu taksi di depan tempat tinggal Woojin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next?

Bad Girl & Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang