26

86 18 7
                                    

******

Woojin tengah membenarkan tuxedo nya. Dia memilih datang keacara tersebut bersama dengan teman-temannya karena mereka memang diundang. Woojin masuk kedalam mobilnya dan melaju ke salah satu gedung tempat acara tersebut di gelar. Yang membuat dia malas sebenarnya untuk datang adalah kehadiran Sakura. Dia juga akan datang keacara tersebut dan mungkin saja ayahnya akan memperkenalkan dirinya dengan Sakura kedepan publik.

Woojin akhirnya tiba di tempat acara digelar. Red carpet yang membentang dari pintu masuk hingga ke dalam tempat utama acara. Sudah banyak tamu yang datang termasuk para teman-temannya. Dia menghampiri yang lainnya. Woojin menyunggingkan senyum miring saat melihat calon pasangan baru yang tengah berdiri berdua bersama keluarga mereka. 5 menit lagi acara akan segera dimulai. Woojin memilih berdiri di dekat Chanyeol.

"Hyung"

"Eoh? Kau datang Woojin? Ku kira kau tak akan datang"

"Aku tahu apa yang akan direncanakan appa"

"Apa memang?"

"Lihat saja sebentar lagi"

Ayahnya naik ke atas panggung bersama dengan ibunya untuk mendampinginya. Memperkenalkan Park Jihoon sebagai calon menantunya dan juga sebagai tunangan Jisung. Jisung tersenyum lalu membungkuk pada semua orang. Setelah itu,acara inti di laksanakan. Yaitu,pemasangan cincin kedua pasangan. Setelah selesai, Tuan Park meraih sebuah mic dan menyuruh seorang gadis siapa lagi kalau bukan Sakura untuk naik ke atas panggung. Tak lupa dia memanggil Woojin untuk naik juga. Dugaan Woojin benar kalau ini akan terjadi.

"Baiklah para hadirin sekalian...saya juga ingin memperkenalkan calon menantuku yang ketiga...dia kekasih putra ketigaku,Park Woojin...dia gadis jepang yang mampu meluluhkan hati putraku..untuk sama-sama mendapatkan suasana dan tidak menggelar acara yang kedua kalinya kita gabungkan saja acara pertunangan ini dengan pertunangan Woojin dan Sakura"

Chanyeol dan Jimin yang tengah menonton terkejut. Teman-temannya juga terkejut. Termasuk Jihoon juga sangat terkejut saat mendengar keputusan ayah Woojin. Sakura? Jangan di tebak,sudah pasti dia tersenyum menang. Woojin tersenyum hambat karena sudah tahu rencana ayahnya yang ingin menjauhkan dirinya dari Jihoon. Sekilah dia menoleh kearah Jihoon yang menganga karena terkejut. Dia jadi merasa tak tega melihat orang yang dicintainya ikut merasakan sakit.

Woojin dengan berat hati meraih tangan Sakura dan menautkan cincin di jari manis tangan kirinya. Sakura tersenyum bangga dan memasangkan cincin di jari manis tangan kiri Woojin. Ayahnya begitu skeptis. Woojin menghela nafas panjang lalu memejamkan matanya sekejap untuk menetralisir emosinya. Dia melirik ke arah Sakura yang tersenyum sambil memandangi jari manis di tangan kirinya yang sudah terpaut cincin berlian mahal sebagai tanda kalau dia tunangan Woojin sekarang.

Woojin permisi untuk pergi dengan alasan ada urusan mendadak. Tidak ada urusan mendadak yang mengejar waktunya. Dia hanya kembali ke mansion nya. Jas hitamnya ia lemparkan ke sembarang tempat. Mengatur nafasnya yanh masih tersulut emosi di dalamnya. Dia memandangi tangan kirinya yang sudah tak kosong lagi sekarang. Ada cincin yang menyatu di jari manisnya. Ingin sekali dia melepaskannya tapi ini akan memperburuk keadaan. Woojin terduduk di sofa yang ada di kamarnya.

Ponselnya berkali-kali berdering. Seseorang tengah menghubunginya. Woojin mengambil ponselnya dan melihat sekilas siapa yang menelfon. Itu panggilan dari Daniel. Dia menonaktifkan ponselnya dan melemparnya ke kasur lebarnya. Dia berdiri dan berjalan kearah balkon. Angin malam membuatnya tenang. Kebetulan karena di kamarnya ada lemari es kecil yang berisikan soju dan minuman alkohol lainnua,Woojin mengambil sebotol soju. Entah apa yang membuatnya ingin minum minuman ber alkohol tinggi seperti itu.

Setelah meneguk sebotol Soju dia menundukkan kepalanya. Kejadian aneh apa yang sedang terjadi saat ini. Dia ingin semuanya segera berakhir saja. Pasti Jihoon juga ingin semuanya berakhir. Woojin mendongak saat mendengar suara seseorang yang sedang menekan bel pintu. Dirinya segera turun untuk menemui tamu. Dia turun ke lantai bawah karena memang kamarnya ada di atas. Woojin membuka pintu dan terpampang ketiga saudaranya berada di depan mansion nya. Woojin terkejut bukan main. Bagaimana bisa ketiga saudaranya ini tahu tempat tinggalnya yang baru. Tak ada yang tahu selain teman-temannya.

"Wae?"

"Apa kau membiarkan kami diluar?"

"Hufftt...silahkan masuk"

Woojin mempersilahkan ketiga saudara masuk kedalam tempat tinggalnya yang super mewah ini. Jisung seperti menghela nafas saat memasuki ruang tamu mansion Woojin yang luasnya luar biasa. Chanyeol,Jimin dan Jisung duduk di sofa panjang. Sedangkan Woojin duduk di sofa yang hanya untuk satu orang saja. Sebelum itu Woojin mengambil 3 gelas minuman untuk ketiga saudaranya. Setelah itu mereka malah saling diam. Tak ada yang memulai percakapan terlebih dahulu.

"Jadi ada apa?"

"Kenapa kau pergi begitu saja?"

"Aku malas"

"Appa sangat marah melihat kau pergi"

"Apa aku terlihat peduli"

"Woojin-..."

"Kalian pulang saja...aku ingin istirahat"

Woojin berdiri dan berjalan membukakan pintu. Ketiga saudaranya pasrah dan pulang. Woojin benar-benar lelah dengan yang terjadi sekarang. Sekarang apa lagi yang harus di tunggu dan di harapkan. Semua diluar perkiraannya. Ayahnya benar-benar mempercepat perjodohannya dengan Sakura. Setelah ketiga saudaranya pulang,dia membuka kemeja putihnya menampilkan perut seksinya sambil berjalan kearah kamarnya yang ada di lantai dua. Setelah berada di kamarnya dia membaringkan tubuhnya yang terasa berat di kasur empuk miliknya.

Woojin tak akan mengira kejadian ini. Kejadian yang terjadi diluar dugaannya. Dia mengusap wajahnya kasar. Dia baru ingat,harusnya dia membalas semua perasaan Jihoon dulu meskipun tingkahnya membuat dirinya risih. Dulu dia hanya mementingkan harga dirinya. Sekarang dia menyesel. Memang penyesalan selalu ada di awal. Rasanya dia ingin menyerah tapi masih ingin terus maju meskipun tak cukup kuat saat ini.

"Maafkan aku tak bisa membuatmu bertahan denganku,Jihoon"

S
K
I
P
.

Woojin tengah bersiap untuk pergi entah itu kemana. Dia hanya memakai kaos berwarna kuning,celana hitam panjang dan juga hoodie berwarna maroon. Dia meraih kunci mobilnya dan turun dari kamarnya. Mengambil selembar roti yang ia oleskan selai coklat di atasnya juga menuangkan susu coklat lalu meminumnya. Setelah selesai mengisi perutnya dia keluar dari mansion nya menuju mobilnya yang berada di depan mansion nya. Dia masuk dan segera melajukan mobilnya. Jalan-jalan menikmati angin sendirian apalagi tempatnya tak banyak kendaraan dan tak ada polusi.

(View jalannya kayak di MV Taeyeon "I"...gatau kenapa suka banget tempatnya)

Ddrrttt....ddrrrttt....

Ha Sungwoon is calling...

"Ne hyung?"
"Kau ada dimana?"
"Lihat saja di GPS...aku mengaktifkan GPS ku"
"Aku lihat di GPS kau berada di pedesaan?Apa kami boleh bergabung?"
"Kemarilah jika kalian mau"
"Okay,kami akan kesana...Tunggu"

Sungwoon memutuskan panggilannya. Woojin masih dalam perjalanan. Dia mengemudi dengan lambat karena masih ingin menikmati pemandangan pedesaan yang baru dia lihat dengan damai. Tebing yang menjulang tinggi menjadi dinding di sisi kanan jalan. Juga ada tebing yang menjulur ke bawah menuju perkebunan di kelilingin oleh pagar bambu yang membatasi jalan. Sangat tenang dan damai seakan dia lupa kalau kemarin dia sedang kalut karena cinta. Woojin berhenti sejenak di tepi jalan untuk menikmati pemandangan matahari yang bersinar.

Terlihat beberapa orang tengah berkebun di kebun mereka. Tanpa sadar Woojin mengembangkan senyumnya. Sangat lebar dan terlihat manis dengan senyuman yang mereka di wajahnya. Dia memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya. Hanya saja saat matanya terpejam gambaran wajah Jihoon terlihat dan dirinya langsung membuka matanya karena terkejut. Baru saja dirinya lupa akan masalah cintanya yang semakin lama semakin rumit. Melupakan Jihoon adalah hal tersulit yang tidak akan pernah dia bisa lakukan.




















Next?

Bad Girl & Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang