*****
Seorang gadis tengah duduk di sofa pojok yang ada di bar. Dia menikmati minum bir sambil menghisap hoka bersama beberapa pria dan juga ada beberapa gadis juga. Mereka tertawa ria sesekali bersulang dan meminum bir bersama. Gadis itu mengenakan pakaian yang sangat minim tanpa tali atau lengan yang memuaskan pandangan pria yang melihatnya. Mereka bersenda gurau kembali dan menghirup hoka bergantian. Seseorang gadis menepuk pundak teman yang duduk di sampingnya.
"Bagaimana pertunanganmu nanti,Hoonie?"
"Yahh seperti itu...aku harus berpura-pura suka padanya,kau tau bukan dia yang aku inginkan bukan?"
"Kurasa pria yang kau taksir itu tidak sepadan denganmu...dia keren dan berwibawa"
"Oh ayolah kita saling mencintai"
Gadis itu ternyata adalah Jihoon yang sedang berada di bar dengan teman-temannya. Jihoon menuangkan lagi bir kedalam gelasnya lalu diminumnya sendiri. Mengingat kejadian di hotel dia ingin sekali jujur pada semua orang kalau dia lebih memilih Woojin begitupun juga Woojin akan melakukan hal yang sama. Jihoon bersandar dan membuka ponselnya. Ada banyak panggilan tak terjawab dari Jisung juga ada 100 lebih pesan tak terbaca yang dikirim oleh Jisung. Jihoon segera menghubungi anak tersebut. Tak ada jawaban. Dia menyimpan kembali ponselnya. Tak lama deringan telfon Jihoon membuatnya terkejut. Itu panggilan dari Jisung. Dia segera mengangkatnya.
"여보세요 (halo)"
"너 어디? (kamu dimana?)"
"Aku ada di bar"
"Lihat kedepanmu"Jihoon menoleh kearah depan dan mendapati sosok Jisung sudah berada di depannya juga teman-temannya. Jisung mematikan ponselnya begitupun dengan Jihoon. Dia menatap tajam Jihoon. Teman-teman Jihoon saling bertukar pandang dan memilih untuk diam. Jihoon masih terdiam dengan keberadaan Jisung yang sudah ada didepannya sekarang. Ohh Jisung sekarang sangat tampan. Menggunakan setelan hitam juga topi hitam. Terlihat sangat dewasa. Ah,lupakan gaya Jisung. Jisung san Jihoon saling bertatapan. Tanpa pikir panjang Jisung menarik Jihoon tanpa ijin. Dia membawa Jihoon keluar sedikit menjauh dari bar. Anak itu melepaskan tarikan di tangan Jihoon dengan paksa.
"Aww"
"Sudah puas bersenang-senang di hotel dengan kakak kandungku sendiri?!"
"Yak!!!"
"뭐??!!! (Apa??!!!)"
"Aishh,bisa bicara pelan-pelan tidak...tangan ku sakit kau menariknya terlalu kasar"
"Lalu apa kau peduli perasaanku,Park Jihoon?"
"Ya!!! Park Jisung!!!"
PLAK!
Tanpa diketahui setan mana yang menyelimuti amarah Jisung. Jisung menampar pipi kanan Jihoon. Gadis itu terkejut. Ini baru pertama kalinya ada pria yang berani berbuat kasar padanya hingga menamparnya seperti ini. Jisung terdiam setelah dia menampar Jihoon. Dia tak percaya kalu baru saja dia melakukan hal seperti itu. Jisung segera meraih tangan Jihoon tapi malah ditepis oleh gadis itu. Jihoon masuk pergi menjauh dari Jisung. Dia melangkah sambil menangis. Jisung menatap kepergian Jihoon yang berusaha mengusap airmatanya.
"Jisung?"
Jisung menoleh kearah sumber suara yang di dengarnya. Dia melihat seorang gadis berdiri di samping nya memandanginy. Tentu saja dia tahu siapa gadis ini. Dia yang memberitahu tentang Jihoon dan kakak kandungnya,Sakura. Jisung memalingkan wajahnya setelah melihat kalau itu adalah Sakura. Tangannya mengepal dengan amarah yang masih menyelimuti dirinya. Jisung menghela nafas dan pergi meninggalkan Sakura. Gadis itu menyunggingkan senyumnya melihat situasi seperti ini. Dia menyusul langkah Jisung yang masih belum jauh dari nya.
"Bagaimana kau dengan Jihoon? Kapan kau akan bertunangan dengannya...aku tidak sabar menggelar pertunangan dengan Woojin"
"..."
"Kau tahu? Kakak mu itu membuatku nyaman saat pertama kali bertemu di Spanyol"
"..."
"Ini konyol kan...tapi kurasa aku ditakdirkan dengan kakakmu"
"..."
Jisung panas mendengar ocehan dari gadis yang ada di sampingnya ini. Dia berusaha mempercepat langkahnya tapi gadis ini selalu mensejajarkan langkahnya. Jisung membuang nafasnya kasar dan berhenti mendadak. Tentu saja Sakura ikut berhenti. Gadis itu ingin mendapat simpati dari adik Woojin yang ini karena dia yang paling dekat dengan kakaknya diantara yang lain. Jisung berbalik badan menghadap Sakura.
"Itu urusanmu dengan kakakku!!! 따라하지만!! (Jangan ikuti aku!)"
Jisung meninggalkan Sakura yang masih berdiri di posisinya. Sakura tersenyum evil melihat Jisung yang pergi begitu saja. Dia melangkah kembali ke tempat tinggalnya yang di berikan oleh keluarga Woojin. Nako yang sedang duduk di depan pintu langsung berdiri setelah melihat Sakura kembali. Sakura membuka pintu dan masuk kedalam diikuti oleh Nako. Mereka memang bukan saudara kandung. Setelah orang tua Sakura bercerai disaat usianya masih 13 tahun orang tuanya mengirimnya ke panti asuhan dan satu-satunya anak yang dekat dengan Sakura adalah Nako. Setelah sekian lama,ada sebuah keluarga yang mengangkat anak mereka berdua. Sayangnya mereka diangkat anak oleh sebuah keluarga yang ternyata adalah keluarga mafia terkenal di Jepang. Nakamoto Yuta dan Hirai Momo adalah saudara tiri yang selalu menyiksa mereka berdua jika tidak mendengarkan kakak angkatnya tersebut.
"Sakura,sudahlah...kau merusak keharmonisan hubungan seseorang"
"Kau tau apa??!!"
"Kulihat Woojin dan Jihoon tulus saling mencintai"
"Hei,bukan saatnya kau membahas cinta-cinta"
"Tapi memang kenyataannya seperti itu"
"Kau mau hidup tersiksa dengan keluarga mafia itu?? Kau mau hidup dengan luka memar yang masih membekas di punggungmu itu?? Kalau aku akan memilih hidup bebas sekalipun itu merusak kebahagiaan orang lain..lagipun aku juga mencintai Woojin"
"Tapi bukan seperti ini caranya-..."
"DIAM!!!"
S
K
I
P
.Woojin sedang berbenah di dalam kamarnya. Chanyeol dan Jimin menemaninya. Keputusan Woojin untuk pindah ke mansion yang ia beli sendiri di daerah Gangnam sudah bulat. Dia akan pindah hari ini. Jisung masuk kedalam kamar melihat Woojin yang tengat berbenah barang-barangnya. Sudah beberapa hari ini sejak kejadian mereka tidak saling bicara. Woojin hanya melirik sekilas pada Jisung. Padahal saat Woojin akan pergi ke Spanyol untuk kuliah orang yang pertama kali menahan kepergian Woojin sambil menangis hingga hampir ketinggalan pesawat adalah Jisung. Kedua kakaknya tersebut tahu kalau Jisung sebenarnya ingin menahan kepergian Woojin sekarang hanya saja dia gengsi.
"Hyung,aku berangkat kalau begitu...sampaikan pada eomma appa...tak perlu mengkhawatirkan aku"
Jisung hanya menoleh melihat Woojin saling berpelukan dengan kedua kakak tertuanya itu. Woojin menggeret kopernya keluar dari kamar. Ayah dan ibunya sedang duduk di ruang keluarga tengah menonton televisi dengan santainya berdua. Woojin lewat begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ayahnya yang melihat Woojin seperti itu langsung angkat suara hingga Woojin mendadak berhenti.
"Apa ayahmu ini mengajarkan untuk tidak sopan pada orang yang lebih tua,Park Woojin?!!"
Woojin hanya diam namun tak berbalik badan. Dia ingin segera pergi dari rumahnya. Jika sudah ada orang tuanya saudara yang tertua pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ayahnya menghampiri Woojin dan berdiri tepat di belakang Woojin. Dia tau kalau beliau sedang ada di belakang dirinya tepat. Woojin yang memang tak banyak bicara memilih untuk segera pergi sambil menyeret kopernya.
"KEMBALI KE KAMARMU,PARK WOOJIN!!!"
Woojin tetap tak mendengarkan ayahnya dan masuk kedalam mobil yang ia miliki dan ia beli sendiri. Melajukan mobilnya kearah tempat tinggalnya yang baru. Dari pada harus menderita semuanya dia harus melupakan kembali perasaannya pada seorang Park Jihoon yang sudah menjadi teman dekatnya meskipun tidak menjalin hubungan resmi sebagai kekasih dengan dirinya. Kembali melupakan cinta sehati nya itu adalah jalan terbaik yang dipilih Woojin agar masalah tidak kembali melebar.
Maaf kalo cerita nya gaje ya
![](https://img.wattpad.com/cover/154004958-288-k665350.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl & Good Boy
FanfictionMenikah dengan gadis nakal? Sangat menyusahkan! Park Woojin Remaja yang termasuk dalam kategori "GOOD BOY". Di idolakan para gadis remaja. Dan,di pertemukan dengan seorang gadis yang mengacaukan hidupnya sampai akhirnya menikah dengan gadis yang sud...