22

133 18 14
                                    

*****

Setelah acara peresmian sekolah dance masing-masing temannya Woojin berkumpul dengan yang lain di cafe termasuk Jihoon. Tapi ada yang berbeda dengan raut wajah Woojin. Jihoon meninggalkan jaketnya untuk menutupi tubuh bagian bawahnya malah ditinggalkan di mobil. Dan yang membuat Woojin panas adalah saat Jihoon berjalan ke arah kamar mandi pengunjung pria membelakkan matanya melihat tubuh Jihoon yang elok. Tak ingin merubah sikap dinginnya menjadi posesif dia memilih diam.

"Hai cantik"

Woojin menoleh mendengar suara tersebut. Jihoon yang baru keluar dari toilet langsung di hadang 3 orang pria. Jihoon terkejut berusaha melewati ketiga pria tersebut. Woojin mengepalkan tangannya melihat hal tersebut. 3 orang itu Woojin diamkan tapi malah menyentuk kulit Jihoon. Dia bangkit dan menghampiri orang tersebut. Teman-temannya menatap heran kepergian Woojin.

"Minggir!"

"Kau? Park Woojin kan?"

"Aku Park Woojin atau bukan ini bukan urusan kalian...menyingkirlah dari wanitaku!"

"Maksudmu dia kekasihmu?"

"Kubilang menyingkir bajingan!!!"

Woojin menghatam pipi kiri salah satu dari ketiga orang tersebut. Pria itu tersungkur jatuh sambil meringis dan memegangi area yang di pukul oleh Woojin. Kedua dari mereka membantu temannya yang terjatuh tersebut dan berlari ketakutan melihat Woojin setelah ada yang di hajar oleh Woojin. Pengunjung lain melihat kearah mereka. Jihoon masih diam terkejut. Woojin menarik tangan Jihoon paksa untuk pergi dari tempat tersebut.

"Aku pulang dulu"

Ucap Woojin pada yang lainnya yang masih dalam kondisi syok karena baru pertama kali melihat Woojin seperti ini. Woojin membuka pintu mobil dan membentak Jihoon masuk kedalam. Dia masuk ke kursi kemudi. Jihoon khawatir melihat Woojin yang menyetir dalam keadaan emosi. Tiba-tiba Woojin berhenti mendadak di pinggir jalan. Mencoba mengatur amarahnya untuk lebih tenang.

"Sudah kubilang kan pakai jaket itu!!!"

Jihoon memutar bola matanya malas. Woojin masih tidak paham kalau Jihoon sudah terbiasa seperti itu jika di bar. Woojin mengacak rambutnya kasar dan menghela nafas. Jihoon memandang Woojin yang tengah memainkan jarinya di tempat stir nya. Rasanya dia juga bersalah memakai pakaian minim saat bersama Woojin. Woojin kan anaknya formal sekali. Dia meraih jaket yang ada di paha Woojin lalu menutupi bagian pahanya sendiri.

"Untuk apa kau tutupi??!! Sudah terlambat!! Hah~!! Sudah lah ikut aku saja"

Woojin melajukan mobilnya kearah sebuah hotel. Dia memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang ada di dalam bangunan tersebut. Jihoon bingung kenapa Woojin membawanya ke hotel. Dia berpikir kalau Woojin tidak akan melakukan apa-apa dan hanya ada urusan saja dia kesini. Dia mengisyaratkan Jihoon untuk segera turun dari mobil dan mengikuti langkahnya. Jihoon mengiyakan saja dan mengikuti Woojin yang berjalan ke tempat resepsionis. Ternyata anak itu sudah memesan hotel semalam. Setelah mengambil kunci berbentuk kartu itu mereka pergi ke kamar yang sudah di beritahu sang resepsionis. Woojin tengah menekan kode kamar sambil berdiri Jihoon di belakangnya.

"Untuk apa kita kesini?"

"Masuk saja"

Woojin kembali bersikap dingin. Dia melemparkan jaket ke kasurnya sambil membuka kancing di dada atasnya. Jihoon hanya mengikuti lalu duduk di sofa. Woojin membuka tirai kamar dan menampakkan pemandangan ibukota yang ramai kendaraan. Setelah itu dia menghampiri Jihoon dan duduk di sampingnya. Mengaktifkan musik lewat remot kontrol multifungsi yang tersedia. Jihoon melihat sekeliling. Cukup mewah juga tampilan kamarnya.

Bad Girl & Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang