25

81 18 4
                                    

*****

Mansion mewah serba putih interiornya yang ditinggali oleh Woojin adalah bangunan paling elit di antara bangunan yang berdiri kokoh lainnya. Woojin tengah mengeringkan rambutnya. Dia hanya mengenakan celana pendek hitam tanpa kaos tak lupa handuk yang masih menempel di kepalanya. Tangannya berkutat di kepalanya dengan handuknya lalu duduk di sofa panjang nan empuk itu. Karena dia suka kopi,dia menuangkannya kedalam cangkir lalu menyeruputnya perlahan. Tak ada yang tahu kalau Woojin pindah ke tempat semewah ini. Hanya sahabatnya yang tahu kalau dia pindah ke tempat ini.

"Woojin!!!!!!!!"

Woojin yang tengah asyik bersantai harus beranjak membuka pintu karena ada seseorang diluar. Dia berjalan kearah pintu. Menekan kode yang menjadi kata sandi pintu tempat tinggal mewahnya ini. Setelah membuka pintu dia melihat Daehwi dan Sungwoon datang dengan dua plastik entah berisi apa didalamnya. Woojin mempersilahkan mereka berdua masuk. Keduanya langsung menyambar ke sofa dan bergelayut manja dengan sofa.

"Ada apa kalian kemari?"

"Hishh,kau ini! Kita ingin melihat keadaanmu"

"Aku baik-baik saja"

"Apa kau tidak akan menghadiri acara pertunangan adikmu?"

"Tidak!"

"Aku tau kau sangat mencintainya...aku mengerti perasaanmu Woojin"

"Sudah lupakan"

Woojin berjalan kearah mereka berdua dan duduk bersama. Minggu depan adalah hari pertunangan kedua orang yang Woojin sayangi. Tapi, dia tidak bisa dan tidak akan datang ke acara itu. Kalau datang dia akan menggagalkan acaranya. Kembali pada dirinya yang terdahulu adalah jalan yang ia pilih. Woojin duduk bersantai bersama kedua temannya sambil menonton televisi yang sedang menayangkan acara ajang pencarian bakat si salah satu stasiun TV Korea.

"Apa Jihoon tahu kau pindah,hyung?"

Woojin menggeleng saat Daehwi menanyakan hal tersebut. Jelas Jihoon tidak tahu karena tidak ada orang lain selain sahabat Woojin yang ini dan sisanya yang tahu dia tinggal disini. Woojin kembali memfokuskan dirinya pada penayangan acara televisi tersebut sambil berbagi cemilan bersama mereka berdua. Dirasa bosan Woojin,Daehwi maupun Sungwoon tertidur pulas di sofa.

S
K
I
P
.

"Jihoon,kita harus bicara...aku minta maaf...minggu depan acara kita"

"Ck,Sudah aku bilang berapa kali? Aku kecewa padamu,Park Jisung"

"Aku minta maaf,aku benar-benar reflek menamparmu karena aku merasa sangat kesal"

Jihoon tak memperdulikan Jisung yang tengah mengikutinya memohon agar tetap dengannya dan memaafkan kejadian dimana Jisung menampar Jihoon di pinggir jalan diluar Bar tempat Jihoon berkumpul. Jisung terus saja mengejar Jihoon yang semakin menjauh. Dia tidak merasa lelah sebelum Jihoon memaafkannya dan masih mau mempertahankan hubungan dengannya. Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa berat karena dia masih memikirkan Woojin. Sudah 2 bulan lebih pria itu tidak ada kabar pada Jihoon.

"Aishh,Park Woojin!!! Kau ini dimana?? 2 bulan lebih kau menghilang"

Langkahnya terhenti. Hanya dengan bertahan dengan Jisung dia tahu tentang keberadaan ataupun tentang Woojin. Jihoon berbalik badan dan melihat Jisung yang tengah mengejarnya dengan nafas yang tersenggal-senggal. Jisung ikut berhenti dan menatap Jihoon yang memang lebih pendek darinya. Mata mereka saling bertemu.

"Baiklah,aku memaafkanmu...awas sampai itu terulang lagi"

Jisung mengangguk dan tersenyum sedetik kemudian dia langsung memeluk Jihoon bahagia. Dia mempererat pelukan. Dari kejauhan ada seseorang sedang memperhatikan dengan wajah datarnya. Dia lalu berjalan melewati mereka berdua saat mereka sudah selesai berpelukan. Pria itu tak sedikitpun bilang permisi atau apapun saat lewat tepat di depan mereka berdua. Jihoon membelakkan matanya. Baru saja dia membantin tentang orang itu. Jisung langsung menyapanya.

"Hai hyung"

Dia Woojin yang sedang lewat. Woojin menghentikan langkahnya dan berbalik. Menatap datar kedua orang yang ada di depan matanya tersebut. Jisung menarik Jihoon untuk mendekat kearah Woojin. Masih dengan ekspresi datar. Jisung menyuruh Jihoon menyapa Woojin juga karena dia merasa bahagia Jihoon masih mau bertahan dengan dirinya.

"Hai Woojin"

Ucapnya gugup. Woojin hanya diam saja memandang Jisung bergantian dengan Jihoon. Wajah yang sangat datar tanpa ekspresi sama sekali. Tak ada senyuman. Tak terdengar suara balasan dari sapaan mereka berdua. Jisung maupun Jihoon diam melihat Woojin yang kembali berubah.

"Apa kab-.."

"Aku tidak kenal denganmu"

DUAR!!!

Serasa hancur berkeping-keping mendengar Woojin berkata seperti itu saat Jihoon yang ingin menanyakan kabarnya. Jihoon membelakkan mata dan tak percaya kalau yang ditanya kabarnya itu adalah Woojin. Woojin yang ia kenal bukan Woojin yang seperti itu. Ini Woojin yang berbeda. Jisung terdiam melihat sikap kakaknya yang seperti itu.

"Dia Jihoon,hyung"

"Kau tahu kan,Jisung...aku tidak suka wanita malam seperti dirinya"

Jihoon menganga tak percaya dengan yang dikatakan Woojin. Bukannya waktu yang telah dilewati bersamanya sangat manis bahkan Woojin lupa kalau Jihoon gadis malam. Yang Woojin tahu hanya dia mencintai Jihoon. Woojin banyak berubah. Pilihannya untuk kembali tertutup tidak bisa di elak lagi. Woojin melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Jihoon yang melihat kepergian Woojin merasa hancur. Padahal baru beberapa minggu lalu Woojin berjanji tidak akan meninggalkannya dan berusaha mempertahankan hubungan dengannya.

"Sudahlah,kalau itu pilihan Woojin hyung...kuharap dia tidak salah pilih. Ayo pulang,baby"

Jihoon menghela nafas panjang dan mengikuti langkah Jisung. Dia memikirkan ucapan janji yang di ucapkan Woojin beberapa minggu lalu. Apa Woojin yakin bisa menepati janjinya? Apa Woojin bisa tidak meninggalkannya? Apa Woojin bisa mempertahankan hubungan mereka?. Hanya itu yang ada di pikiran Jihoon sekarang.

Flashback

Jihoon tengah terduduk di sofa ruang tengah rumahnya. Joy akhir-akhir ini jarang pulang kerumah karena sudah punya apartemen pribadi yang di belikan oleh Chanyeol sebagai hadiah ulang tahunnya dan sebagai hadiah hari jadi hubungan mereka. Hah~ bahkan pada kakak sendiri dia merasa sangat iri. Chanyeol adalah mantan kekasih Joy bahkan mereka sampai tidak terpikirkan bisa kembali lagi dan tak lama lagi akan menikah.

Tok...Tok...Tok...

Seseorang mengetuk pintu rumah. Jihoon yang tengah bersantai langsung beranjak membukakan pintu untuk orang yang tengah mengetuk pintu tersebut. Jihoon membukakan pintu dan nampak di depannya tengah berdiri Woojin. Dia menggunakan hoodie hitam. Jihoon mengerjapkan matanya melihat Woojin ada di depannya sekarang.

"Ada apa?"

"Aku ingin mengatakan sesuatu"

"Mengatakan apa?"

"Aku berjanji akan mempertahankan hubungan ini bersamamu...aku juga berjanji tidak akan meninggalkanmu"

Jihoon mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya. Tak lama,dia mengangguk sambil tersenyum. Senyum bahagia yang terlukis di wajahnya. Sesaat Woojin pamit untuk pulang. Tak lupa dia mencium Jihoon sebentar lalu pulang.

Flashback off

Woojin menghela nafas panjang. Dia bingung sekarang. Dirinya sudah berjanji pada Jihoon kalau dia akan mempertahankan hubungannya dengan Jihoon dan tidak akan meninggalkan gadis itu. Tapi,dia tidak bisa seperti itu karena dia juga punya pilihan untuk kembali menjadi jati dirinya yang dulu. Woojin terduduk di halaman taman depan mansion nya. Dia sedang bimbang,bingung dan yang lainnya. Sangat rumit sekali untuk dijalankan. Jika dia melakukan janjinya akan lebih rumit. Jika dia tidak melakukannya dia akan kehilangan orang yang dicintainnya selama ini.

"Kau baik-baik saja?"

Woojin terkejut melihat seseorang berdiri di depannya. Dia mengangguk untuk menjawab kalau dia baik-baik saja. Woojin membenarkan posisi duduknya. Gadis yang menanyakannya itu duduk di depan Woojin. Ya,kalau dilihat-lihat bangku di cafe ini sudah penuh dan yang tersisa hanya di depan Woojin ini saja. Woojin tengah memikirkan datang atau tidak diacara pertunangan adiknya dan orang yang sangat dicintainya itu.














Next?

Bad Girl & Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang