8

1.2K 109 14
                                    

*****

Sudah satu setengah tahun Woojin meninggalkan Korea. Sudah 6 bulan juga dia sembuh dari kecelakaan yang menimpanya di Amerika hingga mengakibatkan dia amnesia total. Kakinya melangkah keluar dari bandara Incheon. Sebulan yang lalu saudaranya pergi ke Amerika setelah mendengar kabar itu. Mereka terkejut karena Woojin amnesia total yang artinya tak akan ingat apa-apa.

Chanyeol,Jimin maupun Jisung berusaha mengembalikan ingatannya dengan menyebutkan namanya dan menunjukkan foto kebersamaan mereka di ponsel masing-masing. Woojin melihat alamat yang tertera di kertas putih itu. Alamat itu adalah alamat rumahnya yang diberikan Chanyeol padanya saat di Amerika.

"Benarkah mereka saudaraku?"

Woojin tersenyum melihat foto dirinya dengan ketiga saudaranya itu. Taksi yang sudah dipesannya akhirnya datang. Woojin memberitahu supir taksi untuk pergi ke alamat yang tertulis itu.

Woojin melihat pemandangam dari dalam mobil taksi itu. Gedung-gedung yang menjulang tinggi. Pertokoan pinggir jalan juga mall-mall besar. Tak lama taksi yang ditumpanginya tiba di tempat.

Rumah besar menjulang tinggi diantara rumah-rumah yang lain. Seorang remaja keluar dari rumah besar itu mengejar seekor anjing yang berlari kearah halaman. Remaja itu memandang kearah luar pagar.

"Woojin hyung?"

Woojin memandang kearah remaja itu. Tak lama keluar dua orang pria lagi dari dalam rumah. Woojin mencoba mengingat dua orang yang baru saja keluar dari rumah menghampiri remaja yang ada di halaman.

"Woojin? Kau sudah datang?"

"Eee..."

Woojin mencoba untuk tersenyum pada kakak nya ini.Jimin dan Chanyeol mendekatin Woojin dan membantu membawakan koper dan tasnya.

"Aku prediksi kau akan betah berada Korea"

Woojin hanya diam mengikuti ketiga orang yang berada didepannya ini. Woojin berhenti melangkah dan mencoba mengingat semua kenangan yang dulu. Tapi, hasil nya tetap sama. Dia tidak bisa mengingat semuanya.

"Hyung"

Chanyeol dan Jimin menoleh bersamaan. Woojin menatap kedua orang itu.

"Tidak ada,hyung"

Woojin menghampiri ketiga orang itu. Jisung sedari tadi hanya diam saja memandangi ketiga kakaknya. Dipikirannya hanya ada 1 yang dipikirkan,yaitu mengembalikan ingat sang kakak. Setelah mendengar Woojin kecelakaan,Jisung menangis 4 hari 3 malam di kamar.

"Hyung,bolehkah aku merindukanmu?"

"Eungh?"

Woojin diam tak bisa berkata-kata lagi. Mereka sudah sampai di kamar mereka yang digabung menjadi satu. Chanyeol membuka knop pintu kamar mereka.

"Nahhh..kalau ini kamar kita dulu"

Woojin memandangi isi kamarnya. Di tempat tidur yang akan ditempati Woojin banyak sekali foto dirinya dengan kakak dan adiknya itu. Juga foto keluarga yang terpasang diatas tempat tidur masing-masing.

*****

Suasana di Bar sangat ramai. Seorang gadis tengah mabuk berat hingga tak kuat untuk berjalan tegak. Malam dingin menyelimuti kota Seoul. Gadis itu hanya menggunakan pakaian minim yang dapat mengundang nafsu kaum pria. Woojin tengah menikmati malam di Kota Seoul bersama dengan Jisung. Malam ini si bungsu menemani kakaknya untuk jalan-jalan di saat malam hari.

BRUK!

Es krim yang ada di tangan Woojin terjatuh ke trotoar. Seseorang telah menabrak dirinya dan tersungkur di kakinya. Jisung baru saja selesai membeli semangkuk tteokbokki. Tangannya sekarang memegangi es krim dam juga mangkuk berisi makanan itu.

"Jihoon noona?"

Woojin menoleh kearah Jisung begitupun dengan Jisung. Woojin memberi tatapan mata seolah bertanya pada Jisung apa dia mengenal orang ini. Jisung memberikan apa yang ada di tangannya pada Woojin dan menolong gadis yang disebut-sebut adalah Jihoon itu.

"Kau mengenalnya?"

"Kalau kau ingat kau juga mengenalnya,hyung...dia gadis yang kau benci juga kau cintai"

"???"

'Benarkah? Benarkah aku pernah dekat dengan gadis pemabuk ini?'

"Untung saja...jarak rumah tidak jauh dari sini...ayo bawa dia kerumah"

"Membawanya kerumah? Bagaimana kalau hyung yang lain tahu kau membawa gadis pemabuk ini kerumah?"

"Hyung,ayolah...kapan kau akan sembuh? Cepatlah ingat! Aku malas membuatmu untuk ingat....sekarang pun kau tak ingat untuk membantuku membawa Jihoon noona"

"Bagaimana aku mau membantumu..lihat tanganku"

Dengan santainya Woojin memakan es krim milik Jisung yang ada di tangannya tanpa dosa dan tanpa izin. Jisung sudah siap mengeluarkan caci makinya karena Woojin telah memakan apa yang jadi miliknya.

"Itu es krim ku"0

Woojin tak memperdulikan itu dan memakannya sampai habis. Jisung menghela nafas kasar melihat apa yang kakaknya lakukan.

S
K
I
P
.

"Hyung...aku mau ini"

"Jangan Woojin..nanti gigimu bisa berlubang"

"Tapi hyung..."

"Yang Chanyeol hyung katakan benar Woojin...nanti gigimu berlubang...sebaiknya kau makan bubur saja dengan Jisung"

"Aku mau coklat"

"Makan dulu buburnya"

Woojin hampir terjatuh ke belakang. Ia mengingat sesuatu. Seorang anak kecil yang merengek pada kakaknya agar diizinkan makan coklat. Sedangkan kakaknya tidak mengizinkannya dan menyuruhnya makan bubur dengan adiknya. Mungkin ini pertanda kalau Woojin mendapatkan memori ingatannya kembali.

"Woojin, ada apa?"

"Hah?? Tidak! Tidak apa-apa...aku ke kamar dulu"

Woojin berlari meninggalkan yang lain yang sedang menjaga Jihoon. Woojin masuk dan mengunci kamarnya. Dia mengambil bingkai foto kecil yang ada di meja belajarnya. Foto saat keempat anak itu masih kecil,foto saat mereka masih SD,foto saat mereka masih SMP,foto saat mereka masih SMA juga foto yang diambil baru-baru ini.

Woojin mencoba kembali mengingat apa yang dia ingat tadi saat di ruang tengah. Tapi, dia benar-benar tidak bisa mengingatnya lagi.

"Siapa sebenarnya aku?"

Tok..tok..tok...

"Woojin, turunlah...kita makan malam bersama...teman Jimin kesini dan membawa makanan"

"Iya, sebentar lagi"

Woojin meletakkan kembali bingkai kecil itu dan turun ke lantai bawah menemui yang lain. Woojin menghela nafas perlahan begitu tiba di ruang makan. Ada banyak sekali makanan yang tersedia. Nafsu makannnya terganggu sekarang karena berusaha mengingat apa yang diingatnya tadi.

"Ayo makan"

Woojin langsung menarik kursi dan duduk. Tapi, tangannya belum sama sekali menyentuh sendok nasi dan memindahkannya ke piring. Matanya masih saja terfokus pada piring yang ada di hadapannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next?

Bad Girl & Good BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang