14. Beku

465 40 0
                                    

Pagi harinya Urs tidak melihat Sarah bergabung memakan sarapnnya di meja makan. Tapi Urs melihat piring bekas makan Sarah. Rupanya Sarah sudah sarapan mendahuluinya.

Biasanya Urs melihat Sarah ribut dengan kedua Keponakannya.

"Hai Alice, hai Bryan."
Urs menyapa kedua anak David dengan ramah.

David nampak sedang menikmati makannya. Roseline sibuk membantu anak-anak makan.

"Om,  tante Sarah kenapa ya?  Pagi-pagi banget udah berangkat kerja,  hari ini Daddy yang akan ngantarain kami kesekolah,  sama sekali nggak seru."

Alice menyentuh lengan Urs yang besar dan kuat sambil berbisik ketelinga Urs tapi David bisa mendengar apa yang di bicarakan Alice.

"Alice." David memanggil dengan nada memperingatkan.

"Mungkin tantemu sangat sibuk."

Urs menjawab dengan berbisik juga di telinga Alice.

"Tante Sarah lagi marahan sama Om Urs. "
Bryan si kecil ikut berkomentar dengan suara anak-anak yang menggemaskan.

"Sssttt!" mulut David kembali berdesis.

"Urs, aku akan mengantar anak-anak,  kamu nggak keberatan kan nyetir sendiri sambil nganterin Rose sampai ke klinik?"

David bicara sambil menatap Urs yang sedang mengolesi roti dengan mentega.

"No problem."  jawab Urs pendek.

"Dan maaf tentang semalam, terkadang masalah seperti itu sukar di kemdalikan."

David menambahkan.

"Masalah itu sudah selesai." celetuk Urs.

David tersenyum tanpa rasa berdosa. Roseline tidak bereaksi. Dia menatap dua pria di hadapannya.  Sama-sama besar,tampan dan menjulang, tapi dia mengakui bahwa terkadang suaminya bertingkah seperti anak-anak.

" Jadi siapa yang menderita sekarang? Kau Urs?  atau Sarah yang baperan?"

Roseline bertanya pada Urs tapi pria itu tidak menjawab.

"Semua baik-baik saja sayang."
Kata David.

Tapi semua orang berwajah masam, bahkan Alice yang masih anak-anak sangat muak melihat ayahnya.

"Capek deh,  Om Urs sama Daddy sama-sama payahnya."

Alice berceloteh sambil meninggalkan meja makan dan memersiapkan tasnya.

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Urs mengerti Sarah sedang berjuang keras menghindarinya.  Dia bahkan tahu Sarah setengah mati berusaha untuk tidak bertemu dirinya dimanapun,  bahkan di dalam rumah.

Sarah sedang menjaga jarak sesuai keinginan Urs.  Sehingga Sarah memilih banyak diam, bekerja seperti biasa tidak ingin memikirkan pria yang ada di rumahnya.

Lagian Urs juga udah nggak pernah gangguin Sarah lagi, jadi hidupnya terasa kembali normal.

Setiap malam Sarah di kamarnya menekuni pekerjaannya. Sepuluh hari sudah berlalu, Sarah berfikir Urs akan  segera pergi meninggalkannya dan akan menikah dengan Val.
Sarah menatap kemeja Urs yang melekat sempurna di manikin

Sarah tersenyum puas, Urs pasti akan tampan dan luar biasa mengenakannya, bersama tuxedo. Sarah pasrah tahu pengantin wanitanya adalah Valerie, bukan dirinya.

Ya ampun!  Sarah ingat celana panjang Urs belum Di buat, Sarah bahkan belum sempat mengukur tubuh Urs kembali.

Sekarang Sarah panik. Waktu Urs tinggal disini juga tidak akan lama.

Bego banget sih gue bisa lupa begini.
Sarah mengutuki diri sendiri sambil meraih pajama supaya dadanya tertutup, lalu mengikatnya dengan benar kalau-kalau tali itu akan lepas dengan sendirinya.

Sarah membuka pintu kamar.  Susana rumah sepi. David dan Rose bahkan tidak menonton TV seperti biasanya.

Sarah mentap keatas kearah pintu kamar Urs yang tertutup rapat, berharap Urs berada di dalamnya.

Sarah melepaskan sandalnya supaya kakinya tidak berderap di lantai lantas David terbangun dan mempergoki Sarah sedang mengendap-endap di depan kamar Urs.

Sarah sports jantung untuk mencapai puncak tangga, melewati depan pintu kamar kakaknya dan akhirnya Sarah sampai di depan kamar Urs, di bantu remang-remang cahaya dari luar yang menembus melalu jendela kaca.

Sarah tidak mengetuk pintu, tapi langsung memegang knop pintu dan berusaha membuka,  tapi gagal karena pintunya terkunci dari dalam.

Sarah hampir putus asa dan terus membuka.

Di dalam kamarnya Urs sedang penasaran dengan knop pintu yg sedari tadi bergerak-gerak seperti seseorang akan membukanya.

Urs terus menatapnya tanpa berkedip, terus tersadar ada seseorang diluar yang memohon supaya pintunya di buka.

Pria itupun berdiri mendekati pintu, Sarah? 

"Buka pintu please. " ya benar itu suara Sarah.

Akhirnya Urs membukanya, dan melihat mata bulat Sarah. Kemudian wanita itu berhambur masuk kekamar sambil menutup pintu di belakang punggungnya.

"Kamu belum tidur?" tanya Sarah,  Urs hanya menggeleng.

"Aku hanya ingin tahu kapan kamu akan ke butik?  Kamu harus mengukur celanamu." kata Sarah serius.

"ini kan urusan bisnis Sarah, nggak perlu juga kan di omongin di rumah." Urs menjawab dengan ketus bikin Sarah sebal.

"Aku kan cuma nanya doang,  sorry kalau aku mengganggu."

Sarah menatap Urs dengan tatapan kesal. Lalu diapun berbalik badan hendak membuka pintu ketika tangan Urs yang besar menahan tangan Sarah untuk tidak membuka pintu.

"kamu tidak menggangguku sama sekali."

Mata mereka saling berpandangan. Betapa mereka sangat merindukan satu sama lain tapi terkalahkan oleh gengsi yang egois.

Urs menggenggam tangan Sarah. Ya Tuhan, sudah berapa lama tidak mendengar suaranya, tidak memyentuh kulitnya.

Mata Urs menjelajahi kulit Sarah dan berhenti di dada Sarah.  Ya ampun Sarah tidak memakai apa-apa dibalik pijamanya yang berbahan satin.

Sarah tidak berdaya, Sarah memeluk pria itu,dan Urs memeluknya sangat erat.

"Ya Tuhan, aku sangat merindukanmu."

Urs berbisik lalu menciumi leher  Sarah sedemikian rupa, telinga dan akhirnya bibir mereka bertemu. Lidah Urs menjelajahi mulut Sarah dengan kehausan yang semula menyiksa seperti tersiram hujan dan menenangkan.

Sarah hampir menangis karena bahagia. Sarah terisak.

"Jangan lepaskan aku."

Sarah benar-benar menangis dan dia tidak mau Urs melihat matanya yang basah. 

Urs terus memeluknya, membiarkan Sarah menangis, air matanya sudah membasahi kemeja Urs dan menembus kulitnya.

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Yeee... Finally mereka baikan,  belum!  Mereka belum benar-benar baikan.
Please  komen and vote supaya aku semangat nulisnya. 😘 see you...

My First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang