"Kau melihat ke mana?"
Crash....
"Ugh...."
"Tak ada maaf bagi orang yang telah menolak tawaranku!"
[ Name ] menatap tak percaya. Muzan menyerang dan memasukkan darahnya pada tubuh [ Name ].
"S,sialan."
Gadis rubah itu melompat mundur. Sekarang posisi mereka bertukar. Muzan dekat dengan rumah Tanjiro dan [ Name ] menjauhinya.
Tubuh gadis itu bergetar hebat. Darah Muzan mulai menggerogoti inti selnya. Wujud rubahnya perlahan menghilang. Dirinya terduduk lemas.
Amarahnya membara. Melihat Muzan akan membunuh keluarga Tanjiro di depan matanya, ia tak menerima itu. Ia tak akan pernah memaafkan Muzan maupun dirinya sendiri.
Dengan amarah sebagai kekuatannya, ia merangkak mendekati Muzan. Merangkak semakin dekat pada Muzan.
Tak ada kata menyerah sekali pun. Meski [ Name ] merasakan jika darahnya mendidih, ia menahan semua rasa sakit itu. Hanya demi Tanjiro? Bukan. Ia hanya merasa empati pada Nezuko. Ia ingin gadis kecil itu memiliki keluarga yang utuh tidak sepertinya.
Air mata [ Name ] mengalir. Seluruh tubuhnya terasa melepuh. Sakit. Andai dia bukan Kitsune, bisa dipastikan ia akan mati saat menerima darah itu.
"Kami-sama, ini sakit. Sakit sekali. Sungguh." Batinnya menjerit pilu.
Dirinya merasa kasihan pada manusia-manusia yang diubah oleh Muzan. Pasti rasanya sangat menyakitkan. Mungkin lebih sakit daripada yang ia rasakan. Karena mereka juga membunuh keluarga sendiri demi bertahan hidup. Mereka semua pasti melakukan itu secara tak sadar. Juga darah mereka pasti mengalami gejolak-gejolak penolakan yang membuat seluruh tubuh mereka serasa melepuh.
[ Name ] menangis. Namun dirinya tak berhenti merangkak.
Pada akhirnya dia dapat menggenggam kaki Muzan erat.
"A,akan.. k,ku.. b,bunuh.. k,kau!" Darah keluar dari mulut [ Name ].
Dia menggigit kaki Muzan ganas. Dia tak akan pernah melepaskan kaki itu sedetik pun.
Muzan tersenyum remeh. Ia menendang [ Name ] hingga punggung gadis itu menabrak dinding rumah.
"Akh...."
Gila. [ Name ] masih berusaha berdiri dengan kedua kakinya. Gadis itu tak menyerah meski matanya mulai mengalirkan darah.
Muzan tertawa bahagia.
"Kau, kau sungguh cocok sebagai penampung darahku, Kitsune. Mau ku tambah lagi?"
Muzan mendekat ke arah gadis itu. Dirinya mencengkeram dagu gadis rubah itu kuat. Seakan-akan ingin menghancurkannya dalam sekali genggaman.
Kriet....
Pintu rumah itu terbuka. Menampilkan seorang wanita paruh baya yang shok menatap pemandangan di depannya.
Entah mendapat kekuatan dari mana, [ Name ] berkata keras.
"Bibi, lari. Lari dari sini! Dia iblis. Lari dari sini dan bawa anak-anakmu!"
[ Name ] menggenggam tangan Muzan yang berada di dagunya. Menggigitnya kuat-kuat.
"Akh...." Muzan membanting tubuh [ Name ] keras.
Dengan segera, gadis itu bangkit dan menahan Muzan. Ia menatap wanita yang keluar membawa lima anak kecil.
"Cepat bibi, pergi dari sini. Aku akan melindungi kalian." [ Name ] berteriak padanya.
"B,baik."
Nezuko menatap [ Name ] aneh.
"Ibu, dia siapa?"
"Ibu tidak tahu, sayang. Tapi katanya pria itu adalah iblis. Dan dia menyuruh kita lari," jelas ibunya khawatir.
Dia membimbing kelima anaknya untuk berlari secepat mungkin.
Kembali pada keadaan [ Name ] yang semakin mengenaskan.
"Kau bodoh, Kitsune. Kau melupakan Kokushibo?" Muzan menyeringai.
Mata [ Name ] membola. Bagaimana bisa ia melupakan orang bermata enam itu.
Dirinya menoleh pada keluarga kecil itu.
"Ku mohon, bantu aku sekali lagi, Kami-sama. Biarkan aku menyelamatkan mereka."
[ Name ] berusaha berdiri tegak. Ia mengangkat pedang nichirin miliknya dan menebas tangan Muzan.
Tubuhnya, meski sesekali oleng, diajak berlari menghampiri keluarga kecil itu.
"Bibi, berhenti di sana!"
[ Name ] berlari secepat yang ia bisa. Dan sampai pada keluarga kecil itu.
Napasnya memburu. Pandangannya mulai berkunang-kunang namun ia tetap memaksakan dirinya terjaga.
"Bibi, tetap berada di dekatku."
Wanita tersebut mengangguk patuh. Ia tak ingin anak-anaknya kenapa-napa.
Dengan tangan gemetaran, ia angkat nichirin miliknya dan menatap sekitar dengan waspada.
"Dari sebelah kanan."
Ia menangkis serangan itu dengan pedangnya.
Kokushibo muncul dengan santainya.
Di sisi lain Takeo bergetar ketakutan. Ia menggenggam tangan Nezuko Khawatir.
"K,kak, aku takut."
Nezuko mengusap kepala Takeo sayang. Meski ketakutan, ia tak menunjukkannya. Ia tak ingin membuat ibunya khawatir.
"Tenang Takeo, kakak di sana sedang melindungi kita."
Nezuko menatap [ Name ] yang sedang bertarung di sana.
Entah kenapa, melihat pertarungan itu Nezuko merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
•••
T. B. C.Yosh selesai juga chapter kali ini..
Hehehe..
Jadi setengah iblis kalian... wkwkwkwkwk...Sebenernya ga tau kenapa pengen aja gitu buat kalian jadi iblis. Seperti cerita kebanyakan. Tapi tenang ini beda kok^^
Jika ada yang tidak dipahami bertanya saja ya, jangan sungkan^^
Selamat beraktivitas semua^^
Ryche~♡
![](https://img.wattpad.com/cover/203775831-288-k848209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You in Kimetsu no Yaiba《HIAT》
FanfictionDipublikasikan pada tanggal 1 Desember 2019. Dihentikan untuk dirombak ulang. Masih bisa dibaca, hanya saja kemungkinan akan jauh berbeda. Status : belum dirombak. . . . Saito [ Name ], gadis yang baru saja lulus ujian masuk universitas impiannya, m...