Chapter 8

5.8K 930 67
                                    

[ Name ] menatap mereka. Ia sangat tahu pasti mengapa mereka mencurigainya. Yah siapa juga yang akan mau bersekutu dengan siluman?

[ Name ] menurunkan Muichiro dari gendongannya.

"Saya memiliki hak untuk mendapatkan posisi pillar."

Dengan yakin [ Name ] mengatakan demikian. Para pillar terdiam mendengarnya.

Alis lelaki dengan ular itu terangkat.

"Huh? Yakin sekali kau gadis kecil. Jangankan mendapatkan posisi pillar, mendapat Kinoe saja sepertinya belum tuh."

Para pillar tertawa. Menertawakan seharusnya yang tak ditertawakan.

Dalam topengnya, terukir seringai jahat dari bibir gadis itu.

Ia mengepalkan tangan kanannya hingga memunculkan sebuah tulisan angka 1 berwarna hitam.

"Lihat, saya memiliki hak untuk mendapatkan posisi pillar."

Para pillar terdiam. Mereka menatap tak percaya. Ah, mereka melupakan pada dasarnya gadis itu adalah iblis.

Masih tak mau kalah, lelaki itu mencari kesalahan dari [ Name ]

"Tapi itu semua hasil dari kekuatan iblis mu bukan? Huh? Bangga sekali dirimu yang menggunakan kekuatan iblis untuk mencapai peringkat hashira."

Sebenarnya rasa kesal lelaki itu ada dasarnya. Ia merasa [ Name ] hanya mendapatkan posisi hashira tanpa usaha dan hanya menggunakan kekuatan iblisnya. Ia merasa kerja kerasnya tak dianggap sama sekali.

Lelaki itu menatap tajam ke arah [ Name ] yang sedang memikirkan jawaban yang tepat agar para pillar tak tersinggung.

Gadis itu tersenyum di dalam topengnya.

"Sebenarnya saya melakukan semua yang anda lakukan. Berlatih, berlatih, dan berlatih hingga saya sendiri muak. Meskipun saya mempunyai kekuatan iblis ini, saya juga harus mengasahnya agar berguna dan bertambah kuat nantinya.

Selama bertahun-tahun belakangan ini saya juga mencoba membentuk pernapasan gaya saya sendiri. Saya bukan orang yang bergantung pada kekuatan iblis ini. Ada kalanya juga saya hampir terbunuh oleh pemburu lainnya. Saya hidup dalam ketidaktenangan."

Gadis itu menatap ke sekitarnya dan melihat raut tak percaya dari semua yang ada di sana. Kemudian, gadis itu tersenyum.

"Maaf jika anda sekalian merasa sangat tersinggung akan kehadiran saya sendiri. Saya bisa undur diri sekarang juga."

Gadis itu memberikan hormat pada para pillar dan pasangan Ubayashiki tersebut.

"Ah dan satu hal lagi." Ia berbalik dan menghadap Shinobu.

"Tolong kalian rawat anak ini. Dia sangat kuat dan mungkin akan sangat membantu kemajuan pemburu iblis ini. Sekian saya undur diri."

Secara kilat gadis itu pergi dari hadapan mereka.

Sebenarnya Amane sangat kecewa pada para pillar itu namun jika dia mempertimbangkan perkataan mereka ada benarnya juga.

"Maafkan aku Kagaya sama, membawanya ke sini tanpa pikir panjang. Dan sekarang dia mengetahui lokasi kita. Maafkan aku."

Kagaya menggeleng. Dia menenangkan Amane dan berkata semua akan baik-baik saja. Ia menatap ke arah perginya gadis itu tadi. Ia merasa bahwa gadis itu dapat di percaya.

"Oyakata sama apa saya harus merawat anak ini?" Gadis dengan pita kupu-kupu itu angkat bicara.

Kagaya mengangguk.

"Rawatlah dia, Shinobu. Dia salah satu keturunan dari ahli pedang. Kalian juga harus membantunya berlatih. Aku yakin dia akan sangat membantu dalam kemenangan manusia."

Lelaki dengan codet itu tak terima.

"Bagaimana jika gadis itu menjadikannya mata-mata? Bagaimana jika anak itu dan gadis itu bersekutu untuk menghancurkan Anda, Oyakata sama?"

Kagaya tersenyum lembut.

"Bukankah pada dasarnya kita memang bertujuan untuk merekrut Muichiro? Dan jika dia pun mata-mata, yah itu urusan terakhir."

Kagaya kembali tersenyum. Yah dia berharap semuanya akan menjadi baik.

▪︎▪︎▪︎

Di sisi lain gadis itu sedang berteduh di bawah pohon rindang. Ia melepas jubah dan topengnya.

Gadis itu menatap cahaya mentari yang menyinari dunia. Ia menatap mentari yang seakan tersenyum meski badai menghampiri. Ia menatap mentari yang dibenci para iblis. Ia menatap mentari yang selalu tersenyum meski dirinya dicemooh orang-orang.

Ah, air matanya mengalir. Memang benar selama ini ia hanya melihat dunia dalam lingkup yang kecil. Baru kali ini dirinya menerima penolakan seperti itu.

"Ah, sepertinya aku berlebihan. Dulu teman-temanku mengalami hal yang lebih berat dari pada diriku. Dan mereka tak pernah menangis. Namun sekarang lihat, aku menangis hanya karena ditolak."

Air matanya mengalir. Ia menatap mentari dalam kesedihannya.

"Saya sedih Kami-sama... Saya sedih.... hiks..."

Ia mengusap air matanya secara kasar.

"Tak apa. Aku kuat. Aku harus menghadapinya. Aku harus menyelamatkan mereka. Aku tak apa. Tak apa itu hanya sebuah salam. Tak apa." Dia mengulang kalimat jika dirinya baik-baik saja.

•••
T. B. C.

Yosh selesai sudah chapter delapan ini.

Makasih banyak yang udah membaca, vote, maupun komen^^

Eh mau tanya...
Enaknya si Amane manggil Oyakata sama gimana?

Sekian aja...

Selamat beraktivitas semua^^

Ryche~

You in Kimetsu no Yaiba《HIAT》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang