Chapter 38

1.8K 267 27
                                    

Dedaunan kering saling bergesekan, menimbulkan suara aneh tetapi menyenangkan. Beberapa daun memilih melepaskan diri dari ranting dan terbang mengikuti ke mana hembusan angin akan membawa dirinya pergi. Dengungan melodi bersahutan dihasilkan oleh para serangga kecil turut mengisi suara latar pada musim panas ini. Ah, sudah berapa bulan telah berlalu? 24 bulan? Entahlah, tetapi yang pasti musim panas kini telah menyambut dengan keceriaannya.

Kini di halaman sebuah rumah tradisional Jepang yang terlihat anggun dengan beberapa tumbuhan yang menaungi, seorang pemuda dengan rambut cerah bagaikan sinar mentari membungkuk hormat. Helaian rambutnya yang terlihat halus bergerak ringan mengikuti tiupan angin kecil yang berhembus dengan damainya. Kesan api yang membara pada pemuda itu membuat musim panas ini menjadi semakin panas.

"Pagi, Oyakata-sama. Ada perlu apa Anda memanggil saya?" Suara berat dan penuh semangat mengalun lembut. Mengacaukan suasana hening yang daritadi mengisi halaman rumah yang terlihat damai.

Kyoujuro mendongakkan kepalanya penuh hormat menatap pimpinan kisatsutai. Pandangan mata pemuda itu berkilat sedih menatap penyakit yang semakin menjalar di dahi pimpinan kebanggaannya itu. Bahkan kini penglihatan Sang Pimpinan terganggu karena penyakit itu.

Orang yang biasanya disebut sebagai Ayah dari para kisatsutai tersenyum seakan melihat dan memahami tatapan mata Kyoujuro yang ditujukan padanya. Tangannya bergerak untuk memanggil sebuah gagak hitam. Melambai lembut dan membiarkan gagak yang terbang menghampiri itu bertengger di tangan kirinya. Diikatkannya sebuah kertas yang berisikan pesan penuh perintah mutlak pada kaki gagak yang terlihat tenang itu.

"Aku memiliki misi untukmu dan Shinazugawa," ucapnya membuka pembicaraan. Lelaki bernama Kagaya itu telah selesai mengikatkan surat pada kaki kiri gagak hitam yang terlihat ganas itu. "Misi yang berhubungan dengan ujian seleksi malam ini," lanjutnya dengan pandangan wajah yang tersenyum dan menghadap ke arah yang ia rasa di situlah posisi Kyoujuro sekarang ini.

Lelaki dengan rambut hitam tergerai sepanjang bahu itu tersenyum lembut. Dengan gerakan menyentak, ia menerbangkan kembali si gagak pembawa surat dengan perasaan yang tak terbaca. Raut wajah khawatir itu terlihat dengan sangat jelas. Tak ada yang tidak bisa melihatnya dan Kyoujuro merasakan hal itu. Perasaan takut akan munculnya iblis berbahaya yang akan membuat kacau kisatsutai.

Suara kepakan sayap dan pekikan gagak yang terbang membuat keheningan kembali mengalun di halaman yang cukup luas sebagai tempat dua puluh orang berkumpul.

Siang itu, Kagaya terlihat sangat tidak tenang.





"Hah?"

Sanemi mendecakkan lidahnya sebal, urat-urat syaraf di kepalanya mulai terlihat menonjol dan napasnya menghembus dengan kesal. Kedua tangannya sudah siap untuk merobek sebuah kertas berwarna kuning kecoklatan dan berniat membakarnya saat itu juga. Sebuah surat perintah yang telah membuatnya dimakan emosi. Niat awalnya sih begitu, tepat sebelum seseorang berbicara untuk mengalihkan amarahnya.

"Bukankah bagus jika kau yang berjaga di tempatnya? Daripada berurusan dengan iblis?"

Gadis bermata aqua itu menyahuti dari belakang. Kepalanya sedikit terjulur untuk mengintip isi surat yang dapat membuat manusia albino bernama Sanemi menggeram marah hingga suaranya terdengar sampai ke dalam ruangan pribadi milik Shinobu. Kedua orang dengan perawakan berbeda itu kini berada pada engawa di Kediaman Kupu-Kupu.

Makomo awalnya berkunjung untuk melihat keluarga Kamado. Apakah mereka baik-baik saja atau tidak. Gadis itu telah mendapat amanah dari Sabito untuk, setidaknya sekali, mengunjungi Kediaman Kupu-Kupu dan memeriksa keadaan bocah bernama Tanjiro menggantikan Sabito.

You in Kimetsu no Yaiba《HIAT》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang