>>waktu : beberapa saat sebelum dimulainya seleksi.
Sanemi menjejakkan kakinya dengan kesal. Perjalanan yang sedikit mendaki kali ini entah mengapa membuatnya kesal. Sedari tadi ia bersungut-sungut. Langkah pertama, dia mengumpat, langkah kedua menghentakkan kaki, langkah selanjutnya pun begitu. Dirinya merasa perjalanan mendaki ini menyebalkan dan lambat.
"Huh? Memangnya siapa dia? Kenapa aku perlu melindungi dirinya?"
Lelaki itu kemudian menggeleng kecil. Dirinya mengambil napas lalu menghembuskannya. Kembali menarik napas lalu membuangnya untuk menenangkan dirinya.
Matanya terpejam lalu terbuka. Menyaksikan pemandangan alam yang terasa monoton; hitam, abu-abu pudar lalu putih.
Sanemi tersenyum miris. Ini telah malam dan perjalanan kali ini menyusahkan dirinya. Yah, itu karena setelah peperangan yang terjadi antara ia dan ibunya yang menjadi oni di kala kecil ia menyadari jika dirinya adalah seorang marechi (sebutan untuk pemilik darah istimewa). Tepat setelah kedua tangannya ternodai oleh darah juga nyawa ibunya, ketika ia melihat ke langit, dirinya merasakan perasaan frustasi yang begitu kuat. Langit di atasnya berwarna abu-abu pudar dan bukanlah biru.
Mengingat masa kecilnya yang penuh kegagalan, Sanemi tersenyum miris. Ia menggosok pelan kedua matanya yang sedikit berair. Ia ... sedikit merindukan keluarganya yang lengkap.
"Bagaimana kabar Genya ya? Kuharap dia baik-baik saja dan makan dengan benar."
Memikirkan adik lelaki satu-satunya yang manis membuat Sanemi merasakan perasaan sesak. Ia merasa telah gagal menjadi seorang kakak. Ia merasa jika ia adalah seorang manusia yang gagal. Gagal dalam hal melindungi keluarganya.
Bibir Sanemi menyunggingkan sebuah senyuman, tersenyum kecut.
"Bodoh sekali dirimu, Sanemi," gumamnya lemah.
Hanya mengingat masa lalu dan dirinya merasa sedih? Lelaki payah macam apa dia ini?Pandangan matanya terarah pada hutan yang terlihat menyesatkan mata. Hitam, abu-abu, dan sedikit putih. Lebih didominasi oleh warna hitam. Menyesatkan sekali, bukan?
Ia lantas berpikir, kenapa Oyakata-sama justru menyuruhnya bertugas di malam hari? Memang, dirinya sudah termasuk kisatsutai profesional (jika udah jadi Hashira otomatis udah jadi profesional, bukan?), tetapi tetap saja perjalanan malam hari adalah hal yang paling dibencinya. Apalagi dengan tujuan yang tidak jelas seperti ini.
"Menyebalkan!"
Kembali, dirinya bersungut-sungut. Tetapi, ia tetap berjalan mencari lokasi tujuan. Pandangannya menyipit ketika melihat sebuah cahaya putih terang yang menyambar dari satu titik melayang tinggi ke langit malam yang hitam pudar.
"Cahaya terang apa itu?"
Bersamaan dengan itu, Sanemi merasakan perasaan membunuh yang kuat, seperti aura iblis.
"Sial, kenapa justru ada iblis di sekitar sini?"
Langkah kakinya yang awalnya lambat, kini menjadi seringan dan secepat angin. Lelaki berambut putih itu berlari meski dengan segala kesulitan yang menghadang.
Semburan cahaya itu semakin menyebar ke seluruh bagian hutan, menerangi kegelapan yang ada. Kemudian, kala itu, mata lebarnya menangkap siluet sosok seperti manusia yang jatuh dengan lemas.
"Itu ... apakah yang tengah jatuh adalah gadis itu?"
Sanemi menggertakkan giginya. Kemudian ia mengambil napas dan memfokuskan aliran kekuatannya pada kaki. Barulah lelaki itu mampu berlari lebih cepat dari yang awal-awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
You in Kimetsu no Yaiba《HIAT》
FanfictionDipublikasikan pada tanggal 1 Desember 2019. Dihentikan untuk dirombak ulang. Masih bisa dibaca, hanya saja kemungkinan akan jauh berbeda. Status : belum dirombak. . . . Saito [ Name ], gadis yang baru saja lulus ujian masuk universitas impiannya, m...