Chapter 16

4.9K 782 229
                                    

"Apa-apaan dengan tatapan berbinarmu itu HAH?!" Lelaki berambut putih itu berbicara kasar.

Matanya membesar dengan guratan-guratan amarah yang terlihat jelas di wajahnya.

[ Name ] tersenyum kecut.

"Ternyata Sanemi mengerikan jika dilihat secara detail."

[ Name ] bergidik ngeri.

Gadis rubah itu menatap Sabito. Sedangkan yang ditatap memalingkan wajahnya, pura-pura tak melihat.

"Sabito sialan."

[ Name ] tersenyum dan berpura-pura lugu.

"Taman nya indah kan, Paman?"

Deg....

"Ah, aku salah berucap. Dasar lidah rese."

Dengan takut, [ Name ] menatap Sanemi. Bisa dilihat sekarang lelaki putih itu akan mengamuk besar.

"Etto, Giyu dan Makomo, kenapa kalian ada di sini?" Pandangannya beralih pada kedua orang itu

Sungguh [ Name ] hanya ingin mengalihkan topik. Gadis itu menatap Giyu juga Makomo dengan penuh harap.

"Entah, kami hanya dipanggil karena ada yang ingin Oyakata sama sampaikan pada kami." Makomo berbicara. Gadis itu melepaskan topeng rubahnya.

Sekarang tampaklah seorang gadis yang cantik dengan rambut hitam sebahu lebih.

[ Name ] berbinar. Ia menatap Makomo dengan mendongak. Astaga, ternyata Makomo lebih tinggi darinya beberapa senti setelah sekian lama tidak bertemu.

"Hoy!"

Sanemi mengangkat [ Name ] dengan satu tangan.

"Apa-apaan dengan panggilan 'paman' itu HAH?!" Pemuda itu mendelik.

"Yoshi yosh...." Gadis rubah itu mengelus kepala Sanemi pelan.

Matanya terpejam dan memainkan rambut Sanemi senang. Nyari mati emang.

Hening.
Para Pillar juga Kinoe terdiam. Mereka menatap kasihan pada [ Name ].

"H,hentikan Shinazugawa san." Gadis dengan rambut pink dan hijau mencoba melerai.

"Benar kata Kanroji san, Shinazugawa san. Tolong lepaskan gadis itu." Gadis dengan pita kupu-kupu angkat bicara.

Sanemi hendak memukul gadis itu sesaat sebelum gadis itu melompat dan kini berada di belakang Muichiro.

"Yo Muichiro." [ Name ] menepuk pundak bocah itu sambil tersenyum. Bocah yang setahun lalu ia selamatkan.

Muichiro menatap [ Name ] aneh. Ia tak menanggapi gadis itu. Karena ia tak mengenalinya.

"KEMARI KAU BOCAH TENGIK!"

[ Name ] tersenyum. Ia merasa bahagia merasakan kehangatan seperti ini. Gila memang jika ia menyukai suasana seperti ini. Berbeda dengan setahun yang lalu. Sudah dibilang, dirinya sudah dapat mengendalikan aroma miliknya sehingga mereka tidak mengetahui jika [ Name ] adalah Kitsune yang setahun lalu mereka tolak.

"Are? Nona Kitsune. Apa itu kau?"

Ya, itu Amane. Istri dari pimpinan pemburu iblis.

Ketujuh pillar itu membeku. Mereka saling berpandangan bingung. Berkebalikan dengan Muichiro yang menatap dengan tak acuh. Sedangkan tiga sekawan: Makomo, Giyu, dan Sabito menatap heran. Bagaimana bisa  [ Name ] mengenal Amane.

Amane tersenyum. Ia mengajak [ Name ] untuk bertemu dengan suaminya.

"Semuanya ayo, rapat pillar akan segera dimulai," ajaknya pada mereka.

▪︎▪︎▪︎

Di hadapan mereka semua Kagaya memulai berbicara.

"Anak-anakku yang kukasihi. Terima kasih telah datang pada pertemuan pillar yang dilaksanakan secara mendadak hari ini.
Aku senang untunglah kalian semua dapat menghadiri acara pagi ini, termasuk Giyu dan Makomo."

Kagaya tersenyum. Ia kemudian berbicara mengenai perekrutan [ Name ] menjadi pillar seperti mereka.

Sabito, Giyu, dan Makomo yang mendengarnya terkejut. Ternyata gadis rubah itu sudah bertemu dengan Kagaya setahun yang lalu.

Terdengar suara gertakan dari bibir Sanemi.

"Mengapa dia harus menjadi pillar, Oyakata sama? Bukankah kami yang ada di sini sudah cukup?" Sanemi seakan mewakilkan yang lainnya dalam berbicara.

Kagaya tetap tersenyum. Ia dengan sabar menjelaskan pada Sanemi dan lainnya.

"Menurut cerita yang dilaporkan Sabito, gadis ini sudah bertemu Muzan dua kali dalam hidupnya."

Para pillar tercengang. Sanemi hendak protes namun terdahului oleh Kagaya.

"Dan kemarin malam ia sempat melawan Muzan juga iblis bulan atas pertama."

Mereka semua yang ada di ruangan tersebut menatap tak percaya. Yang benar saja, gadis kecil itu melawan mereka berdua?!

[ Name ] duduk gelisah. Matanya mulai berlarian ke sana kemari. Menghindari tatapan tak percaya dari semua yang ada di sana.

"Jangan membuatnya tak nyaman." Lelaki dengan tatapan datar tersebut berucap.

Meski dirinya menatap lurus ke depan tapi ia tahu saat ini [ Name ] sedang merasa gelisah karena ditatap.

"Ara~ maafkan kami."

Suasana kembali canggung. Tak ada satupun suara yang hendak berbicara.

"Ano....jadi, apa tujuannya diadakan ini hingga kami diundang?" Makomo menatap ke sekitarnya. Berharap ada seseorang yang akan menjawab pertanyaannya.

Namun suasana tetap hening.

"A,ano.... B,bagaimana jika kita menerima Nona Kitsune ini s,sebagai pillar?" Kanroji menatap sekitarnya. Ia sangat gugup sekarang ini.

Tak ada yang menjawab. Bahkan Kagaya pun.

•••
T. B. C.

Yoho^^
Chapter kali ini selesai^^

Gimana gimana?

Kurang satu chapter lagi dan ada adegan bersama Giyu nih^^
Maaf pendek banget serius adegannya.
Maafkan saya😅
Fans nya mana nih?

Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca, komen, dan vote cerita ini^^

Selamat menjalani hari, semua^^
Tetap semangat..

Salam,
Ryche~♡

You in Kimetsu no Yaiba《HIAT》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang