Chapter 43

1.2K 144 11
                                    

[ Name ] masih sedikit linglung. Berlari mendadak setelah bangun dari tidur panjang itu memang tak baik. Tetapi, waktu yang terus berjalan mengharuskannya mengambil tindakan seperti itu. Kaki jenjangnya berlari menuju ke arah Gunung Fujikasaneyama tempat di mana Kamado bersaudara sedang berjuang antara hidup dan mati.

[ Name ] kini telah sampai pada gerbang awal tempat ujian.
Ia tak melihat siapapun di sana.

"Oh? Ubayashiki-san telah pergi?" Gadis itu bertanya pada dirinya sendiri. Yang ia maksud adalah kedua anak Ubayashiki, Kiriya dan Kanata.

Menoleh ke kanan dan ke kiri, ia memastikan jika daerah itu kosong.
Setelahnya, gadis itu merentangkan kedua tangannya. Ia memunculkan simbol merah di dahinya lantas memejamkan mata.

Putaran film berwarna gelap, kini tersiar di kepalanya. Dahinya mengerut. Melihat kilasan waktu kejadian ketika ia tertidur lelap. Dahinya semakin mengerut ketika melihat wajah-wajah yang dirasanya asing.

"Siapa mereka?"

Untuk saat ini, [ Name ] menyimpan pertanyaan satu itu dalam kepalanya. Sekarang, yang lebih penting baginya adalah mengecek bagaimana keadaan saudara itu.

Namun,

"Kenapa ngeblur?"

Raut wajahnya menegang. Harusnya, harusnya ia dapat melihat masa depan. Tetapi, kenapa justru mengabur?
Apakah ada suatu ilusi yang menutupinya? Atau kemampuannya memang perlu dilatih lagi? Atau
... ada orang yang memiliki kekuatan sama sepertinya dan lebih ahli?

[ Name ] menggigit bibir bawahnya ketakutan. Ia menyisir rambut depannya ke belakang. Tangan kanannya bertopang pada pinggang. Kepalanya menggeleng tak percaya.

"Itu tidak mungkin. Apakah kemampuanku memang jelek? Tetapi, biasanya tak begini?"

"Ayo berpikirlah. Pikirkan segala kemungkinan!"

....

Sepertinya satu-satunya cara yang ia miliki adalah memasuki medan perang dan mengeceknya sendiri.

Baru saja ia berniat melangkah, sebuah tangan mencekalnya. Mencegah dirinya untuk memasuki tempat itu.

[ Name ] menoleh dan sosok Sanemi berdiri di depannya. Ia lantas menatap Sanemi dengan garang.

"Apa?!" [ Name ] menepis cekalan tangan Sanemi dengan kesal. Bola matanya berputar jengah, kedua tangannya tertumpu pada pinggang. Dengusan kesal ia hembuskan dengan keras-keras.

"Kau mau ngapain masuk ke sana, hah?"

Sanemi ikutan garang. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Mata lebarnya menatap [ Name ] dengan penasaran juga kesal.

"Bukan urusanmu, sialan!"

Ya, kini [ Name ] berada di ambang batas kesabaran yang dimilikinya. Sanemi benar-benar mengesalkan!

Gadis itu menyibak lengan haori miliknya sebelum berbalik badan. Kakinya menghentak penuh emosi. Ia dengan cepat melompat memasuki area.

"Cih." Sanemi memutuskan mengirim gagaknya terlebih dahulu untuk memberi kabar pada Kagaya sebelum menyusul gadis keras kepala itu.

You in Kimetsu no Yaiba《HIAT》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang