BAGIAN 5

5.9K 435 12
                                    

Assalamualaikum.
Dont forget for vote and comment.

C

ahaya memasuki retina seorang gadis yang masih bergelung di dalam selimut. Perlahan dia membuka matanya.

"SALSA, BANGUN NAK!" teriak Ulva dari depan kamar Salsa sambil menggedor-gedor pintu.

"Iya, Ma!" teriak Salsa dengan suara serak.

Dengan malasnya Salsa bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah 20 menit di dalam kamar mandi, kini Salsa selesai mandi, sisa memakai seragam sekolah saja. Tangannya meraih seragam olahraga yang digantungan sebelah pintu dan segera memakainya. Memoles lipbalm di bibir tipisnya agar tidak terlihat pucat.

Salsa menguncir rambut sebahunya asal. Kenapa dia tidak pakai hijab? Karena Salsa sekolah di sekolah umum, bukan sekolah Islam, jadinya para siswi bebas ingin menggunakan hijab atau tidak. Salsa juga selalu kepanasan saat memakai hijab, tapi entah bagaimana nasibnya nanti di pesantren.

Salsa menggeleng, malas memikirkan nasibnya nanti. Dia segara turun, dan di meja makan sudah ada Ulva, Kevan dan Arina.

"Pagi semuanya," sapa Salsa ceria.

"Pagi juga," balas mereka.

"Semangat banget, Sa, menang undian?" tanya Arina yang sambil meminum susu putih nya. Salsa bergidik ngeri melihatnya meminum susu putih, karena dia tidak menyukai susu putih.

"Apaan, sih, Kak, aku, kan mencoba untuk ceria," jawab Salsa sembari meminum susu cokelat yang dibuatkan Ulva.

"Oh, kirain gitu, kan," balas Arina cengengesan.

"Sa, kamu sudah siap untuk ke ponpes?" tanya Kevan membuat mood Salsa memburuk.

Uhuk uhuk.

"Eh, pelan-pelan dong," tegur Ulva menyodorkan air putih pada Salsa yang langsung diminum hingga tandas.

"Jadi, Papa beneran mau masukin aku ke ponpes?" tanya Salsa meyakinkan Kevan. Siapa tahu papanya berubah pikiran, kan.

"Iya, lah, Sa, jadi gimana? Hari minggu siap-siap kita berangkat kesana," balas Kevan

Salsa mengangguk lesu, dia tidak selera menghabiskan roti selai coklat di tangannya.

"Salsa berangkat duluan, ya."

Salsa berdiri dan menyalami satu persatu tangan Kevan, Ulva dan Arina.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Salsa menuju garasi, mengeluarkan mobil sport biru kesayangannya. Dia mengendarai mobil itu ke SMA Merah Putih yang sebentar lagi akan dia tinggalkan.

Tak butuh waktu lama Salsa sudah tiba di sekolah.

Di koridor masih sepi, Salsa melirik jam tangannya, ternyata masih pukul 6 lewat 20 menit. Pantas saja masih sepi.

Mengingat jabatannua sebagai waketos, Salsa berjalan menuju ruang OSIS untuk menyelesaikan proposal yang dia buat seminggu yang lalu. Salsa sampai melupakan tugasnya. Sesampainya di ruang OSIS, Salsa segera membuka pintunya dengan kunci yang memang ada padanya. Hanya ketos dan wakil saja yang memegang kunci dan jangan lupakan pembina OSIS yaitu pak Hasan.

Salsa duduk di bangku pojokkan. Salsa mengeluarkan laptop dari tasnya dan segera menyelesaikan proposal yang dirinya saja tidak tahu untuk apa karena tidak sempat memahami isi proposal yang ia ketik. Salsa tidak peduli, yang penting selesai dan tidak dimarahi oleh Pak Hasan. Untuk proposal, sekretaris OSIS yang menyusun, jadi Salsa hanya mengetik dan merevisi saja. Terakhir diselesaikan besok, hari sabtu dan terakhir Salsa bersekolah di SMA Merah Putih.

Bad Couple Pesantren [ COMPLETED ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang