Adara sedari tadi mondar mandir dikoridor kelas XI mencari keberadaan Lia. Saat jam terakhir mereka heran Lia cabut bersama Rigel dan anehnya lagi saat Adian mengatakan jika Lia dan Rigel lagi mengepel lantai toilet menggunakan obat merah dan kapas.
"Apa Lia sama Kak Askar? kan mereka akrab," tebaknya sendiri. Lagian sekolah juga sudah sepi dan Adara berani-berani saja menaiki lantai ketiga.
"Lia dimana kamu berada?" teriak Adara.
Langkahnya terhenti saat Askar berjalan kearahnya bersama segorombolan teman-temannya. "Pangeranku," ujarnya terposona melihat kakak kelasnya yang hampir mirip dengan artis korea.
Adara merapatkan dirinya kedinding saat segorombaln kakak kelas ganteng itu melewatinya, kecuali Askar. Iya Askar, lebih tepatnya mendekati adara. Dengan bodohnya dia merapatkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya.
Askar melihat wajah gadis yang menutup matanya itu, sepertinya dia pernah melihat gadis ini, bukannya dia yang dihukum tadi bersama sepupunya. "Lo temannya Delia?"
"Ha?" Adara membuka matanya lalu menelan ludahnya. Dia memukul pipinya lalu menggeleng-geleng. Benar? ini bukan mimipi, Askar berbicara pada dirinya. Sudah satu tahun dia berharap dengan Askar sampai-sampai saat liburan kemarin dia selalu saja misu-misu karena tak bertemu dengan Askar.
"I...iya Kak gu...eh Aku temannya Lia," jawabnya gugup yang sempat meralatkan perkataanya. "Nggak usah gugup kek gitu gue ajah biar santai." Adara hanya membalasnya dengan anggukan dan Askar tertawa kecil.
"Lo ngapain dikoridor kelas duabelas. Nyari orang?"
"Nyari Lia, gue kira Lia sama kakak." Askar menggeleng mengatakan jika dirinya tak pernah bertemu dengan Lia. "Delia udah pulang kok"
"Ha? Pulang. Berarti ninggalin gue dong dan..." Adara langsung turun dengan tergesa-gesa menuju keparkiran. Benar. Benar saja mobil dengan merk Nissan Grand Livina yang sengaja dibawa Al karena datang berombongan itu sudah tak ada. Tak putus asa Adara mengecek depan gerbang namun juga tak ada.
"Apasihh ni orang nyuruh gue nyari Lia malah ninggalin," gerutunya sendiri sambil menendeng pagar sekolah yang membuatnya meringis sendiri. "Kenapa teman-teman lo ninggalin?"
Adara berbalik saat ada suara dari belakang bertanya, "eh Kak Askar, iya kak teman-teman ninggalin gue".
"Naik!"
"Ha?" Ini ketiga kalinya Adara berkata 'ha' karena Askar. "Naik. Gue antar!"
•••
Suasana malam hari ini sangatlah sejuk ditambah lagi dengan naik motor membuat Greis sedikit menggigil. Memang gila Mamanya, malam kayak gini malah nyuruh beli bumbu dapur.
Saat pertengahan jalan motornya lagi-lagi mogok membuat Greis mengumpat. "Malah jalan sepi lagi".Sudah dua kali dia mendorong motor, sepetinya Tuhan sangat mengujinya atau Tuhan menginginkan Greis cepat kurus dengan mendorong motor. Tapi, intinya sekarang dia bermohon agar Tuhan mendatangkan malaikat untuk menolongnya.
Sepertinya Tuhan berbaik hati kepadanya, ada seorang laki- laki menghampirinya. Tapi, Tuhan sangat berlebihan mengabulkan doanya karena yang datang menghampirinya adalah Zen Adian K.
"Eh Greis motor lo mogok?" Greis mengangguk dengan cepat sedangkan Adian sudah mengambil alih motor Greis memeriksanya. "Lo ngerti mesin?"
"Sedikit," jawab Adian. Sedangkan Greis sudah mau terbang, jika pulang nanti dia akan menelopon Papanya agar mengirimkan uang jajan lebih agar dia bisa membagikan ke anak yatim piyatu. Lebay memang tapi itulah kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...