Orang-orang yang lalu lalang di koridor rumah sakit tinggal menonton bahkan berbisik-bisik melihat keempat remaja yang sudah merunduk.
Dihadapan remaja tersebut berdirilah seorang ibu-ibu yang sedang marah-marah sambil menunjuk-nunjuk mereka. Greis yang sudah tak tahan menahan bendungan air matanya karena merasa bersalah, Adara yang berada disampingnya juga bergetar, Alpha dan Al hanya bisa diam tak menyahut.
Mereka paham akan kekhwatiran seorang Ibu, melihat anaknya sudah terbaring lemah dengan alat-alat yang tak dimengertinya. Ditambah lagi beliau mengetahuinya disaat anaknya sudah kritis seperti ini.
"Kamu ini siapa? Punya hak apa kamu menyembunyikannya? Kamu nggak tahu betapa kagetnya saya saat Elara sudah nggak ada dalam kamarnya dan baru dapat kabar sore hari kalo dia masuk rumah sakit. Kenapa kalian tidak memberitahu saya dari kemari malam." Mata sang ibu sudah dipenuhi dengan air mata yang membuat Greis dan Adara semakin takut.
Jika Elara kenapa-kenapa mereka berempat lah yang sangat bertanggung jawab.
"Ma," panggil seorang laki-laki yang baru datang. Orang yang tadinya marah-marah berbalik kearah sumber suara yang tak lain adalah ayah Elara, Zeus. Nama ayah Elara memang kembar dengan temannya yang sudah berstatus sebagai pacarnya.
Elara Z, Z adalah Zeus. Makanya saat pertama masuk sekolah Elara sangat canggung karena nama mereka sama. Elara menyembunyikannya karena takut temannya akan mengejeknya.
"Elara sudah dapat pendonor ma," katanya dengan semangat. Keempat remaja yang tadinya menunduk ikut menatap ayah Elara.
Adara dan Greis sudah lompat-lompat karena sangat senang dan kedua teman laki-lakinya ikut tersenyum.
Mereka akhirnya lari melihat Elara yang sudah dibawa keluar menuju keruang operasi. Mamanya sudah merapat ke ayahnya sambil meramalkan doa semoga operasi anaknya lancar.
Alpha menghampiri Zeus yang sedari tadi berdiri depan ruangan Elara. Alpha merangkul Zues dengan bahagia.
Dua jam berlalu operasi Elara telah selesai dan berhasil. Rungan Elara sudah dipindahkan ke kamar inap.
Adara, Greis, Alpha dan Al duduk diluar membiarkan kedua orang tua Elara dan Zeus didalam.
"Lia mana sih udah jam sepuluh nih," kata Alpha sambil melihat jam tangannya. "Lah lo yang berdua 'kan sama Lia," balas Greis.
Alpha sudah tak menyahut malah kembali merunduk pada handphonenya. Dunianya sekarang beralih pada benda canggih tersebut.
"Nah tuh Lia," kata Adara menunjuk seorang gadis kecil yang berjalan kearahnya.
"Gimana? Elara mana?" tanya Lia yang sudah sampai dihadapannya. "El ada didalam dan keadaannya sudah membaik," jawab Greis yang tak luput dengan senyumannya.
Siapa si yang nggak senang saat diposisinya sekarang ini.
Tak lama dari itu kedua orang tua Elara keluar, mereka berlima langsung berdiri. Siap-siap akan dimarahi kembali. Namun, dugaan mereka salah.
"Maaf yah tante tadi marah-marah nggak jelas sama kalian. Tante khawatir bangat sama Elara. Tante juga kaget bisa-bisanya Elara menyembunyikannya." Ayah Elara memegang pundak sang istri, mereka berdua tersenyum.
"Om juga berterimakasih sama kalian sudah mau temani Elara dan mau direpotin," tambah Ayah Elara. Keelima remaja itu ikut tersenyum.
"Iya Om Tan. Lagian Elara juga nggak ngerepotin, ini juga tugas kami sebagai sahabat," balas Greis yang tiba-tiba bijak.
"Oh iya kalian bisa masuk. Om dengan Tante mau pulang dulu, adik Elara sendirian di rumah, dia nggak tau kalau Elara masuk rumah sakit," pamit Ayah Elara.
Setelah kedua orang tua Elara pergi, mereka berlima bergegas masuk dalam kamar sang sahabat dengan Greis yang mempin. Sungguh Greis sangat bersamangat.
"ELARA HUHU GUE MISS," hebo Greis setelah masuk dalam ruangan Elara. Elara sendiri terkejut, tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Zeus dengan cepat iya lepaskan. "Dih langsung dilepasin," cibir Alpha yang sudah duduk di sofa yang matanya tak lepas pada handhonenya. Ldr emang beda.
"Lo tuh yang ngagetin," ujar Elara memandang teman-temannya. Ketiga teman wanitnya tak membalas, mereka jalan mendekat. Greis dan Adara berada disisi kanan Elara dan Lia disisi kiri bersama dengan Zeus. Mata Lia menajam menatap Zeus, "apa?"
"Minggir lo," balas Lia sewot. Tanpa menunjukan eskpresi apa-apa dan juga balasan, Zeus mengikuti perintah Lia dan duduk didekat Al. "Ngapain si?" tanya Elara merasa bingung dengan ketiga temannya.
Dan, detik kemudian mereka bertiga dengan bersmaan memeluk Elara yang berada ditengah-tengah mereka, "yah kita miss lah," ujar mereka bersamaan. Elara tersenyum dan membalas pelukan mereka. Kedua temannya 'pun juga ikut tersenyum bahkan Zeus juga.
Alpha mendekat sambil merentangkan tangannya. Adara, Greis dan Lia melepaskan pelukannya sebelum Alpha ikut dalam acara peluk-pelukannya, "ngapain lo," tanya Greis dengan mata menajam.
"Mau ikut peluk-pelukan," balas Alpha dengan meununjukkan deretan gigi rapinya. Mereka tertawa, sesederhana itu kebahagiaan mereka.
"Heleh, sana-sana. Tuh hp lo bunyi tuh," cibir Adara sambil menunjuk-nunjuk handphone Alpha. Alpha menunduk mengecek handphonenya lalu tersenyum dan kembali duduk. Ketiganya menggelng-gelengkan kepalanya, dasar bucin.
"Alpha kenapa sama hpnya. Dari tadi gue liatin main hp mulu," tanya Elara. "Alpha udah jadian sama Lana," kata Greis. Alpha yang mendengar jika dirinya menjadi bahan pembicaraan mengakkan kepalanya.
"Hebatkan gue," katanya membanggakan dirinya. Ketiganya sama-sama mencibir, "heleh hebat dari mana. Lo tau nggak El gue ngasih tau dia kalo Lana mau ke Singapura eh begonya dia balas nggak ngerti. Emang otaknya itu nggak sampai. Malah banggain dirinya, kalo nggak ada gue paling lo juga udah misu-misu nyari Lana." Alpha hanya bisa pasrah mendengar Adara. Setelah kejadian Adara marah-marah dirumahnya karena masalah Al, Adara sangat jarang berbicara tanpa menggunakan urat.
Elara hanya tersenyum menanggapi Adara. Lalu matanya tak sengaja menangkap gelang yang berada ditangan Lia. Elara menunjuknya, "lo belinya kapan. Itu 'kan sagatatius bukan zodiak lo."
Lia menyembunyikan tangannya dan tersenyum canggung, "kepo."
"Dari Rigel pasti. Wah kalian udah taken? arinya tinggal Adara dong yang ngenes disini," ujar Greis. Adara mendengus sedangkan Alpha sudah tertawa keras, menertawakan Adara.
"Ha? nggak, gue nggak pacaran sama Rigel. Cuman dia ngasih doang nih gelang nggak ada maksud apa-apa," balas Lia tersenyum. Padahal dalam lubuk hatinya dia menyimpan sebuah harapan pada Rigel saat dia memberikan gelang padanya. "Tauh nggak El, Adara cemburu sama lo," kata Lia mengalihkan. Greis sudah hebo membenarkannya.
Al yang sedari tadi hanya diam kini mengulam senyum melihat Adara yang malu-malu karena cemburu pada Elara. Ini pasti karena Askar.
"Lah? gue ngapain Askar." Tepat pada sasaran, Elara pasti tauh arah pembicaraan Lia. "Bukan lo yang ngapa-ngapain Askar tapi waktu lo lagi sakit yang paling gerak cepat itu Askar. Bahkan dia jadi wali lo," jelas Greis tak memikirkan perasaan temannya yang disampingnya. Temannya ini sangat ahli membuat hati Adara memanas.
"Dih gue santai ajah kali," balas Adara yang sudah memajukan mulutnya.
"Hilih santai padahal mukanya masam amat pas malam itu," tambah Alpha.
"Nggak usah namba-nambain lo. Fokus ajah sama dunia baru lo," balas Adara sewot. Dan, akhirnya mereka berdua adu mulut. Alpha dan Adara memang seperti tom and jerry.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...