Suara radio dari mobil begitu sangat nyaring. Ditambah lagi kaca mobil terbuka yang membuat orang lain mendengarnya.
Memasuki gerbang Alpha membunyikan klakson mobilnya tanpa henti. Orang-orang yang berada diarea tersebut merasa risi. Pagi-pagi sudah membuat telinga rusak saja, ada yang mengomel ada juga yang sekedar mencibir.
"Matiin radionya dulu brisik tahu," kata Greis sambil melempari snacknya. Bukannya mematikan radionya, Alpha malah memakan snack yang dilempari oleh Greis. "Dih jorok amat," ujar Adara yang berada disampingnya. Tapi, Alpha tak menaggapi hanya fokus memarkirkan mobilnya.
Setelah memarkirkan mobilnya ditempat strategis, mereka berlima turun dari mobil yang disambut dengan cepretan kamera ditambah dengan desak-desakan siswa SMA KHS yang meminta tanda tangan.
Namun, dibalik itu Elara harus sadar, sadar dari khyalan tingginya. Saat mereka berlima turun dari mobil tak ada satupun siswa yang menunggunya melainkan berlarian menuju ke mading.
Mereka berlima berjalan menuju ke mading. Yah mereka hanya berlima karena Al sudah berangkat lebih dahulu bersama tunangannya.
Tapi, saat melihat siswa-siswa lainnya yang berdesak-desakan didepan mading membuat mereka mengurungkan niatnya menuju ke mading. Siapa yang mau bersenggol-senggolan, teriak-teriak agar diberi jalan.
"Gue jadi ingat pas Alpha narik tangan gue," ujar Elara yang mengingat kejadian saat pertma sekolah. Alpha dan Adara tertawa sedangkan Greis dan Lia menaikkan bahunya tak mengerti. Karena memang Elara maupun Alpha belum menceritakannya kepada Lia dan Greis.
"Gimana kalo kita lomba lari, yang sampai deluan dimading lantai dua bakal puas dapat contekan daaan yang paling lambat sampai harus suka rela ngasih jawabannya dan pastinya ngetraktir. Gimana?" Tantang Alpha.
Tanpa menunggu persetujuan teman-temannya Lia sudah berlari deluan, karena dia tahu jika dirinya tak akan menang. Pasalnya, Lia memliki kaki yang pendek, agak susah jika harus menyamai langkah kaki temannya. Yah, kecuali Greis.
"LIA CURANG!"
"KAKINYA PENDEK MAKANYA CURANG!"
"CURANG NYING!" Begitulah teriakan Elara, Adara dan Alpha sambil berlarian seperti anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran.
Sedangkan Greis hanya tinggal tertawa melihat aksi konyol temannya. Dia tak ikut karena berjalan saja dia kadang mengelu apalagi jika harus berlari membawa tubuhnya.
Sedangkan ditempat lain, Al dan Geisya berjalan dikoridor kelas X tanpa ada pembicaraan. Dari menjemput Geisya sampai disekolah mereka berdua hanya berdiam diri bahkan menyapa saja tidak.
"YANG DIDEPAN MINGGIR WOY!" teriak seseorang dibelakng mereka. Tanpa berbalik Al sudah tahu siapa pemilik suara tersebut, siapa lagi kalau bukan Alpha
Al berbalik untuk memastikan kenapa Alpha berteriak dan terdengar sedikit omelan dari siswa yang lain.
Ada berteriak 'ini sekolah bukan taman bermain' dan ada juga 'udah gede kelakuan kek bocah'. Dan, yang ternyata keempat temannya sedang berlarian disepanjang koridor. Tanpa basa basi Al langsung menarik tangan Geisya agar tidak tertabrak oleh teman-teman gilanya.
"Itu teman lo?" tanya Geisya menunjuk keempat siswa yang bodohnya berlarian sambil berteriak. Kalo kata Pak Rahim si udah kayak Tarzan.
Al tak menaggapi pertanyaan Geisya karena dia juga ikut berlari, tapi tak seperti temannya yang berteriak. Al berlari dengan gaya coolnya yang membuat para adek kelasnya menggigit jarinya karena terpesona.
"Bukannya dia yang divlog Kak Alpha yah pas ditengah lapangan itu," bisik adek kelas didekat Geisya. Geisya berbalik melihat kelompok adek kelasnya yang sedang bergosip ria. "Iya. Iya dia Kak Aldebaran, dia emang jarang kelihatan, katanya si orangnya dingin-dingin gitu," balas satu siswa lainnya.
"Dasar adek kelas!"
•••
Setelah menguras otaknya selama seminggu akhirnya mereka lega. Ulangan semester dilaluinya dengan lancar dan acara perkemahan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Besok hari sabtu mereka akan melakukan perkemahan disekolah.
"Ah akhirnya lega," ujar Greis sambil merentangkan tangannya ke udara.
"Besok ikutan?" tanya Al yang kurang minat dengan acara perkemahan. Pasalnya, yang dilakukan hanya bermain game setelah itu tidur. Sedangkan, kegiatan seperti itu bisa dilakukan dirumah masing-masing. "Iyalah ikut, mau rapor lu ditahan," jawab Adara yang dianggukan oleh temannya.
"Alpha!" Teriak seseorang dibelakang. Mereka berenam berbalik melihat orang yang memanggil Alpha, jarang sekali ada orang yang ingin memanggilnya yang ternyata adalah Ulfa.
"Apa?" tanya Alpha saat Ulfa sudah berada dihadapannya. "Lana mana?" tanyanya bingung, karena dia tak pernah melihat sahabatnya itu.
"Nggak tahu, gue nggak pernah sama dia. Ini juga gue baru mau cari," jawabnya, yang memang berniat mencari Lana. "Lo kan tanggung jawab Lana. Gimana si?"
"Eh lo kira teman gue orangtua Lana?" timpal Lia yang tak terima Alpha disalahkan. "Gue nggak ngomong sama lu!" jawab Ulfa yang tak kalah besar suaranya.
"Nggak usah nyolot," kata Lia sambil melangkahkan kakinya mengambil ancang-ancang untuk mengacak rambut Ulfa. Tapi dengan cepat Rigel datang menahan tangan Lia.
Ulfa yang tadinya juga ingin mengacak rambut Lia karena mengerti dengan gerakan tangannya, iya tarik kembali. Kelima temannya sendiri melihat Rigel yang tiba-tiba ikut campur. Sedangkan Lia sendiri menggeram, hampir seminggu dia tak berbicara dengan Rigel dan secara tiba-tiba dia muncul.
"Gue pinjam teman lo dulu," teriak Rigel sambil menarik tangan Lia. Lia sendiri yang diseret-seret memukul mukul tangan Rigel agar dia melepaskan tangannya.
"Mereka berdua punya hubungan apa?" tanya Elara yang dijawab gelengan dari temannya. Ulfa sendiri menghela nafas, hampir saja dia tarik-tarikan rambut seperti di sinetron alay.
"Gue nggak tahu Lana dimana. Nanti gue cari. Kalo dapat gue kabarin kok," kata Alpha tenang. Setelah itu Ulfa mengangguk dan berbalik. Tapi, dia ingat sesuatu.
"Lo nggak kepo siapa yang laporin lo ke Ibu Risma?"
"Emang lo tahu?" tanya Adara dengan wajah serius. Karena mereka hampir lupa mencari tahu siapa yang melaporkannya. Bukannya pikiran bocah, tapi mereka difitnah.
Siapa juga yang bergang, mereka hanya sahabatan. Lagian, mereka berenam juga sering bergaul dengan teman sekelas lainnya.
"Tapi jangan bilang kalo gue yang ngasi tahu lo," mereka berlima mengangguk menurut. "Helena, Serlina sama Fio."
"Lo serius?" tanya Greis, karena dari wajah ketiga orang yang disebutkan oleh Ulfa wajahnya wajah polos. "Ck! Ngapain juga gue boong sama lu pada," katanya mencibir.
"Mereka bilang kalian berenam nggak mau temanan sama orang lain nggak mau terima orang baru terus katanya kalian suka rusuh sama adek kelas," mata mereka membulat. Berbicara dengan adek kelasnya saja tidak pernah dan membuat rusuh? Cih lebih baik mereka mencari pokemon.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...