Selamat Membaca:)
"Kapan- kapan gue ajak lo jalan lagi yah," dengan antusias Adara mengangguk. Askar yang melihat Adara yang sangat antusias mangangguk, tersenyum manis. Rasanya Adara selalu ingin jalan- jalan bersama Askar, "gue pulang yah."
"Hati-hati kak," ujarnya sambil melambaikan tangannya lalu berablik. Adara sangat merasa senang, walaupun hanya diajak ke pameran tapi yang intinya berdua dengan Askar.
Namun saat melihat pintunya terbuka lebar, Adara merasa keheranan. Seingatnya dia sudah menutup dan mengunci pintunya atau Ayahnya sudah datang. Dengan langkah gontai Adara memasuki rumahnya dan betapa terkejutnya saat melihat wanita yang seumuran dengan wali kelasnya itu berdiri sambil melihat foto-foto yang tertempel di dinding rumahnya.
"Mama," wanita yang dipanggil mama itu berbalik menatap anaknya yang menatapnya kaget. Rasanya Adara ingin berlari kencang, tapi kakinya lemas bahkan dia sangat susah menghirup udara matanya saja sudah berkaca-kaca. Sudah berapa lama dia tak bertemu dengan wanita yang sekarang berada didepannya.
Iris-Mamanya maju berjalan mendekati anaknya lalu memluknya. "Adara kamu sudah besar sekarang. Mama sangat rindu," katanya masih memeluk Adara sambil membelai rambut panjangnya. Tapi Adara masih bergeming hingga akhirnya air matanya terjatuh membuatnya sadar lalu mengusap air matanya dan melepaskan pelukan mamanya.
"Mama ngapain disini?" Iris tersenyum menanggapi pertanyaan Adara dan menuntutnya duduk disofa. "Kamu tidak rindu sama mama?"
Adara tak menjawab pertanyaan mamanya malah berdiam diri. Dia tak tahu harus menjawab apa. Tapi, dilubuk hatinya dia sangat rindu apalagi pelukannya. Namun, mengingat kelakuan mamanya membuat dirinya muak sehingga tak ingin mengakui jika dirinya rindu pada mamanya sendiri.
"Mama tahu kamu rindu," Adara langsung membuang muka, Iris lagi-lagi hanya tersenyum. Dia harus tabah menyikapi sikap anaknya atau tidak rencananya akan gagal. Dia kembali membelai rambut Adara, tapi Adara menepis tangan Iris. Biar Adara perjelas jika dia diminta untuk memilih ayahnya atau mamanya tanpa memikir panjang Adara akan memilih ayahnya. Sebut saja dia anak durhaka tapi, ada alasan tertentu Adara tak suka dengan Iris.
"Lebih baik mama bilang maksud mama datang lalu mama pergi," husirnya secara halus. Jujur, dia merasa bersalah telah mengatakan seperti itu. "Mama mau kamu ikut sama mama," mendengar itu Adara langsung berdiri. Kaget dengan keputusan mamanya yang tiba-tiba mengajak dirinya untuk ikut dengannya.
"Adara nggak bakal ikut sama mama dan nggak akan pernah!" ujarnya lalu berlalu pergi meninggalkan rumahnya bersama dengan air matanya.
Iris mengejar Adara tapi, sepertinya terlambat karena Adara sudah pergi terlalu jahu.
"Tante ngapain disini?" Tiba-tiba terdengar suara dari sampingnya, dia menoleh dan mendapati salah satu teman kecil anaknya. "Kamu Al kan?" Al mengangguk.
"Saya tekankan sama kamu jangan main sama anak saya lagi. Karena bergaul dengan kamu Adara jadi berani melawan mamanya sendiri!" Al mengerutkan keningnya. Apakah mama temannya ini sudah lupa ingatan atau apa. Apa dia tidak ingat jika kelakuannyalah yang membuat Adara berani melawannya.
"Tante ngawur," jawabnya dingin lalu meninggalkan Iris.
•••
"Lo ngapain si bawa gue ketempat ginian," omel Lia setelah sampai di mall bersama Rigel. Rigel benar-benar datang saat sore hari dan mengajaknya jalan-jalan tapi, Rigel tak mengatakan akan jalan- jalan dimana yang ternyata jalan ke mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...