Amukan Rigel

51 4 2
                                    

Adara menatap kelasnya risih, kelasnya sedang free yang membuat kelas XI Ipa 2 ini sangat ribut. Ditambah lagi Erkan sudah membuat drama India.

Dia sedang kejar-kejaran bersama Rigel sedangkan Adian sedang main gitar dan disampingnya ada Greis.

Greis bernyanyi dengan suara lantang yang sungguh tak senada dengan petikan gitar Adian. Ditambah lagi Alpha yang sedang bermain game sambil teriak-teriak.

Belum lagi Serlina cs yang sedang bermain Tik Tok.  Kadang kala mereka bertiga marah-marah karena Erkan dan Rigel yang lari-lari membuat Tik Toknya gagal.

Bisa dibayangkan bagaimana rusuhnya sekelas Adara.

Lalu mata Adara tertuju pada Lia yang menatap hpnya sedari tadi. Entah kerasukan apa Lia bisa seenteng itu.

Adara mendengus, dia bosan, semua temannya asik pada dunianya. Elara yang masih di rumah sakit, Greis yang pacaran, Lia bermain hp, Alpha yang tadinya bermain game kini sedang vido callan dengan Lana dan Al yang tidur.

Dan, akhirnya dia memilih untuk keluar. Dia menatap kebawah, lapangan sedang terisi oleh kelas XII Ipa 2 yang tak lain kelas Askar. Walaupun, Adara sakit hati ke Askar tapi matanya tetap mencari kebaradaan sang pujaan hati.

Tapi, apa juga hak Adara untuk sakit hati terhadap Askar. Dia sadar akan posisinya. Tapi, tetap saja hatinya menolak sebab Elara.

Bukan Adara membenci Elara, hanya saja kenapa harus Elara,  kenapa bukan gadis yang lain saja.

Adara mengehembuskan nafasnya kasar. Jika dibandingkan dengan tugas Matematika Adara lebih pusing memikirikan Askar.

Sudah dibilangkan Adara ini bucinnya kelewatan.

"Pfft." Adara tertawa melihat Askar yang hampir jatuh karena tali sepatunya, "makanya ikat tali sepatu dulu baru tebar pesona," katanya menggurutu.

Matanya lalu teralih pada gadis yang sedang berlari dengan kaki pendeknya sambil menggiring basketnya. Gadis yang memiliki lesung pipi tersebut sedang mengambil nilai basket.

Melihat Gesya Adara teringat lagi dengan Alex. Al dan Adara belum juga saling bicara hanya saling pandang dan kemudian sama-sama membuang muka. Adara juga gengsi bertanya ke Al mengenai Alex tapi dia juga penasaran.

Adara kembali menatap Askar yang sedang mengikat tali sepatunya. Gesya dan Askar sudah tiga tahun sekelas, pastinya menjadi teman yang sangat akrab. Adara menangguk, lalu merunduk mengambil hpnya mengirimkan pesan pada seseorang

***


Askar memasukkan semua peralatan alat tulis menulisnya lalu bersandar pada kursi. Berbalik menatap Raka yang masih serius memperhatikan guru yang sedang menjelaskan.

Sepuluh menit lagi bell pulang akan berbunyi tapi, Askar sudah siap-siap untuk pulang.

"Ka lo nggak bosan natap guru tua gitu?" tanya Askar berbisik didekat telinga Raka. Raka mendelik, lalu menggelengkan kepalanya.

"Padahal yang cantik banyak," tambahnya lagi.

"Nggak jelas lo."

Askar menarik kedua ujung bibirnya, tersenyum saat mendengar suara bel pulang sekolah. Tanpa berkata apa-apa Dia langsung keluar kelas tanpa memperdulikan gurunya yang sedang merapikan bukunya.

Askar sangat bersemangat untuk pulang karena dia akan ditraktir oleh Adik kelasnya yang tak lain adalah Adara.

Awalnya Askar bingung sebab Adara tiba-tiba menawarkan traktiran ice cream di depan sekolahnya. Tak ingin menolak Askar mengiyakan. Lagian Askar juga sangat menyukai ice krim apalagi ice krim dengan rasa strawberry.

Di parkiran Askar melihat Adara bersama teman-temannya. Terdengar sorakan dari Greis yang menggodanya "cie babangnya udah datang."

"Apsih, gue cuman ada urusan sama Kak Askar," balasnya tersenyum malu-malu. "Udah sana-sana ke rumah sakit nanti gue nyusul," lanjutnya lalu berlari mengahmpiri Askar yang menunggunya.

"Yang lancar Ra!"

"Jangan kasih kendor!"

"Gassqueenn!"

Seperti itulah teriakan ketiga temannya sedangkan Al sudah masuk kedalam mobil. Telinganya tiba-tiba memanas.






Di rumah sakit sudah ada Zeus bersama dengan Saynal, adik Elara.

Greis langsung mengambil cemilan yang berada dinakas. Alpha seperti biasanya pacaran dengan hpnya dan Al bergabung dengan Zeus.

"El lo kapan keluar?" tanya Greis yang masih nyemil. "Nanti, orang tua gue udah urus kepulangan gue," jawabnya senang.

"Baguslah."

Dan, kemudian mereka larut dalam perbincangan, melupakan seseorang.

Al mengambil hpnya yang sedari tadi menyala. Melihat panggilan dari Rigel, Al mengerutkan keningnya. Tak biasanya Rigel menelponnya hingga belasan kali.

Baru juga Al ingin menelpon kembali, pintu rungan Elara terbuka yang menampakkan Rigel.

Nafas Rigel memburu, matanya menajam memandang semua orang yang berada di ruangan. Langkahnya tertuju pada Al, tanpa berkata apa-apa Rigel melayangkan satu tonjokan pada pipi Al.

Greis dan Elara berteriak. Saynal yang paling mudah dianatara mereka lari pada kakaknya. Zeus dan Alpha masih diam ditempatnya.

Al memegang pipinya, lalu membalas tonjokan Rigel yang membuat Greis dan Elara kembali berteriak. Alpha dan Zeus tak tinggal diam, mereka berdua melerai tapi, Rigel kembali memberontak.

"Selo Gel, lo kenapa?" tanya Alpha yang berada disamping Al. Mata tajam Rigel beralih pada Alpha, menatapnya penuh kemarahan, "HARUSNYA GUE YANG NANYA KALAIN KENAPA?!" balas Rigel dengan nada tinggi.

Greis kini tak tinggal diam memilih untuk berani berada ditengah-tengah mereka, "ini rumah sakit jangan buat keributan dan lo Rigel bisakan bicara baik-baik nggak usah langsung tonjok gitu."

Rigel mendengus lalu mengusap wajahnya kasar, "Lia mana?"

Greis menatap sekelilingnya begitu 'pun juga Al dan Alpha. Ketiganya juga sama-sama bingung ternyata Lia tidak ada diantara mereka.

"Lah iya Lia mana?" tanya Elara yang juga baru sadar.

Rigel tersenyum, "ini yang dikatakan sahabat?" Sindirnya.

"Hati-hati kalo ngomong," balas Alpha.

"Lia mungkin sama Adara jadi lo tunggu Adara kesini," ujar Al menenangkan. Sama dengan Rigel, Al juga menaruh harpan pada perkataanya tadi.

Rigel yang tak sabaran menunggu sedari tadi mengoceh tak jelas. Alpha sudah menyuruh Rigel untuk menjelaskan ada apa yang sebenarnya bukan mengoceh. Tapi, Rigel tak memeperdulikannya.

Zeus yang tadinya berada diluar ruangan masuk bersama dengan orang yang sedari tadi ditunggu. Rigel yang mendapati Adara langsung maju mengahampirinya.

Tapi, sebelum Rigel berada dihadapan Adara, Al sudah deluan menariknya. Takut jika Rigel akan kasar kepada Adara.

Adara sendiri bingung ditambah lagi pipi Al memar.

"Kenapasi?" tanyanya bingung.

"Lo sama Lia 'kan Ra?" tanya Rigel mencoba untuk tenang. Adara mendelik menatap teman-temennya, "apasih, bukannya Lia ngikut kalian kesini."

"Lia nggak ada Ra," balas Greis.

"Jadi maksudnya kalian nggak liat Lia masuk kedalam mobil. Wah parah Lia emang kecil si pantas nggak keliatan," canda Adara yang tak tau apa-apa. Elara menepuk keningnya, Adara tidak peka.

"Kalian emang nggak bisa dianggap sahabat," tutur Rigel kembali.

"Hm?" Adara terkejut dengan perkataan Rigel. Lalu kembali menatap temanya satu persatu. Baru tersadar jika ada yang aneh, "kenapasi?"

"Lia hilang."

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Swag SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang