Jam terakhir dan juga jam kosong di kelas XI Mipa 2. Seisi kelas sangatlah bosan bukannya karena terlalu rajin belajar melainkan bingung harus melakukan apa.
Al yang membaca komik, Elara yang memang lemas hanya membaringkan kepalanya diatas meja, Lia yang memikirkan kejadian semalam, Adara seperti biasanya menstalker kakak kelasnya dan Greis sedang chattingan dengan Adian. Padahal mereka berdua satu ruangan. Sedangkan Alpha masih ada di rumah sakit.
Mereka berlima terlihat biasa-biasa saja tak tahu jika salah satu dari mereka akan terkena masalah. Dan, benar saja saat Serlina, Fionika bersama Helena datang sambil teriak-teriak tak jelas memanggil nama Lia.
"Napa si lo," ujar Lia saat Serlina sudah berada dihadapannya dan tentunya tak terima namanya dipanggil oleh trio cabe ini.
Tak ingin basa basi Serlina langsung menarik kerah baju Lia dan secepatnya Lia mendorong Serlina, menyingkirkan tangan Serlina dari bajunya.
Elara yang mendengar keributan langsung terbangun dan begitupun seisi kelas yang tadinya bosan kini mempunyai hiburan untuk ditonton.
Sedangkan Adara sudah menduga jika Serlina tak akan tinggal diam. Pasti mereka akan juga memberikan perhitungan. Tapi yasudalah. Toh ini sudah terjadi. Dari pada dirinya hanya berdiam diri saja lebih baik dia membantu Lia.
Berkelahi sekali saja juga tak akan membuat dirinya lecet. Paling juga mereka hanya adu cek cok. Sedangkan Greis yang ingin maju kini ciut saat Adian melototkan matanya memintanya agar tak ikut campur.
"Lo ngapa Be?" ujar Adara yang sudah berada disamping Lia. Serlina yang sudah berdiri dibantu oleh kedua temannya itu mengepalkan tangannya merasa kesal. "Gue yang harusnya nanya teman lo ngapain ngunciin kita kemarin."
"Dih mau amat gue gunciin situ," jawab Lia bercanda yang sebenarnya didalam hatinya iya kaget setengah mati. Baru kali ini iya dilabrak.
"Angga yang bilangin kita kemarin, kalau lo yang gunciin gue sama teman-teman. Lo nggak usah ngelak," ujar Helana menambahkan. Kemarin Lia memang bertemu Angga diluar toilet dan mendengar suara teriakan Serlina bersama kedua temannya di wc.
Lia sudah mengatakan kepada Angga agar tak mengatakan kepada siapa 'pun. Tapi, Lia lupa jika Angga itu anak alim mana mungkin dia berbohong.
Skak mat, Lia tak tahu harus berbuat apa lagi mana mau dia mengaku. Hanya ada satu yang bisa lakukan yaitu akting. Iya berbalik mengedipkan matanya sebelah ke Adara, yang dikode malah tak mengerti apa-apa hanya bengong.
Tak ingin memberikan kode lebih lanjut, Lia meluncurkan aksinya. Lia menjatuhkan dirinya hingga terjatuh dilantai, matanya iya bulatkan dan tubuhnya iya buat kejang-kejang.
Al yang melihat itu tertawa kecil, temannya satu ini gilanya sudah hampir melebihi rata-rata.
Elara dan Greis melihatnya malah terkejut dan panik. Adara sendiri langsung memegang tubuh Lia dan menggoyang-goyangkannya tubuhnya.
"Gue cuman akting goblok," bisik Lia saat mata semua orang teralih pada Serlina melihatnya bermaksud menyudutkannya. Adara mengangguk mengikuti permainan Lia.
"Huaa Lia. Serlina lo apain teman gue. Dia nggak bisa dibentak-bentak kek gini. Lo tanggung harus tanggung jawab!"
Elara dan Gries yang mendengar itu melongo. Sejak kapan Lia mengidap penyakit seperti itu. Sedangkan Adaian dan Rigel sudah maju ingin melihat kondisi Lia.
"Gue mana tahu kalo dia ngidap penyakit kek gitu," jawab Serlina membela dirinya sendiri. Mereka bertiga sudah keringat dingin karena takut jika Lia akan sekarat.
Tubuh Lia berentih kejang-kejang. Kini dia menutup matanya, Lia akting pingsan! Sungguh Lia membuat kelas seketika ricuh.
"Yah yah pingsan. Ya Rigel belum siap jadi duda muda." hampir saja umpatan keluar dari mulut Lia jika tak mengingat dirinya lagi akting.
Bukannya menyuruh orang-orang agar membawanya ke Uks malah mengatakan yang tidak masuk akal.
Untungnya Al mengerti, dia berdiri dari bangkunya dan membopong Lia menuju ke Uks. Elara, Greis dan Adara mengikuti dari belakang. Sedangkan yang lainnya masih dikelas menenangkan Serlina yang terkejut setengah mati.
"Goblok lo yahh kenapa si bilang Rigel bakal jadi duda. Dasar kurang waras," kesal Lia sambil memukul lengan Adara saat mereka sudah sampai di Uks. Sedangkan yang dipukul hanya bisa mengadu kesakitan sambil mengelus lengannya.
"Lo nggak kenapa-kenapa? Lo nggak punya penyakit 'kan?" tanya Greis khawatir. Lia menggeleng 'kan kepalanya dan mengatakan jika dirinya hanya berakting.
Serlina, Fionika, Helena, Adian, Rigel, Zeus dan beberapa temannya yang lain datang ke Uks melihat keadaan Lia.
"Yaa gue minta maaf atas kejadian tadi." Mereka berlima hampir saja tertawa mendengar penyesalan Serlina. "Iya nggak papa kok."
Setelah itu mereka bercanda melupakan masalah tadi. Walaupun Serlina masih menyimpan dendam dalam hatinya.
Adian mendekati Greis dan membisiknya agar keluar.
"Kenapa?" tanya Greis tersenyum.
"Kenapa gunciin Serlina. Lo punya masalah apa si sama dia?" Gries mendengarnya melotot 'kan matanya. Jelas lah bukan dirinya bersalah malah dia yang dituduh. "Bukan gue yang gunciin mereka tapi, Lia. Gue nggak tahu apa-apa."
Adian terdiam, sedangkan di hati Greis merasakan sesak didadanya. Jadi, Adian masih peduli dengan Serlina.
"Lo masih peduli sama Serlina 'kan?" tanyanya tersenyum autis. Adian sendiri tak tahu harus menjawab apa.
"Gue. Gue. 'Kan kita sekelas gue juga ketua kelas jadi harus peduli sesama," ujarnya beralasan. "Cih alasan loh."
"Lo masih sayang 'kan sama Serlina?" Adian bergeming tak berani menetap Greis.
Greis membuang nafasnya dengan kasar. Jelas iya tahu jawaban dari Adian yang membuat matanya memerah. "Iya 'kan..." lirihnya.
"Iya. Gue. Gue masih sayang sama Serlina," jawab Adian jujur. Air mata yang sedari Greis tahan kini terjatuh dan dengan cepat iya menghapusnya. Gunanya dia menangis juga tidak ada. Laki-laki dihadapannya 'pun juga tak peduli.
"Tapi, gue juga sayang sama lo Yes. Gue nggak tahu perasaan gue kayak gimana. Gue sayang Serlina gue juga sayang sama lo." Greis melongo mendengar penjelasan Adian. Bagaimana bisa ada dua orang dalam satu hati. "Lo seraka!"
TBC.
Voment yah Beb:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...