Jam menunjukkan pukul 07.30, jam weker pada dua kamar sedari tadi berbunyi tapi, tak ada juga yang mendengarnya. Sekedar mematikannya saja tidak. Hingga disalah satu kamar penuh dengan poster gambar Messi yang tak lain kamar dari Saynal, adik Elara meraskan silau dibalik jendela karena sinar matahari yang tak lagi malu menampakkan dirinya.
Dengan perlahan matanya terbuka hingga pasti. Pertama kali membuka matanya dia langsung mencari ponselnya. Matanya masih fokus pada jam diponselnya, apa jam ponselnya terlalu cepat atau matanya salah liat karena baru bangun. Hingga akhirnya dia mendengar suara teriakan dari samping kamarnya.
"WOY GILA KITA TERLAMABAT!"
Mendengar teriakan itu Al langsung saja membangunkan Alpha dan begitupun sebaliknya Elara yang tadi berteriak juga membangunkan Lia, Adara dan Greis. Sehingga mereka tergesa-gesa terbangun lari kesana kemari sampai-sampai tabrakan bahkan terjatuh.
"YA AMPUN BAJU GUE MALAH NGGAK ADA LAGI!"
"ASATAPIRULLAH HARI SENIN!"
"GUE PINJEM KAMAR MANDI EMAK LO EL!"
"EL MOTOR LO MANA PINJAM"
"LIA LO NGGAK PINTAR NAIK MOTOR!"
"EH IYA LUPA. GREIS CEPATAN!"
"KAMAR MANDI ADIK LO GUE PINJAM JUGA EL"
"AL IKUTT!"
Dan seperti itulah teriakan dari keenam remaja ini. Sepertinya mereka akan bertemu lagi dengan Pak Tono dan berjemur ditengah lapangan.
•••
Sesampainya di sekolah benar saja gerbang sudah terkunci, Greis melihat jam ditangannya ternyata sudah jama setengah sembilan. Uapacara saja sudah selesai.
Pandangan mereka semua mengarah pada Lia, berharap Lia akan turun dan mengerjai Pak Tono seperti minggu lalu. "Apa? Kenapa liat gue?"
Adara yang berada disampingnya memberikan kode agar dia turun. "Lo nyuruh gue ngerjain Pak Tono? Nggak-nggak lo ajah, dosa gue udah banyak malah mau nambah ngerjain Pak Tono lagi," katanya sambil melipat tangannya diatas dada merasa tak setuju dengan temannya.
"Halah sok ingat dosa ajah lu," ujar Alpha lalu berbalik menghadap kedepan menatap gerbang sekolah. "Iya iya gue ngalah," pasrah Lia yang membuat temannya bersorak bahagia.
Lia 'pun turun dari mobil, melangkahkan kakinya menuju ke gerbang. Dia mengintip melihat ke pos satpam, Pak Tono sedang asyiknya menonton Tv.
Lia berfikir Pak Tono diam saja sudah menakutkan tapi, hanya dari segi wajah saja karena jika nama istrinya dibawah malah ciut. Dunia memang sudah terbalik. Dan, sepertinya Lia memliki ide mengerjai satpam takut istri ini.
"Pak Tonooo," panggil Lia dengan suara sedikit dimanjakan. Sedangkan Pak Tono mencari asal suara yang memanggilnya yang ternyata ada diluar gerbang.
Pak Tono menghampirinya dengan ekspresi tak santai, pasalnya dia masih ingat dengan benar wajah Lia. "Kamu terlamabat lagi? Astaga kamu ini?" Lia memutar bola matanya.
"Itu Pak tau, bukain Pak nggak kasihan sama saya sama teman-teman saya juga pak," kata Lia memohon. Tapi, bukannya Pak Tono membuka gerbang dia malahan berbalik kembali keposnya lagi. Lia yang melihatnya itu langsung menghentikkan Pak Tono.
"Pak Pak dengerin alasan saya dulu Pak. Saya terlambat karena Mba Wati nyuruh saya sama teman-teman beli saos bakso. Benaran deh pak, kali ini saya jujur," katanya sambil menaikkan tangannya membentuk huruf 'v'. Pak Tono yang mendengar itu langsung kembali berbalik menghadap ke Oda, "kamu benaran?"
"Iya Pak. Kalau nggak percaya Pak telpon Mba Wati deh," dengan spontan Lia mengatakan itu. Bagaimana jika Mba Wati jujur, ini bukan bagian dari idenya.
Pak Tono menelpon isterinya tapi, Tuhan sangat baik padanya nomor Mba Wati berada diluar jangkauan.
Sedangkan temannya yang berada dalam mobil merasa was-was, takut jika alasan Lia tak diterima. Saat Lia sudah kembali masuk dalam mobil dia langsung mengatakan Pak Tono akan membuka gerbang sekolah.
"Benaran? Lo bilang apa sama Pak Tono?" tanya Greis sambil bertepuk tangan, Greis memang mempunyai kebiasaan bertepuk tangan seperti orang gila yang berada didekat lampu merah. "Nggak usah kepo. Masuk cepat!"
Akhirnya mobil mewah milik Alpha masuk diarea sekolah. Saat turun dari mobil ternyata Pak Rahim sedang patroli. Mereka berenam sama-sama mengumpat, mau kabur tapi Pak Rahim sudah dahulu meneriakinya. Dan, berakhirlah mereka berlari dilapangan.
Greis yang tak kuat berlari karena berat badan diberikan keringanan berlari sebanyak 2 kali sedangkan teman yang lainnya sebanyak 5 kali.
Larian Greis baru selesai setengah putaran padahal temannya sudah berlari 3 kali putaran. "Jadiin program die Yes," ujar Adara sambil tertawa.
Sedangkan Alpha hanya memerhatikan Elara yang terlihat sangat sulit bernafas. Dia melambatkan larinya agar bisa menyamakan langkah larinya dengan Elara. "Lo kenapa?" Elara hanya menggelengkan kepalanya.
Tapi, Alpha tak puas dengan jawaban Elara karena dari raut wajahnya saja Elara pucat. Alpha menarik tangan Elara memberhentikannya berlari, "lo neduh ajah, muka lo pucat banget"
"Tapi kalo Pak Rahim lihat gimana?" Tanyanya takut jika hukumannya malah bertambah. "Gue yang tanggung" jawab Alpha menyakinkan Elara, dan akhirnya Elaea berjalan menuju ke bawah pohon dan menetralkan nafasnya. Entah kenapa saat dirinya kecapean nafasnya selalu sesak, begitupun juga dadanya yang terasa sakit.
Sambil menetralkan nafasnya dia menatap kanan kiri-sekelilingnya. Terlihat Ibu Risma sedang berjalan kearahnya, dia langsung berdiri saat Ibu Risma sudah sampai dihadapnnya. "Teman-teman kamu dimana?" tanya Ibu Risma, Elara berfikir sepertinya Ibu Risma sedang marah. Apa karena mereka terlambat?
"Masi lari bu," jawab Elara sambil menunjuk temannya. "Ikuti saya," katanya sambil berjalan kedepan tiang bendera dan mengumpulkan 'Ss'. Mereka yang baru datang menanyakan ke Herfiana kenapa Ibu Risma mengumpulkannya, tapi Herfiana menaikkan bahunya tak tahu.
"Kalian berenam bergang kan?" tanya Ibu Risma langsung. Mereka berenam langsung menggelengkan kepalanya sambil mengatakan 'tidak'. Karena memang mereka tidak bergang, mereka bersahabatan. "Saya tahu kalian sahabatan tapi, kalian tidak mau bergabung dengan teman sekelas kalian juga dan saya menganggap kalian itu gang. Saya tegaskan ke kalian jika saya tidak suka yang namnya gang-gang. Paham kalian!"
Dengan cepat mereka mengangguk paham. Lia hanya diam tak ingin melawan karena dia tahu siapa yang dihadapi sekarang. Walaupun banyak orang luar mengatakan anak broken home paling ahli melawan orang tau tapi, nyatanya tidak. Itu hanya pendapat dari luar yang tak melihat dalam dari seorang anak broken home.
"Saya hukum kalian hormat depan bendera selama 3 jam. Hitung-hitung juga kalian jera dengan terlambat. Kalian sudah dua kali terlambat." Setelah mengatakan itu Ibu Risma pergi meninggalkan mereka yang mengeluh dengan hukuman yang diberikan Ibu Risma. 3 jam? Bayangkan berdiri didepan bendera sambil hormat dalam waktu 3 jam?
Baru saja dua menit mereka hormat, mereka sudah mengeluh tangannya lelah. Al menyuruh agar tangan Adara dia tumpukkan kebahunya yang membuat tangan Adara sedikit tak lelah lagi. Sedangkan Elara sudah berjongkok karena dadanya kembali sakit dan Alpha memayungi dirinya menggunakan kudua tangannya. Greis sudah bersandar dikaki Al dan Lia juga menumpukkan tangannya dibahu Adara.
Pemandangan yang indah.Orang yang melihat pemandangan ditengah lapangan tertawa bahkan menyoraki tapi, mereka berenam menganggap jika anjing tak berguguk maka dunia tidak asyik.
Tapi, satu hal dipikiran mereka siapa yang melaporinya kepada Ibu Risma. Mereka tidak akan tinggal diam.
Tak lama dari itu, entah pikiran dari mana Alpha mengeluarkan ponslenya sambil mengatakan, "ngevlog yuk!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...