Usaha

52 22 1
                                    

"Lana sakit Hemofilia. Puas lo?"

Perkataan Ulfa lagi- lagi terputar diotak Alpha. Memang pantas Alpha merasa bersalah, tapi perasaan bersalahnya mala membuat malah petaka baginya.

"Lo tahu kan penyakit Hemofilia? Kalau ajah ada luka pasti bakal susah beku apa lagi kepalanya kebentur, takut ajah ada luka dalam," jelas Ulfa.

"Gue bisa ajah laporin lo sama Ayahnya," mata 'Ss' membulat. Mereka tahu penyakit seperti apa itu Hemofilia dan mereka juga tak menyangka jika Lana mengidap penyakit itu. Padahal penyakit Hemofilia lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.

"Lo bisa nggak si nggak ke kanak-kanakan. Kita paham kekahawatiran lo. Alpha juga pasti cemas sama Lana. Tapi nggak harus juga kan lo laporin sama orang tuanya," bela Lia. Alpha hanya diam. Dia tak bisa berkata apapun. Kecorobohannya membuat Lana terluka, malah bisa saja Lana krisis.

"Kalo gitu lo sebagai laki-laki bisa bertanggung jawab, lo jagain Lana, ikuti dia kemana-mana dan lo antar-jemput Lana kesekolah. Besok lo temanin dia buat chek up, kalo nggak gue benar-benar laporin lo sama Ayahnya," ancam Lana. Dengan ragu Alpha mengangguk. Dari pada dia dilaporkan.

"Nggak usah dipikirin banget, besok gue temenin ke rumah sakit. Gue juga mau ngecek badan gue. Akhir-akhir ini gue selalu ngerasa nggak enak badan," kata Elara yang berada disamping Alpha. Mereka bereempat sedang berada di halte menunggu Lana. Ya, Papua benar-benar akan melaksanakan syarat dari Ulfa dan kedua temannya Al dan Adara sudah pulang sedari tadi.

Alpha hanya mengangguk menanggapi Elara, sejak kejadian tadi Alpha hanya berdiam diri yang membuat temannya sedikit cemas.

Lana dan Ulfa keluar dari gerbang dan menemui mereka. "Ya udah gue deluan. Hati-hati mereka main gigit," kata Ulfa berbisik namun masih bisa terdengar dengan jelas ditelinga Alpha, Elara, Greis dan Lia. "Lo kata kita vampire apa?" balas Lia nyolot. Dan, sejak kejadian itu juga Ulfa dengan Lia menjadi teman debat.

Saat dimobil hanya Lana yang bercerita dan lainnya hanya berdiam diri. Entalah kedatangan Lana membuat mereka tak ingin banyak bicara terlebih lagi kepada Lia, dia sedikit tak suka dengannya apa lagi dengan Ulfa.

"Rumah lo dimana?" Tanya Elara yang sudah jengah mendengar cerita Lana yang tak penting bagi mereka. "Oh iya hampir lupa rumah gue dikomplek satu depan rumahnya Adian".

"Adian?" ulang Greis sambil melirik temannya. Iya tersenyum, ternyata mengantar Lana pulang membawa berkah baginya. "Iya. Rumah gue sama Adian dekatan sama Serlin juga," dan kenyataannya selalu ada Serlin.

"Serlin sama Adian emang dekat Na?" Tanya Greis, siapa tahu dengan dia bertanya kedekatan Adian dan Serlin dia lebih tahu pasti kedekatan mereka.

"Yang gue tahu Serlin sama Adian emang dekat apalagi pas naik kelas sebelas. Tapi, Serlin udah punya pacar si anak sekolah seblah," cerita Lana sambil memainkan kukunya. Benar dugaan Greis, sedikit memancing Lana bisa menceritakan semuanya. "Adian tau kalau Serlin udah punya pacar?"

"Keknya si nggak. Soalnya Serlin ngasih tahu gue sama anak- anak yang dekat sama Adian terus yang sering ngeliat Serlin sama pacarnya kalau Adian nanya bilang ajah kalau itu sepupunya. Nah dari situ gue mikir kalau Serlin cuman manfatin Adian karena gue lihat- lihat keluarga Serlin lagi kekukarangan," cerita Lana panjang lebar. Mereka yang mendengar ceritanya kaget bukan main. Wajah polos begitu ternyata sifatnya busuk.

•••

Diatas balkon Lia berdiri sambil menatap langit yang cerah. Dia tersenyum menatap langit yang dipenuhi bintang. Dia sangat suka melihat bintang yang terukir indah diatas langit, apalagi jika ditempat gelap, kemerlap bintang semakin terlihat.

Namun kenyamanannya terganggu saat suara klakson dibawah rumah terdengar dengan keras di telinganya. Dia melihat kebawah ternyata Rigel yang dibawah sambil melamba-lambaikan tangannya.

Lantas dia langsung turun kebawah mengahampiri lelaki gila itu.

"Yang diluar siapa si. Ribut banget klaksonnya," ujar Bibi Lia merasa berisik dengan klakson Rigel. "Keknya teman aku Bi. Bentar aku cek yah".

Sesampainya diluar Lia langsung memukul bahu Rigel. Heran dengan sikapnya dan kenapa juga Rigel bisa tahu dimana rumahnya.

"Lo tahu rumah gue dimana hah? Lo juga ngapain ke rumah gue malam-malam malah ngelakson. Lo tahu lo itu bikin keributan!" cerocos Lia panjang lebar yang tak hentinya memukul bahu Rigel. "Bisa berenti mukul gue nggak. Aww sakit tahu nggak aw," aduh Rigel sambil menghindari tangan ganas Lia. Walaupun tangan Lia kecil, tapi pukulannya lebih sakit dibanding bogeman dari Roy.

"Lo ngapain di rumah gue?!" Akhirnya Lia berhenti memukul Rigel tapi tetap menghujani Rigel pertanyaan. Jelaslah dia tak punya urusan dengan Rigel.

"Gue cuman kangen." Perkataan Rigel berhasil membuat jantung Lia senam malam. "Cie yang baper," goda Rigel yang membuat Lia menjadi salah tingkah.

"Gue? Baper sama lo? Lo kira gue gila baper sama orang yang udah punya pacar yah walapun nggak dilirik lagi," ujar Lia sambil tersenyum bisa membalas Rigel. Namun, sepertinya itu hanya sementara karena Rigel bisa membalasnya.

"Kalo gue udah putus sama Anggi bisa dong lo baper." Lagi- lagi Lia tak tahu berkata apa. Benar-benar Rigel bisa membuat dirinya diam seribu bahasa.

"Lo sebenarnya kerumah gue ngapain?" tanya Lia mengalihkan pembicaraan. "Gue mau minta nomor Whatsapp lo"


"Keknya lo emang mau diperiksa deh, nomor Wa gue ada di grup kelas atau lo nggak tak tahu cara makai Wa," tebak Lia karena tinggal melihat anggota grup Rigel bisa mudahnya mendapatkan nomornya. "Biar dilihat usaha"

"Halah gaya, liat Anggi sama Roy aja udah mau mewek," ledek Lia yang membuat mata Rigel menajam menatapnya. "Udah cepatan nomor lo," dan akhirnya Lia memberikan nomor Whatsappnya kepada Rigel.

"Ya udah thanks, gue pulang. See you sampai ketemu besok," kata Rigel lalu menyalakan motornya dan meninggalkan Lia yang masih berdiam diri ditempatnya. Dia tak habis pikir dengan jalan otak Rigel, datang hanya meminta nomor Whatsapp lalu pergi dan apa katanya hanya ingin dilihat usahanya. Memang usaha apa? Usaha dia memperbaiki hubungannya dengan Anggi saja tidak becus.

Daripada dia pusing memikirkan kekonyolan Rigel lebih baik dia masuk dalam rumahnya kembali kekamarnya dan menenangkan pikirannya.

Belum cukup 2 menit badannya istirahat lagi- lagi kenyamanannya terusik saat ponselnya berbunyi. Dia merogo saku bajunya, mengambil ponselnya. Terdapat beberapa notif, notif dari instagram, wattpad dan beberapa grup Whatsapp. Namun matanya tertuju pada notif nomor yang tak dikenal.

__________
085343xxxxxx

Sv gw RiGelaKernaCintaMu
__________

Lia memutar bola matanya jengah. Baru berapa menit Rigel meninggalkan rumahnya, tetap saja Rigel mengganggunya. Dia menyesal sudah memberikan nomor Whatsappnya kepada Rigel

TBC.

Swag SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang