Adian dan Greis sekarang berada di sekolah mencari keberadaan Adara. Saat Greis ingin mencari Adara tadi, Adian juga ingin ikut mencari. Untungnya sekolah tidak ditutup.
Mereka berdua mencarinya dikelas, rooftop dan ruangan siaran tapi, Adara tak didapat juga. Karena sudah berputus asa mereka akhirnya keluar gerbang dan kebetulan ada Pak Tono. Adian bertnya ke Pak Tono jika adakah gadis yang ke sekolah sambil menyebutkan ciri-cirinya. Pak Tono mengatakan jika tak ada seorang pun datang.
"Sholat dulu gih. Udah magrib." Greis hanya mengangguk menurut dan kemudian masuk kembali ke sekolah, lebih tepatnya musholla sekolah.
Saat Greis keluar dari Musholla ponselnya berbunyi yang ternyata Alpha yang menelpon, "ya halo. Gimana? Gue nggak tahu rumahnya kenapa nggak Lia ajah. Oh okee kirim lokasinya".
"Udah ketemu?"
"Belum. Tapi, Alpha nyruh cari di rumahnya Kak Askar," ujarnya sambil memasukkan ponselnya kembali ke sakunya. "Oh Kak Askar gue tahu kok rumahnya. Gue tetanggan sama di." Setelah mengatakan itu mereka akhirnya ke rumah Askar.
Sesampainya Greis langsung saja turun dari motor hingga hampir terjatuh, untungnya Adian dengan cepat menarik tangannya walaupun Adian agak kesusahan karena badanya hampir lebih besar dibandingkan Adian.
"Kak Askar!" teriak Greis saat sudah berada depan pintu. Tak lama dari teriakan Greis, Askar membuka pintu. Askar yang tak tahu siapakah tamu yang datang kerumahnya sedikit bingung.
"Kak lo sama Adara?" tanya Greis secara langsung, pasalnya dia sudah sangat panik. Magrib sudah selesai malahan sudah hampir Isya tapi, keberadaan Adara juga tak diketahui dimana. "Nggak gue udah antar dia balik kok," jawabnya sambil mengingat kembali kejadian tadi sore. Tapi, dia masih ingat dengan benar anggukan semangat dari Adara saat dia mengajaknya jalan lagi.
"Benaran kan Kak?" tanya Greis kembali sambil melangkahkan kakinya mengecek dalam rumah, tapi aksinya terhenti karena Adian dengan segera menghentikannya. Menurutnya Greis terlalu lancang. "Ya udah kalau Adaranya nggak sama lo kita balik. Makasih," ujarnya lalu menarik paksa Greis ke motornya.
"Cara lo nggak sopan terlalu lancang. Askar bisa tersinggung," kata Adian sambil melepaskan tangan mereka berdua, padahlkan Greis masih mau dipegang. Yah, walaupun tidak lembut karena ditarik paksa. "Namanya juga orang panik, teman ilang kek jarum," jawabnya ketus.
"Adara biasanya kemana?" tanya Adian mengalihkan pembicaraan. "Kalo nggak dirumah Al yah rumahnya Alpha biasnaya kumpul di," ucapanya tergantung mengingat tempat nongkrongan mereka selain di rooftop sekolah.
"Di kafe. Yah di kafe, coba nyari di kafe dekat sekolah," katanya sambil memukul keningnya. Pasalnya mereka bolak-balik dari rumah sekolah ke rumah Askar terus ke dekat sekolah. Kenapa juga dirinya bisa lupa tempat anak jaman sekarang jika galau bisanya akan ke kafe, duduk paling pojok sambil melihat orang lalu lalang diluar.
Setelah sampai Greis segera masuk dan melihat semua para pelanggan, namun sepertinya memang Adara tak ada. Adian mencoba bertanya kepada pelayan sambil melihatkan foto Adara dari ponsel Greis tapi, katanya sedari kafe buka dia tak pernah melihat orang yang berada pada photo tersebut.
Greis keluar kafe dengan wajah lesuh, dia sudah lelah mencari keberadaan temannya itu. Adian datang mengahampirinya sambil membawakan 2 cup kopi, lalu memeberikan 1 cup kopi ke Greis.
"Emang Adara sering hilang-hilang gitu?" Tanya Adian sambil menatap Greis yang sedang meminum kopinya. "Selama kenal baru pertama kali," jawab Greis seadanya. Lalu kembali menatap Adiam sambil tersenyum.
Sepanik-paniknya dirinya tapi enatah kenapa saat melihat wajah Adian dia bisa tenang bahkan tersenyum seperti saat ini. Ada keburuntungan juga mencari Adara untuk Greis. Jarang-jarang dirinya bisa jalan-jalan bersama Adian bahakan dibonceng. Malahan bisa berbincang-bincang tanpa si nenek sihir.
Adian menaikkan alisnya satu saat Greis tak henti-hentinya menatap dirinya sambil tersenyum. Bagi Adian, Greis sedikit seram jika menatap dirinya sambil tersenyum seperti itu. Greis sendiri salah tingkah karena ketahuan menikmati wajah Adian.
"Eh itu tadi apa yah ada itu." Greis gelap-gelapan mencari alasan, padahal Adian sendiri tak meminta alsannya.Untung saja ponselnya berbunyi.
Sambil menunggu Greis selesai mengangkat telpon, Adian memainkan ponselnya. "Adara udah ketemu. Lo bisa antar gue ke rumah Elara?" Adian mendengok menatap Greis sambil berfikir, lalu melirik jam. Ternyata sudah jam 8 malam, dia terlalu lama diluar. Sedangkan Greis sudah meramalkan doa agar Adian mengiyakan, jika tidak Greis menganggap jika Adian tak punya rasa kasihan padanya. "Ya udah ayo," dengan semangat Greis naik ke jok belakang sambil tersenyum.
"Rumah Elara dimana?" Tanya Afian saat sudah memasuki komplek II. "Di blok D," jawab Greis seadanya.
"Adara disana?"
"Iya"
•••
Kedaan rumah Elara hening, Adara menunduk merasa takut dengan tatapan teman-temannya. Apa lagi saat Al menemukan dirinya di Bar tadi. Rasanya dirinya ingin lari saat melihat temannya tadi.
"Lo kenapa gaya-gayaan si main di Bar. Guna kita apa?" Itu Al, dia masih tak menyangka jika teman kecilnya yang dulunya mencium asap rorko saja tak mau dan sekarang malah ada di Bar. "Lo tahu nggak Ra, kita lagi santai-santai di rumah pas Al bilang lo ilang kita pada panik, Greis ajah datangin rumah Ka Askar," tambah Elara yang membuatnya menatap sinis Greis, karena Askar tak punya sangkut paut dengan masalahnya.
"Gue yang suruh!" Adara kembali menunduk. Benar- benar Al ini giliran marah saja banyak bicara. "Tapi, gue heran kenapa lo nggak mabok. Pasti lo sering minum bir kan?" tanya Alpha asal.
"Enak ajah. Lo tuh yah kalo ngomong nggak pernah dijaga, nyium baunya ajah nggak," jawabnya sedikit kesal. Jika Lia paling ahli berdebat dan Al paling ahli marah-marah maka Alpha paling ahli asal bicara. "Terus lo disana ngapain gue liat gelas lo terisi," tanya Elara.
"Yang itu sprite hehehe," jawab Adara nyengir. Mendengar jawabannya Lia hampir saja khilaf melemparinya bantal. "Lo tuh yah gaya- gayaan main di Bar tau-tanuya minum sprite doang," cerocos Lia.
"Namanya juga orang lagi suntuk. Nggak tahu mau ngapain ingat bokap malah ingat bar juga jadi gue penasaran lihat bar itu gimana. Pas sampai gue malah jijik liat orang pada nari- nari. Pas ditawarin minum gue mikir kalo minum takut candu terus mabok ya udah gue nyuruh pelayannya ngasih sprite ajah yang intinya beralkohol," ujarnya acuh. Adara juga tak sebodoh itu untuk melampiaskan kesedihannya keminuman haram.
"Lo malu-maluin," kata Elara menggelengkan kepalanya. Sedangkan Greis sedari tadi hanya mendengar, matanya sudah sangat berat karena lelah.
"El orang- morang di rumah lo mana?" Tanya Al sambil melihat- lihat rumah Elara. Dia baru sadar ternyata rumah Elara sepi. "Orang tua gue keluar kota sama adek gue. Katanya ada tugas. Eh gimana kalau kalian tinggal disini ajah," ajak Elara dan semuanya langsung mengangguk menyutujui.
"Ra lo punya utang cerita kenapa lo ilang," tambah Elara saat Adara sudah berjalan menuju kamar Elara dan dia hanya mengangguk. Dia sangat rindu dengan kasur.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
AléatoireMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...