Jam menunjukkan setengah enam dengan perasaan setengah sadar Alpha membuka matanya mencari keberadaan sohib sehidup sematinya, tapi sepertinya temannya itu sudah bangun lebih dahulu. Setelah sholat subuh Alpha dan Al kembali tidur. Padahalkan pimali tidur kembali setelah sholat subuh.
Setelah mengambilikan kesadarannya sepenuhnya Alpha berjalan keluar mencari Al di taman sekolah. "Meong...meong," panggilnya sambil mencarinya disebuah semak-semak.
"Eh ege Al bukan kucing," tegurnya pada dirinya sendiri. "Terus kalau bukan kucing apa yah?" tanyanya lagi sambil memikirkannya siapakah temannya itu.
"Guguk," jawabnya sendiri lalu tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang sedari tadi berbicara seorang diri bak orang gila.
Kadang Alpha juga bingung sebenarnya mamahnya ini ikhlas melahirkannya kedunia atau tidak sehingga otak Alpha sedikit geser.
Kepalanya iya gelengkan dan berjalan kembali mencari sohibnya, namun bukannya menemukan Al malah iya melihat Lana duduk sendirian. Kemudian, muncullah sebuah ide untuk mengerjainha.
Dengan hati-hati Alpha berjalan agar tak mengeluarkan suara dan sampailah dia dibelakang Lana, mengambil ancang-ancang untuk mengakegatkannya.
"Dor!"
"Allahuakbar," bukannya Lana yang latah karena terkejut tapi malah Alpha yang terkejut dengan suaranya sendiri. Aneh? Memang.
Saat Alpha mengatakan 'dor' Lana berbalik dengan keadaan mata yang sangat aneh, kelopak matanya iya lipat kedepan membuat Alpha sangat terkejut, "untung jantung gue nggak copot Na"
Lana hanya tersenyum menanggapi perkataan Alpha. Orang yang selama ini mengisi hari-harinya yang tanpa rasa izin apapun Lana merasakan sesuatu yang asing bila berada didekatnya.
"Nanti pulang langsung ke rumah sakit yah," ujar Alpha sambil tersenyum manis padanya. Lana hanya mengangguk mengiyakan. Lambat laun Lana merasa jika Alpha hanya kasihan padanya ataukah Alpha masih merasa bersalah dengan kejadian bola basket tempo lalu. Padahal Lana sudah mengatakan tak usah menuruti perkataan Ulfa.
Dilain tempat namun diwaktu yang sama. Elara sedang berada di toilet wanita menunggu Lia yang sedang membuang air kecil. Untung saja ada ponsel sehingga Elara tak terlalu bosan menunggunya. Heran, Lia ini lagi buang air kecil atau air besar pasalnya Lia sangat lama didalam toilet.
"Ya gue keluar bentaran cari angin lo lama banget sumpah!" katanya sedikit berteriak dan berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Lia.
Baru tiga langkah Elara melangkahkan kakinya dia sudah ingin kembali lagi kedalam toilet.Rasanya ingin mengumpati dirinya sendiri, kenapa dia tak sabaran sedikit menunggu Lia keluar dari toilet. Jika saja dia sabar menunggu, maka dia tak akan menemui orang yang akhir ini iya hindari.
Setelah Elara diajak kesebuah panti asuhan Elara tak ingin lagi bertemu dengan Zeus. Dikelas 'pun kadang Elara sembunyi-sembunyi ataukah menutupi wajahnya yang intinya tak melihat Zeus.
Elara masih ingat dengan jelas perkataan Zeus saat berada ditaman panti yang membuat dirinya mati kutu.
Dengan perasaan kaku Elara kembali berbalik ke toilet, namun gerakannya dikalahkan oleh Zeus.
Dengan cepat Zeus menarik tangannya dengan kasar membawanya entah kemana. Semakin dia mencoba melepaskannya semakin erat genggamannya yang membuat Elara pasrah.
Yang Elara tahu Zesu itu jarang bicara, susah bergaul dan sangat tak suka keramaian dan sekarang Elara juga tahu jika Sahar juga sedikit kasar.
Tapi, disisi lain Elaea tak bisa menepis perasaan bahagia jika sudah berada didekat laki-laki dingin ini. Entah apa yang dilakukan Zeus Elara, hanya berawal dari sebuah nama yang hanya Elara yang tahu, yang dengan pedenya dia menaiki motor Zeus yang mengira jika dirinya diberikan tumpangan dan terakhir saat berada ditaman panti sehingga menciptakan sebuah rasa kebahagiaan bahkan sangat merasa nyaman.
Langkah Elara ikut berhenti saat Zeus berhenti disuatu tempat yang ternyata didepan pintu perpus yang sangat sepi.
"Apa? Lo mau ngapain gue?" tanya Elara was-was, takut jika Zeus juga ternyata laki-laki yang tidak beras.
"Masuk," titahnya yang terdengar memaksa. Elara menggelang menolak. Dipikirannya posisinya sekarang tak aman, terbayang sesuatu dipikirannya yang terkesan jorok dan langsung iya menepisnya.
"Lo sebenarnya mau apsih?" Tak ingin menjawab Zeus kembali menarik tangan Elara memaksa memasuki perpus.
Dan, betapa terkejutnya saat dirinya sudah masuk kedalam perpus. Ruangan yang penuh dengan buku yang bagi Elara adalah ruang tak kasat mata kini berganti sebuah ruangan yang sangat indah. Rak-rak yang berisi buku disulap menjadi sebuah rak yang berisi sebuah photo Elara dari bayi hingga sekarang.
Balon yang berada diatas langit-langit membuat Elara semakin terpanah.
Elara berbalik menatap Zeus yang masih berada diambang pintu. Bibirnya melengkung tersenyum, untuk pertama kalinya Elara melihat senyuman Zeus.
Dan, Zeus melangkah mendekati Elara yang masih diam ditempatnya.
Jangan tanyakan perasaan Elara sekarang. Baginya yang dipijak sekarang bukan lagi bumi dia sudah terbang sangat tinggi.
Dengan kikuk Elara tersenyum saat Zeus sudah berada dihadapannya. Iya mencoba menegakkan kepalanya memandang Zeus namun, perasaan tersipu iya kembali menunduk.
"Ra," panggilnya. Baru kali ini juga Elara mendengar suara Zeus yang baginya begitu lembut tak seperti biasanya yang terdengar ketus.Elara menelan salivanya sendiri lalu menengok ketas menatap laki-laki bertubuh jangkung itu, menunggu perkataan Zeus selanjutnya yang membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.
"Gue nggak pintar ngungkapin perasaan gue ataupun nembak cewe lewat rangkain kata-kata romantis. Yang pastinya sekarang lo tahu kalau gue sayang banget sama lo dan gue mau kita pacaran. Lo milik gue dan gue milik lo," tuturnya membuat mata Elara membulat.
Satu; Zeus memang berhasil membuatnya nyaman.
Kedua; Zeus memang berhasil membuatnya terpana.
Dan ketiga; Zeus memang sudah berhasil mengisi hatinya.Tapi, Elara takut semua perasaan yang diberikannya hanya sepihak. Maksudnya, dia takut mencintai dan berjuang sendiri.
Dan, yang dikatakan Zeus tadi cukup untuk meyakinkan jika dirinya tak akan merasakan cinta sepihak.
"Maksud lo?" Seperti biasanya perempuan akan berlagak begok tak tahu maksudnya padahal yang sebenarnya sangat mengerti. "Kita pacaran," ujarnya tanpa beban lalu meninggalkan Elara sendiri.
Elara yang masih terkejut dengan perkataan Zeus hanya bisa duduk memegang jantungnya yang menciptakan sebuah irama yang sangat cepat.
TBC.
Ciee neng Elara....
Eh btw aa' Zeus enak bangat yahh abis ngasih pernyataan langsung ninggalin ajh:(Jgn lupa Voment yah
Lopyuu🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...