Greis dengan keadaan mata sembab menenggelamkan wajahnya dilututnya dan disampingnya ada Al. Mereka berdua sama-sama tak mengeluarkan suara, hanya diam membiarikan kesunyian dianatara mereka.
Saat Greis dan Adian sedang berkelahi, Al tak sengaja mendengarnya dan berakhir lah mereka diatas rooftop.
Al menepuk pundak sahabatnya, meguatkannya agar Greis tak lagi bersedih, "lo boleh ajah terluka Yes asalkan luka lo buat orang bahagia."
Greis menatap Al sambil tersenyum lalu memukul lengannya. "Dih apasih sok puitis loh, nggak nyambung sumpah. Harusnya gue yang bilang kek gitu sama lo," ujarnya tertawa.
"Kenapa jadi gue?"
"Lo sama Adara 'kan itu?" Al langsung membuang mukanya. Sangat malas jika harus membahas perasaanya. Baginya hatinya sudah mati. "Kasih kesempatan buat kak Gege Al. Gue yakin kak Gege pantes kok buat lo."
Al tertawa kecil menanggapinya. Baginya hati yang mati tak bisa menghidupkan hati yang lainnya dan juga hubungannya dengan Gesya tak terlalu dekat. Mereka tunangan 'pun juga karena alasan tertentu.
•○•
Kelas yang ajaibnya tiba-tiba hening karena seorang guru masuk dengan membawa buku tebal. Ibu Sukma-guru kimia yang sangat terkenal dengan killernya kini mengabsen para anak wali Ibu Risma.
"Oke baiklah kita masuk pembelajaran selanjutnya. Jadi, tolong yah kalian perhatikan ibu dengan baik-baik jangan ada yang menulis, bergosip, pacaran, atau melakukan hal-hal yang lain dan buka buku paket kalian halaman 54."
Setelah berbicara panjang lebar dan hanya dibalas anggukan oleh para siswa, Ibu Sukma mulai berceloteh didepan papan tulis menjelaskan materi yang tak lain berhubungan dengan unsur-unsur.
Semua pandangan siswa terarah pada depan kecuali untuk Rigel. Mata dan otaknya hanya terfokus pada gadis kecil yang berada disamping Elara yang tak lain Lia.
Rigel sudah melakukan usaha untuk menjelaskan siapa bayi yang digendongnya malam kemarin itu. Tapi, setiap usahanya selalu gagal bahkan nomornya saja sudah diblokir.
Rigel berfikir jika menemuinya secara langsung mungkin saja Lia menghindarinya jadi, Rigel harus cari cara lain. Rigel melirik teman sebangkunya yang sama-sama tak memperhatikan Ibu Sukma hanya diam sambil sembunyi-sembunyi bermain subway surf. Padahal zaman sekarang remaja-remaja bermain pubg, free fire ataukah mobile lagend tapi, Zeus malah bermain game anak-anak. Katanya si kalau main game online itu boros padahal kuotanya bisa dipake buat streaming film.
Tanpa berfikir panjang Rigel merampas ponsel Zeus dan membuka aplikasi berwarnah hijau yang tak lain adalah aplikasi Line. Zeus yang tak terima dirampas begitu saja tentunya kembali merampas ponselnya namun Rigel memasukkan ponselnya kecelah pahanya yang membuat Zeus enggan merampasnya kembali, "pinjam bentar elah. Gue cuman mau pake buat ngechat Lia bentaran."
Setelah mengirim pesan dan tinggal menunggu balasan dari Lia, Rigel menyimpan ponsel Zeus dalam kantongnya dan melirik Zeus yang menatapnya dengan tajam.
"Bu Rigel main ponsel dalam kelas," adunya pada Ibu Sukma. Rigel yang tadinya santai kini kembali pusing, "anying lo."
"Yang namanya Rigel maju didepan dan bawa ponsel kamu!" pinta Ibu Sukma dengan amarahnya. Sedangkan Rigel yang dilakukan hanya bisa pasrah. Zeus ini tipikal laki-laki yang sangat susah ditebak. Diajak bicara kadang cuman ngangguk atau geleng-geleng doang giliran ngelaporin temannya sendiri banyak bacot.
Sesampainya didepan Rigel langsung memberikan ponsel Zeus pada Ibu Sukma. Zeus tak masalah jika ponselnya disita oleh guru. Walaupun Zeus tak sekaya Alpha tapi, Zeus sanggup-sanggup saja membeli dua ponsel sekaligus.
Ibu Sukma mengecek ponsel yang telah beliau ambil dari tangan Rigel lalu membuka aplikasi yang terakhir kali digunakan. Sedangkan, salah satu siswi mempunyai firasat buruk yang akan terjadi padanya.
"Buka blokir gue yahh. Gue cuman mau ngejelasin siapa anak yang gue gendong kemarin. Kalo nggak mau ngebuka nanti pulang bareng. Gue maksa!" Lia langsung menutup wajahnya dengan buku merasa malu saat Ibu Sukma membaca isi pesan Rigel untuknya dengan suara lantang. Adara, Greis dan Elara sudah mentapnya merasa curiga. "Delia maju didepan!"
Lia membuang nafasnya kasar sama halnya dengan Rigel. Bukannya Lia akan luluh malah semakin marah.
"Kalian berdua ini dikasi kepercayaan untuk bawa ponsel malahan seperti ini. Bukannya perhatiin Ibu ngejelasin malah buat janjian malah ini lagi bicara perihal anak. Kalian berdua..."
"Nggak. Nggak Bu," potong Lia langsung. Takut jika Ibu Sukma salah paham. Lagian Rigel kenapa si suka banget bikin masalah untuknya.
"Ya sudah karena Ibu baik hati kalian cuman dapat hukuman merangkum materi tentang hukum atom Thomson lalu transalete ke bahasa jerman." Lia dan Rigel sama-sama mentap Ibu Sukma yang katanya sedang baik hati. Lebih baik mereka berjemur di lapangan dibanding 'kan harus merangkum ditambah lagi memakai bahasa Jerman. "Ponsel kamu juga Delia, Ibu juga sita nanti kalian ambil saat pulang diruangan Ibu Ila."
Tak ada yang bisa dilakukan oleh Rigel dan Lia kecuali mengangguk pasrah dan keluar dari kelas. Teman-teman Lia hanya memberikan semangat kepadanya lewat isyarat.
Perjalan keperpus mereka berdua tak saling berbicara. Rigel mana berani lagi bicara dengan Lia bisa-bisa dia kena amukan.
Sesampainya mereka berdua langsung mencari buku Kimia dan beberapa kamus. Setelah mengumpulkan beberapa buku keduanya duduk pada bangku paling ujung tepatnya disampaing jendela.
Mereka berdua sama-sama mencatat dan mencari. Eh ralat, hanya Lia yang bekerja sedangkan Rigel hanya diam duduk menatap Lia sambil tersenyum menertawainya. Melihat Lia pusing begini malah membuatnya senang, wajah yang selalu sangar kini berubah yang jatuhnya terlihat menggemaskan. Tapi, disamping itu Rigel juga menertawainya karena Lia harus pusing-pusing mentraslatenya satu-satu padahal disaku celana Rigel ada ponsel.
"Nih," karena merasa kasihan Rigel akhirnya memberikan ponselnya pada Lia. Lia yang sedang menunduk fokus pada kamus dan melihat benda pipih disampingnya langsung tersenyum bahagia. Penderitanya rasanya kurang sebab dia bisa mencarinya di google. "Loh kenapa nggak bilang dari tadi si kalo lo punya ponsel. Kalo dari tadi 'kan gue nggak capek-capek," kesalnya.
"Nggak usah nyerocos make ajah," balasnya. Lia menatap Rigel dia hampir lupa jika dia masih marah dengan laki-laki yang kurang Hilo ini. "Apa?!"
Malas berdebat, Lia langsung membuka aplikasi google mengerjakan tugasnya dan lagi-lagi Rigel hanya menatap Lia.
Berapa menit berlalu Rigel masih dengan aktivitasnya yaitu mentap Lia dan begitu 'pun Lia masih terus saja merangkum. Tapi, disamping itu Lia merasa risih ditatap sedari tadi. Apa Rigel tak mengerti jika jantungnya sedari tadi sudah tak normal?
"Lo ngapain si?!" Rigel hanya tersenyum mendapat 'kan bentakan dari Lia dan masih kukuh untuk mentapnya.
Dan, kemudian Lia membuat benteng dari buku dan menunduk menulis.
TBC.
Voment;))
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Squad
RandomMereka tidak lebih dari kepercayaan dan mereka tidak akan merugikan bahkan menyakiti satu sama lain dan itulah persahabatan keenam remaja yang seringkali disebut 'swag squad' Memliki permasalahan yang sama sehingga saling mengerti satu sama lain da...