Sekarang tanggal ulang tahun yenni eomma. Kini aku tengah sibuk berkeliling toko kue untuk mencari kue ulang tahun yang pas untuknya. Walaupun dia tidak menyayangi ku, setidaknya aku telah menganggapnya sebagai ibuku. Setelah setengah jam memilih, akhirnya aku menjatuhkan pilihan pada sebuah kue yang berukuran sedang, dengan dekorasi yang sederhana namun berkesan mewah. Aku menunjuk kue itu, kemudian pelayan toko menuliskan tulisan di atas kue itu sesuai keinginan ku.
'Saengil cukkae hamnida eomma' begitulah tulisan sederhana diatas kue tersebut. Ku harap dia menyukai kue sederhana ku ini.
Dengan semangat aku mengendarai mobil ku menuju rumah yenni eomma. Saat masuk kedalam pekarangan rumahnya, aku membawa kue ulang tahun tersebut hingga depan pintu. Aku memencet bel. Tak lama, seorang maid membukakan pintu untuk ku. Ia tampak terkejut dengan kedatangan ku, namun wajah ia buat se normal mungkin.
"Selamat sore nyonya muda. Silahkan masuk" sapanya ramah dan mempersilahkan ku masuk.
Aku hanya mengangguk, kemudian melangkahkan kaki ku kedalam rumah ini. Ku lihat yenni eomma dan luhan appa tengah menonton televisi di ruang tengah. Aku menelan saliva ku kasar. Kemudian aku berjalan mendekat sambil membawa kue tadi di kedua tanganku.
"Eomma, Appa" ucap ku pelan. Segera mereka menoleh kearah ku. Ekspresi kaget tidak bisa mereka sembunyikan.
Kemudian eomma berdiri dan berjalan kearah ku, disusul appa dibelakangnya. Aku berusaha tersenyum, walau degup jantung ku tak teratur, menunggu apa tanggapan dari mereka berdua.
"Yura...kamu ingat ulang tahun eomma?"tanyanya dengan senyum yang sumringah. Appa pun ikut tersenyum berdiri di samping eomma.
"Selamat ulang tahun eomma...!" Ucap ku dengan senyuman tulus. Setidaknya tanggapan mereka tidak buruk.
"Terima kasih" jawab eomma simpul.
Kemudian eomma membawa kue itu ke meja di depan sofa yang mereka duduki tadi. Mereka kembali duduk di sofa tersebut, tak lupa appa mengajakku ikut bergabung duduk disana. Appa menyuruh salah satu maid untuk mengambil pisau kecil, piring dan sendok. Segera maid tersebut berlari ke dapur mengambil yang disuruh oleh tuannya. Tak lama, maid membawa pisau, piring, dan sendok. Kemudian meletakkannya di meja yang sudah ada kue tadi.
"Ayo kita potong sama-sama" ajak eomma dan dibalas anggukan oleh appa.
Kemudian kami memegang pisau itu bersamaan. Tangan eomma paling bawah, di tengah tangan ku, lalu paling atas tangan appa. Kami memotong kue tersebut, mengambil satu potong. Kemudian eomma memindahkan potongan kue tersebut ke dalam piring kecil. Sesaat, aku merasa bahagia. Aku sedikit merasa ada kebersamaan antara kedua orangtua dengan anaknya yang telah lama aku rindukan. Kemudian kami saling suap-suapan. Ya tuhan aku bahagia.
"Ternyata kau masih ingat untuk kesini Yura."kalimat itu meluncur dari bibir eomma. Aku hanya senyum saja, bingung mau menjawab apa.
"Benar. Bahkan kau ingat ulang tahun yenni. Ku kira kau sudah melupakan kami" sambung appa.
"Dan apakah ini mimpi Yura? Kau memanggil ku eomma. Dan kau memanggil luhan appa? Wah, ku kira kau tak mengakui itu" kalimat itu, membuat hatiku yang tadi senang, seketika ambruk.
"Apakah kau baru saja mengakui bahwa kami orangtua angkat mu? Namun sayangnya, sampai kini, kami masih belum memiliki rasa sayang padamu" kejam sekali ucapan appa padaku. Itu sangat melukai hatiku.
"Ah eomma, appa, aku pamit dulu" ucap ku kemudian langsung pergi meninggalkan mansion itu.
Aku melajukan mobil ku dengan kecepatan lambat. Aku berkendara sambil menangis. Sakit sekali tadi ucapan mereka. Tidak bisakah aku merasa di sayang kedua orangtua walau hanya sesaat. Aku sungguh merindukan hal seperti itu. Aku menghentikan mobil ku di depan J-hope cafe. Aku ingin menenangkan diri disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Mine (Min Yoongi) [AND]
FanfictionFanfiction Min Yoongi Hanya imajinasi Kim Yura, gadis remaja berumur 20 tahun. Tidak ada yang istimewa dalam dirinya. Ia memiliki kedua orangtua, ayah dan ibu yang memberikan kasih sayang seperti biasanya kasih sayang orangtua pada anak seperti um...