Marah

1.9K 177 18
                                    

Sehun duduk di sofa. Ucapan Luhan tadi terngiang-ngiang di otaknya. Sebenarnya bukan hanya karena ucapannya, tapi sikap Luhan juga. Istrinya itu terlihat lebih berbeda dari sebelumnya. Ya tapi, Sehun tetap berpikir positif. Mungkin itu hormon kehamilan Luhan. Karena memang banyak kasus seperti istri yang malas dengan suami ketika hamil.

Mata Sehun terpejam sebentar. Tangannya sedikit memijat pelipis kepalanya. Sebenarnya Sehun ingin bermain ponsel. Tapi karena ponselnya masih di sita, jadi Sehun hanya bisa diam. Lalu ia mengambil mangkuk bekas makanan oat mealnya Luhan, lalu mengumpulkan cucian kotor lain ke wastafel.

"Mending aku cuci piring"

Karena tidak suka pegang yang kotor. Sehun pakai sarung tangan karet sebelum mencuci. Jadi kotorannya nempel ke sarung tangan tidak ke tangannya langsung.

Sehun mengambil sabun cuci piring di sana. Ia mengambil busa untuk cuci piring dan mencelupkannya ke bongkahan sabun itu. Lalu Sehun mulai mencuci piringnya dengan wajah cemberut.

 Lalu Sehun mulai mencuci piringnya dengan wajah cemberut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun membereskan cuciannya semua. Walaupun istrinya itu marah seperti itu, Sehun tetap menghandle pekerjaan istrinya dirumah. Kalau ia sudah kembali ke kantor, ya pekerjaan rumah jadi di kerjakan oleh Luhan kembali.

Selesai mencuci piring, Sehun menaruh cucian bersihnya itu di atas rak biar airnya mengucur. Ia mencopot sarung tangan karetnya. Lalu kembali lagi ke sofa. Dan menghabiskan waktu disana dengan bosan. Tapi tiba-tiba ada sepintas pikiran di otaknya. Kalau pun ponselnya di sita, kenapa ia tidak membeli ponsel lagi. Tidak apa masalah kontak. Yang penting ia punya ponsel.

"Boleh juga"

Sehun langsung berdiri. Ia memegang saku celananya. Untung ia tidak lupa membawa dompet. Setelah pasti semuanya. Sehun melirik ke arah pintu kamar sembari mengambil kunci mobil yang ada di atas meja.

"Sayang, aku keluar sebentar"

Sehun tetap berpamitan walaupun tahu, Luhan tidak akan menjawabnya. Kakinya mulai berjalan ke arah pintu. Ia keluar dan berjalan menuju lift untuk ke basement.

-

Sehun masuk ke dalam mobil dan mulai mengeluarkan mobilnya di basement. Ia menjalankan mobilnya ke arah toko ponsel di korea.

Di perjalanan, Sehun menyalakan radio mobilnya. Ia mendengarkan ucapan tidak penting di radio karena menunggu lagu yang ia suka.

"Oke, silahkan nikmati lagunya"

Musik pun mulai berputar di radio. Sehun menikmati lagunya sembari menjalankan mobilnya dengan sedikit laju yang cepat. Sampai tak lama kemudian, mobil Sehun pun sampai di toko ponsel yang ia tuju.

Ia memarkirkan mobilnya di parkiran. Sehun turun dari mobil dan masuk ke dalam toko. Kaki Sehun berjalan mendekati wanita yang tengah menunduk di depan konter.

"Permisi mba. Saya sedang mencari ponsel iphone"

"Silahkan pak"

Sehun menunjuk ponsel iphone yang ada di atas meja. Dan ia ingin iphone yang seperti ini. Dengan ponsel belakang yang berwarna biru. Sebenarnya mba penjaga toko itu menggoda Sehun dengan iphone keluaran terbaru. Tapi ia tidak tertarik. Yang penting ia punya ponsel.

"Baik, ini ponselnya pak"

Sehun mengeluarkan dompetnya. Ia membayarnya dengan credit cardnya. Lalu memberikannya ke arah mbanya. Wanita di depannya pun menggesekan kartunya. Dan setelah selesai, ia memberikan kembali kartunya kepada Sehun.

"Terima kasih pak"

Tangan Sehun membawa kantung kecil berisi ponsel barunya itu keluar. Sehun masuk kembali ke dalam mobil. Ia menjalankan kembali mobilnya dan mengeluarkannya dari parkiran.

Di jalan. Sehun melihat papan supermarket yang ada pinggir jalan yang mempromosikan mangga. Bahkan bukan hanya satu supermarket, beberapa supermarket lain pun sama.

"Lagi musim mangga kali ya?"

"Apa Luhan mau mangga?" Lanjut Sehun sembari membelokan mobilnya ke supermarket. Dan memarkirkannya disana.

Sehun pun turun dari mobil dan masuk ke dalam supermarket. Baru juga masuk ke dalam supermarket, Sehun sudah melihat mangga dengan keharumannya yang menggiurkan.

"Luhan pasti suka"

Sehun mengambil satu mangga. Lalu mengambil kantung plastik yang disediakan. Tapi Sehun kaget karena ada tangan lain juga yang ingin mengambil plastik. Ia pun menoleh dan tatapannya pun menjadi tajam ketika tahu siapa yang tengah di depannya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Taehyung.

"Tidak apa. Aku hanya risih"

Sehun buru-buru mengambil plastiknya. Ia mengambil beberapa mangga dan memasukannya dengan cepat.

"Bagaimana hubunganmu dengan Irene?"

"Aku tidak mau membahasnya"

Taehyung tersenyum kecut.

"Dia rela meninggalkanku karenamu"

"Aku sudah punya istri. Dan istriku tengah hamil sekarang"

Otomatis Taehyung menoleh ke Sehun. Ia mengerutkan keningnya tanda bingung.

"Jadi kau selingkuh?"

"Itu bukan urusanmu"

Tangan Taehyung menahan Sehun yang akan pergi. Refleks Sehun menepisnya dengan kasar. Lalu ia jalan ke arah kasir meninggalkan Taehyung.

-

Setelah membeli mangga tadi, Sehun langsung pulang. Moodnya jadi hancur. Tapi ketika sampai di apartemen, Sehun tidak menunjukan mood hancurnya. Karena ia takut kalau ia akan melampiaskannya pada Luhan.

Sehun berjalan ke arah kamar apartemennya. Lalu membuka pintunya. Ia masuk dan langsung duduk di sofa. Sehun menaruh mangga dan tas berisi ponselnya di atas meja.

"Sayang, aku pulang" Sehun membaringkan tubuhnya di sofa. Ia merasa lelah dengan tubuhnya. Terutama otaknya. Dan tak lama, Sehun memejamkan matanya sampai tertidur.

Setelah Sehun tidur, Luhan membuka pintu kamarnya. Ia melihat ke arah ruang tamu. Dan melihat Sehun yang tengah tertidur. Tapi pandangannya beralih ke arah kantuk kresek putih dengan kantung kotak di sebelah Sehun.

"Dia beli apa?" Luhan mendekat. Lalu hidungnya mencium aroma mangga. Entah kenapa matanya langsung berbinar.

"Dia beli mangga astagaa. Aku mau mangga"

Tangan Luhan pun mengambil satu mangga sambil menarik kantung sebelahnya lagi. Ia melihat kotak ponsel di dalamnya. Dan sudah di pastikan bahwa Sehun membeli ponsel baru. Pikir Luhan.

Kaki Luhan mulai berdiri. Berjalan ke arah dapur. Dan ia terdiam sebentar karena melihat dapur yang terlihat rapih. Cucian yang ada di wastafel pun habis dicuci semuanya.

"Apa ini Sehun yang kerjakan?" Gumam Luhan.

Kalau benar ini kerjaan Sehun, Luhan menjadi merasa bersalah karena tadi berucap kasar pada suaminya. Habis, Luhan tidak kuat dengan hatinya yang terus mendorongnya untuk berucap seperti itu.

"Maaf Sehun"

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang