0.3 𝐈𝐧𝐜𝐨𝐧𝐟𝐨𝐫𝐭𝐚𝐛𝐥𝐞

2.1K 193 14
                                    

Mobil hitam Sehun melaju cepat ke rumah Irene. Akhir-akhir ini, Irene selalu manja terhadap Sehun. Terkadang Sehun risih dengan sikap Irene yang seperti itu. Tapi mau bagaimana, rasa sayang di hatinya mengalahkan semuanya.

Sampai di perumahan. Sehun melihat Irene sudah menunggu di depan pagar rumah. Seperti biasa, Sehun selalu terpesona melihat kecantikan Irene.

"Hai sayang" Sapa Irene sembari masuk ke dalam mobil Sehun.

Sebelum berangkat, Sehun teringat sesuatu. Yaitu cincin pernikahannya yang tertinggal di rumah kekasihnya itu.

"Oh iya, aku baru ingat. Cincinku tertinggal di rumahmu"

"Cincin? Maksud kamu ini hm?" Irene menunjukkan jari manisnya ke wajah Sehun. Dan benar itu adalah cincin miliknya.

"Yasudah, sini. Aku mau pake"

Irene cepat-cepat menyembunyikan tangannya ke belakang ketika Sehun mencoba mengambil darinya.

"Irene jangan mengulur waktu"

Wanita dengan bibir merah itu terlihat sedikit berpikir. Cara apa yang tepat untuk menahan Sehun agar bisa terus bersamanya. Karena Irene tahu bahwa cincin yang dipakainya ini sangat berharga untuk Sehun. Jadi ia harus memanfaatkannya dengan baik.

"Aku mau memberimu cincin ini. Tapi ada syaratnya"

"Apa?"

Tubuh Irene mendekati Sehun. Aroma parfum Irene pun bisa tercium jelas oleh hidung mancung Sehun.

"Kamu harus menginap dirumahku nanti malam, bagaimana?"

"Aku tidak bisa"

"Yasudah, berarti cincinnya bakal menjadi miliku" Ancam Irene dengan kembali merubah posisinya.

Tanpa membalas, Sehun langsung menghidupkan mobilnya. Dan melajukan mobilnya dengan cepat ke arah kantor.

-

Sehun memarkirkan mobilnya di basement ketika sampai di kantor. Sehun turun terlebih dulu dari mobil.

"Sehun tunggu aku dong"

Kaki Sehun berhenti. Ia menoleh ke belakang dan menemukan Irene yang berjalan mendekatinya. Ditambah senyumannya yang manis.

"Ayo" Irene langsung menggandeng tangan Sehun sampai masuk lift.

Setelah pintu lift tertutup. Gandengan tangannya Irene mulai terlepas. Karena Irene melihat raut wajah Sehun yang mulai berubah.

"Kamu marah sayang?"

"Tidak"

Jelas sekali bahwa Sehun marah padanya. Ya memang sih, seharusnya Irene tidak perlu memakai syarat untuk memberikan cincin itu kepada Sehun. Tapi di sisi lain, ia sangat membutuhkan Sehun. Walaupun Irene tahu kalau Sehun sudah berumah tangga. Ia tidak peduli, karena rasa cintanya yang membuatnya menjadi gelap hati. Sampai menginginkan Sehun seutuhnya.

"Sorry"

Irene memeluk Sehun dengan erat. Dada bidang Sehun membuat Irene nyaman.

Nomor lift sudah menunjukan bahwa mereka sudah berada di lantai 10. Hanya butuh tiga lantai lagi keduanya sampai di ruangan kerja Sehun.

Dilantai 11. Pintu lift terbuka. Beberapa orang masuk ke dalam lift. Meski begitu, Irene tetap enggan untuk melepaskan pelukannya di tubuh Sehun. Untungnya, Sehun pun tidak keberatan dengan itu semua. Mereka tetap enjoy di dalam lift. Padahal beberapa pasang mata tengah memperhatikan mereka.

Tak lama, lift pun berhenti di lantai 13. Sehun membiarkan Irene keluar terlebih dulu.

-

Di ruangan, Irene langsung memberikan beberapa dokumen kepada Sehun. Irene harus tetap professional walaupun statusnya adalah pacar Sehun. Tetap, ia adalah sekretarisnya Sehun.

"Umm, Sehun nanti siang kita ada meeting dengan klien dari singapore"

Sehun hanya mengangguk mengerti. Sekarang matanya tak lepas pandang dari dokumen di tangannya. Banyak banget dokumen yang harus ia revisi. Makanya ketika Sehun tahu bahwa banyak karyawannya yang mengambil cuti, alhasil ia harus kelabakan mengerjakannya sendiri.

Orang mungkin berpikir Sehun bisa mengandalkan sekretaris dan karyawannya. Tapi Sehun tidak berpikir demikian. Kenapa? Pasalnya, tidak semua dokumen dikerjakan dengan baik oleh karyawannya. Maka dari itu, ia mendapatkan imbasnya sekarang.

"Rene, tolong kamu suruh OB buatkan teh untuk saya"

"Bentar ya sayang"

Irene langsung menghubungi OB yang ada di dapur kantor. Dan untungnya mereka langsung bergerak cepat. Setelah selesai, Irene menutup telponnya. Dan kembali ke Sehun.

"Sayang aku bantu yah"

Sehun mengangguk. Kemudian Irene mengambil beberapa tumpukan kertas di meja Sehun. Karena tidak hati-hati, setengah jari tangan Irene tergores oleh pinggiran kertas.

"Akhh"

Kertas yang di bawa Irene pun berhambur jatuh ke lantai.

Melihat itu pun, Sehun langsung menghentikan sebentar kegiatannya. Menjadi berganti mengurusi Irene.

Jari Irene mulai mengeluarkan darah. Sialnya, tidak ada tissue disana. Terpaksa Sehun membersihkan darah di jari Irene dengan bibirnya. Irene sedikit meringis, tapi itu tidak berlangsung lama.

"Sakit hm?" Tanya Sehun sembari meniup pelan jari Irene.

"Sedikit sih. Tapi gak apa-apa"

"Lain kali kamu harus hati-hati"

Tok tok

"Masuk"

Muncul seorang OB dengan secangkir teh hangatnya di atas nampan yang ia bawa. OB itu pun langsung menaruhnya di atas meja.

"Eh kamu, tolong bawakan plester sekarang" Celetuk Sehun.

"Baik pak"

OB itu sedikit membungkukan tubuhnya sebelum melenggang pergi dari ruangan Sehun.

"Thanks, honey"

"Hm"

Drrt drrt

Ponsel Sehun bergetar di atas meja. Ia melihat nama istrinya di layar ponsel. Ketika Sehun mau mengangkatnya, Irene terlebih dulu menolak panggilan tersebut.

"Apa yang kau lakukan?"

"Jangan kacau waktu berdua kita"

"Luhan istriku"

"Oke, aku bakal telpon lagi istri kamu. Lalu aku akan bilang kalau cincin pernikahanmu ada padaku. Aku sangat ingin tahu bagaimana reaksi Luhan setelah mendengar itu"

Otomatis Sehun langsung menjauhkan ponselnya.

"Puas?" Sehun kembali duduk di kursinya.

"Nah gitu dong" Irene mengecup sekilas pipi Sehun. Dan Sehun tidak mengeluarkan ekspresi apa-apa karena rasa kesal.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang