0.16 𝐏𝐞𝐭𝐢𝐭𝐞 𝐫𝐞𝐩𝐨𝐧𝐬𝐞

1.8K 176 18
                                    

Sehun memarkirkan mobilnya di basement. Ia langsung termenung memikirkan kejadian tadi. Matanya panas. Hatinya sakit melihat Luhan menangis karena dirinya yang brengsek ingin menikahi wanita lain. Bahkan Sehun mengatakan itu ketika mereka masih berstatus suami istri.

Sebelum turun, Sehun memejamkan matanya sebentar. Ia coba menenangkan hatinya. Menepis air mata yang akan turun dari matanya. Kemudian Sehun melirik sekilas jam tanganya. Sekarang masih pukul setengah 10 pagi. Dan itu terlalu awal untuk bertengkar sampai separah itu.

Sebenarnya Sehun ingin langsung pulang saja. Pikirannya benar-benar membuatnya pusing. Tapi kalau langsung pulang, pekerjaannya akan terlalaikan. Dan kalau sudah sampai rumah Sehun malas untuk menelpon orang kantor. Jadi lebih baik sekarang.

Sehun masuk kedalam lift. Tapi bukan ke ruangannya. Sehun ke lantai 5 ke tempat karyawan bekerja. Ia hanya butuh Yohan dan staff lainnya untuk menghandle pekerjaannya. Lalu setelah selesai, Sehun akan pulang untuk mengistirahatkan pikirannya.

Pintu lift terbuka di lantai 5. Sehun keluar dan menghampiri tempat Yohan. Tapi Yohan tidak ada disana. Sehun mengusak rambutnya pusing. Ia berniat memputar balik arah. Dan dari arah berlawanan pun Yohan datang menghampiri Sehun

"Ada yang bisa saya bantu pak?"

"Tolong kamu handle pekerjaanku. Aku sedang tidak enak badan"

"Baik, pak"

"Kamu bisa ambil dokumen saya di ruangan saya. Disana ada Irene, tanyakan saja padanya"

Yohan hanya mengangguk mengerti. Ia sedikit membungkukan tubuhnya ketika Sehun melenggang pergi tanpa berpamitan. Tanpa tunggu lama, Yohan langsung jalan ke arah lift. Dan menekan nomor 13.

Sampai di lantai 13, Yohan berjalan cepat ke arah ruangan Sehun. Dan ketika Yohan membuka pintu ruangannya. Yohan melihat Irene tengah berleha-leha di kursi kerja Sehun. Dan itu membuat Yohan langsung marah.

"Irene!"

"Astaga"

Karena kaget, Irene tak sengaja melempar ponselnya ke lantai. Suara kencang Yohan benar-benar membuatnya panik. Untung itu Yohan bukan Sehun.

"Di-dimana Sehun?"

Yohan tak menjawab. Ia hanya mendekati meja Sehun dan mengambil beberapa dokumen penting disana. Tapi disana ada dokumen yang kurang. Mau tidak mau Yohan harus bertanya pada Irene dimana Sehun meletakkan dokumennya.

"Dimana dokumennya?"

"Aku tidak akan menjawab sebelum kamu beritahu aku dimana Sehun"

"Apa Sehun tidak memberimu kabar tentang dia yang pulang karena sakit? Wah, berarti kau sudah tak terpakai lagi Irene" Yohan tersenyum meremehkan. Terpaksa ia masuk ke ruangan lain di ruangan Sehun. Ia mencari sendiri dokumen yang kurang di dalam tanpa memperdulikan Irene.

Sebelum Yohan keluar, Irene buru-buru mengambil ponselnya yang ada di lantai. Ia buru-buru membalas pesan Taehyung yang tak sempat ia balas karena dikagetkan oleh Yohan.

Tak lama di dalam ruangan, Yohan keluar dengan membawa beberapa dokumen yang kurang. Lalu ia melihat tingkah laku Irene yang aneh.

"Heh, walaupun Sehun tidak ada disini, jangan kau pikir kau bisa berleha-leha. Kau tetap akan ku beri tugas untuk membantu karyawan lain"

"Hei! Apa kau lupa? Aku yang lebih berwenang daripada kau! Bahkan peranku disini lebih penting darimu!"

Tubuh Yohan mulai mendekat ke arah Irene. Ia akui, Irene memang cantik. Tapi kalau hatinya busuk buat apa. Mungkin ia bisa menyebut Irene cantik tapi tidak menarik.

"Jangan berlagak sombong. Sekretaris abal-abal seperti dirimu, tidak akan bertahan lama disini. Aku jamin"

Setelah mengatakan itu, Yohan keluar ruangan dengan beberapa dokumen di tangannya. Dan Irene yang melihat itu pun geram. Ingin memusnahkan Yohan sekarang.

-

Pukul 12 siang. Waktunya para karyawan menikmati makan siangnya. Irene berjalan keluar kantor dengan pekerja lain. Mereka memang keluar bersama, tapi tidak ada yang menemani Irene seorang pun.

Irene masuk ke cafe yang ada di sebelah kantor. Karena uangnya lagi pas-pasan, Irene hanya membeli roti cokelat dan coffee. Setelah pesanannya di ambil. Irene duduk di kursi tengah cafe. Banyak sekali yang memperhatikannya. Mungkin karena ia makan sendiri tanpa ada Sehun disampingnya.

Ting

Pintu cafe terbuka. Muncul Jisoo dan Jennie. Mereka masuk ke dalam cafe dan langsung memesan coffee dan pancake. Tapi ketika menoleh ke arah kiri. Jennie menemukan Irene tengah duduk sendiri di antara kursi kosong di sebelahnya. Otomatis Jennie langsung berbisik pada Jisoo. Dan Jisoo yang mendengar itu pun langsung menoleh ke arah Irene sekilas.

"Ada pesanan tambahan mba?"

"Tidak, itu saja"

"Baik, mohon ditunggu ya mba"

Jennie dan Jisoo mulai mendekat ke arah Irene. Mereka berdua duduk di depan Irene. Dan Jisoo langsung memandang Irene tidak suka.

"Kenapa kalian duduk disini?" Tanya Irene dengan menyeruput coffeenya.

"Ini bukan kursi milikmu"

Irene hanya mendelik. Lalu melanjutkan acara memakan rotinya yang sempat tertunda. Jisoo yang duduk di depan Irene pun merasa jengkel walaupun Irene tidak melakukan kesalahan di depannya. Tapi Jisoo jengkel karena masalah lain.

"Heh Irene, kau jangan sok polos. Aku tahu apa yang kau lakukan dibelakang Taehyung"

Mendengar nama Taehyung disebut, Irene langsung menatap Jisoo. Mereka saling adu tatap mata tajam mereka.

"Jangan mencampuri urusan orang lain"

"Tutup mulutmu"

"Permisi, ini pesanannya mba" Ucap pelayan cafe sambil menaruh coffee dan pancakenya di atas meja. Lalu kembali berjalan ke arah dapur cafe.

Sekarang bergantian, Jennie yang menatap Irene tak suka.

"Kenapa kamu jahat?"

Irene melirik Jennie dengan tenang.

Irene melirik Jennie dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa aku?"

"Karena kamu sudah berselingkuh di belakang Taehyung"

"Itu bukan urusanmu"

Irene berniat pergi tapi Jisoo menahan tangan Irene.

"Dasar tukang selingkuh"

Tangan Irene langsung melayang ke arah Jisoo. Tapi Jennie langsung menahannya dan menepisnya.

"Jauhkan tangan kotormu dari temanku!"

"Lihat saja kau berdua!"

Mendengar Irene berteriak. Orang di dalam cafe pun menatap Irene. Dan Irene langsung keluar cafe karena malu.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang