Puncak kesabaran

1.4K 157 21
                                    

Luhan dan Kai berjalan ke arah lift. Mereka langsung menuju ke lantai 1. Tubuh Luhan berdiri tak tenang di dalam lift. Napasnya pun tak teratur. Bibir bawahnya terus Luhan gigit terus-menerus.

"Tenanglah" Kai mengelus pundak kecil Luhan untuk menenangkan.

"Aku tidak bisa Kai. Aku takut Sehun berbuat sesuatu ketika mabuk"

"Disana pasti ada Yohan, kan?"

Bibirnya terdiam sejenak. Seraya menghela napas untuk menetralkan debaran di hatinya.

"Ada Irene juga" Suara Luhan terdengar pelan. Dan Kai yang mendengar itu pun hanya bisa menatap sembari mengelus pundak Luhan.

"Aku yakin. Tidak ada yang perlu dicemaskan"

Luhan mengangguk pasrah. Semoga ucapan Kai memang benar. Ia tidak perlu mencemaskan apapun. Walaupun Irene ada disana, Luhan yakin. Sehun tidak akan macam-macam.

Lift sudah sampai lantai 4. Hanya butuh 3 lantai lagi Luhan dan Kai sampai di lantai 1.

Tak lama, pintu lift terbuka. Muncul seorang pegawai apartemen yang tengah membawa barang dengan alat dorongnya. Ia masuk dengan semua bawaanya. Pintu lift mulai tertutup. Lalu pegawai itu memutar besinya, karena tidak hati-hati, ujung kardus yang di bawanya hampir mengenai perut Luhan. Untung Kai langsung dengan cekatan melindungi perut Luhan dengan sebelah tanganya.

"Hati-hati dong pak" Protes Kai.

"Ada apa pak?"

"Kardus yang bapak bawa hampir mengenai perut teman saya"

"O-oh saya tidak tahu. Maaf pak" Pria itu sedikit membungkukan tubuhnya.

Luhan yang menyimak, mulai terkesan dengan Kai. Karena matanya sangat jeli sekali, bahkan ia langsung melindungi perutnya dari kardus-kardus itu.

"Terima kasih Kai" Cicit Luhan.

"Tentu"

Lift mulai berada di lantai 1. Pintu lift pun terbuka. Kai menarik tangan Luhan untuk keluar lebih dulu dari bapak yang membawa tumpukan barang.

"Motor kamu dimana, Kai?"

"Ada di depan"

Kaki Luhan sedikit berjalan cepat untuk mengimbangi jalan Kai. Sampai di pintu keluar, Luhan nampak motor Kai yang terparkir di dekat tangga.

"Tapi aku cuma bawa helm satu"

"Tak apa. Toh kayanya tak bakal ada polisi" Ucap Luhan sembari tersenyum.

Kai tak menjawab. Ia meraih helmnya yang ia taruh di kaca spion. Lalu memberikannya pada Luhan.

"Pakai saja"

"Jangan Kai. Kamu saja yang pakai. Aku bisa pakai penutup kepala hoodienya"

Raut wajah Kai terlihat berpikir sejenak. Namun, tak lama ia pun menyetujuinya. Kemudian langsung memakai helmnya.

Mereka mulai naik ke atas motor. Sebelah tangan Kai meraih sebelah tangan Luhan. Lalu ia lingkarkan di perutnya.

"Pegangan, biar tidak jatuh"

Luhan tak menjawab. Dan juga tak menolak. Mesin motor pun mulai Kai nyalakan. Sampai motornya itu langsung melaju ke arah rumah Yohan.

-

Tak butuh waktu lama, motor Kai sampai di rumah Yohan. Selama di perjalanan tadi. Kai membawa motornya ke arah jalan tikus agar cepat. Untung ia sangat handal, jadi Luhan tak berdebar ketika dibawa kebut-kebutan sama Kai.

Luhan turun dari motor. Kakinya langsung berjalan ke arah pintu tanpa menunggu Kai. Ia mengetuk pintunya dengan tak sabar.

"Tunggu"

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang