Undangan

1.7K 167 12
                                    

Sehun berjalan ke arah dapur sambil memijit pelipisnya. Ia mengambil obat pereda pusing di dalam kotak p3k dekat lemari dapur. Kepalanya terasa pusing setelah percakapan pendeknya tadi bersama Luhan.

Setelah mengambil obat. Sehun cepat-cepat meminumnya. Karena rasa nyeri di kepalanya terasa sedikit berat dan tidak seperti biasanya. Selesai meminum obat, Sehun berjalan kembali ke ruang tamu. Ia berniat untuk tidur di sofa.

Tok tok

Mendengar suara ketukan. Sehun mendengus kesal sembari mengusak rambutnya. Meski begitu, ia tetap berjalan ke arah pintu dan membukanya. Disana ada Yohan tengah berdiri dengan senyumannya.

"Selamat siang pak. Maaf saya mengganggu waktu istirahat anda"

"Ya, tidak apa. Ayo masuk"

Mereka masuk ke dalam apartemen. Duduk berhadapan. Lalu Yohan mengeluarkan sesuatu. Dan Sehun berharap itu bukan jadwal atau semacamnya. Karena ia benar-benar sedang tidak ingin membahas urusan kantor dulu. Kepalanya sedang sangat pusing.

"Pak, ini ada surat undangan dari pak Steve. Beliau mengundang anda untuk makan malam bersama nanti malam" Yohan memberikan kartu undangannya ke Sehun. Ia hanya menghela napas sambil menerima suratnya.

"Kukira mereka sudah pulang ke negaranya"

"Belum pak. Mereka akan mengundang bapak ke restoran Buonasera"

Sehun hanya mengangguk mengerti. Bibirnya sedang tidak nafsu berbicara banyak. Ia menyimpan surat undangannya di atas meja. Dan membaringkan kembali tubuhnya di sofa.

Melihat itu pun, Yohan terlihat khawatir dengan keadaan Sehun. Dan sebenarnya kedatangannya kesini pun bukan hanya untuk memberikan surat undangan. Ia juga ingin memberitahu Sehun keadaan kantor seperti apa. Tapi kalau ia menceritakannya sekarang, mungkin itu akan membuat beban tambahan untuk Sehun.

"Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" Sehun melirik Yohan sekilas.

"Tidak ada apa-apa pak. Bagaimana kondisi anda? Apa masih tidak enak badan?"

"Saya tidak apa. Bagaimana keadaan kantor?"

Mendengar itu, Yohan terlihat berpikir. Apakah ia harus memberitahu yang sebenarnya atau ia harus berbohong tentang keadaan kantor.

"Kenapa kamu diam? Apa ada masalah?"

"Tidak ada pak" Jawab Yohan setenang mungkin. Tapi raut wajahnya tidak terpungkiri oleh Sehun. Raut wajah Yohan sangat tegang.

"Jangan bohong. Ada masalah apa di kantor?"

Yohan menghela napas. Dan mencoba untuk menjelaskan apa yang terjadi di kantor.

"Tadi pagi, Irene datang ke kantor. Irene membuat onar kantor dengan segala hal yang ia lakukan. Dan saya mencoba untuk menahannya. Tapi Irene memberontak dan sempat ingin melukai karyawan lain"

Sehun mendengarkan cerita Yohan dengan baik. Dan ia tidak terlalu terkejut. Karena ia tahu. Bahwa Irene marah padanya. Bahkan mungkin itu Irene lakukan setelah mendatangi apartemennya. Jadi ia mungkin dendam padanya.

"Mungkin ia masih tidak terima dengan saya memecatnya"

"Maaf? Memecatnya?"

"Iya. Saya memecatnya karena ada urusan pribadi"

Yohan mengangguk. Ia sudah tahu. Pasti alasannya karena hubungan mereka yang retak. Tapi Yohan tidak ingin di ikut campur. Nanti malah urusannya semakin panjang.

"Yasudah, saya ingin pamitan pak"

"Mau ke kantor lagi?"

"Iya pak. Tadi masih ada sedikit kerjaan lagi yang harus saya selesaikan" Yohan berdiri kecuali Sehun. Ia membungkukan sedikit tubuhnya tanda hormat sebelum keluar dari apartemen dan berpamitan pada Sehun.

Setelah ruangan kembali sepi. Sehun duduk dan menatap surat undangannya. Ia sempat berpikir. Karena ini undangan penting, mungkin Sehun harus mengajak Luhan juga. Jadi waktunya akan lebih banyak dengan Luhan dengan memanfaatkan undangan ini.

Sehun berdiri dan mengambil surat itu sembari berjalan ke arah kamar. Ia membuka pintunya tanpa mengetuk terlebih dulu. Sehun melihat Luhan tengah duduk di kamar dengan bungkus snack dimana-mana. Tapi ia berusaha tidak berkomentar dan lebih mendekati Luhan. Dan Luhan melihat itu pun langsung melirik Sehun.

 Dan Luhan melihat itu pun langsung melirik Sehun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain kamu masuk?"

"Kamu sensitif banget sih" Sehun berjongkok di depan Luhan.

Luhan hanya melihatnya dengan tatapan tidak peduli. Ia memakan snacknya dengan sebelah tangannya lagi memainkan ponsel.

"Tadi Yohan kesini. Dia memberikan surat undangan makan malam dari pak Steve, klien aku dari singapore"

"Terus?"

"Kamu mau ikut kan? Please, sayang"

"Aku tidak mau"

Sehun menghela napas. Ia mencoba memasang wajah putus asanya di depan Luhan. Agar Luhan mau merubah keputusannya untuk ikut kesana.

"Jangan coba merayuku"

"Kamu yakin? Please, cuma malam ini sayang"

Dengan berat hati, Luhan harus menjawab ia. Tapi Luhan hanya berdehem sebagai jawaban. Ia juga tak melirik Sehun yang memelas kepadanya.

"Terima kasih, sayang" Sehun berdiri dan mengecup bibir Luhan.

"Go away"

"Yes, honey"

Sehun menghindar dari Luhan dengan senyumannya yang mengembang. Kakinya berjalan ke arah ruangan bajunya.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang