Kecewa

1.4K 157 13
                                    

Malam mulai menjelang pagi. Perlahan mata Sohye terbuka. Ia merasakan tubuhnya yang kedinginan, karena semalaman Sohye tidak memakai selimut saat akan tidur. Matanya melirik Luhan yang masih tertidur di atas ranjang. Ia bisa melihat mata sembab Luhan karena semalam menangis.

Sohye merubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Ia mengusap wajahnya sebelum berdiri. Setelah berdiri, Sohye mulai berjalan keluar. Ia berniat untuk pergi ke toilet karena ingin membasuh wajahnya.

Di lorong rumah sakit, Sohye melihat ada beberapa suster yang sudah mulai bekerja. Dan Sohye hanya terus berjalan sampai ke toilet rumah sakit.

Sampai di toilet, Sohye berdiri di depan wastafel sembari membasuh wajahnya. Lalu tak lama, masuklah seorang wanita. Ia berdiri di sebelah Sohye.

Ketika mendongak kan wajahnya, Sohye kaget karena ia melihat wajah Seulgi.

"Ada apa bu?"

"Saya kaget dok. Astaga" Sohye memukul pelan lengan Seulgi sembari menggelengkan kepalanya.

"Maafkan saya"

Setelah detak jantungnya netral kembali. Sohye mengambil beberapa tissue untuk mengeringkan wajahnya. Sesekali mata Sohye melihat ke arah Seulgi di cermin. Bukan apa-apa, ingatannya terkadang suka lupa. Jadi ia hanya ingin memastikan bahwa yang di lihatnya sekarang dokter yang tadi malam atau bukan.

"Kamu yang cek Luhan tadi malam, benar?"

"Iya. Nama saya Seulgi" Ucap Seulgi sembari tersenyum di depan cermin.

"Oh, Seulgi. Katanya anak saya harus di usg? Jam berapa ia harus di usg?"

"Mungkin jam 8 sudah bisa di usg"

"Baiklah"

Ketika ingin berniat keluar kamar mandi, Sohye teringat sesuatu. Ia ingat pakaian Luhan yang memakai dress. Dan pasti menantunya itu kedinginan. Jadi ia harus menghubungi Kai untuk membawakan pakaian hangat untuk Luhan. Sohye sengaja memintanya pada Kai, karena ia tahu bahwa Luhan dan Sehun tengah bertengkar.

Sohye kembali mendekati Seulgi dan menatapnya dengan ragu-ragu.

"Maaf nak Seulgi. Bolehkah ibu meminjam ponsel kamu? Ponsel ibu rusak. Dan ibu harus menghubungi anak ibu yang ada dirumah"

"Tentu bu"

Tangan Seulgi merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponsel. Lalu ia memberikannya pada Sohye. Dan Sohye menerimanya.

"Ibu pinjam ya" Sohye berjalan keluar kamar mandi sembari mengetikan nomor Kai di ponsel Seulgi. Kemudian langsung menghubunginya.

"Semoga anak itu sudah bangun"

Panggilan mulai terhubung. Sohye bisa dengar suara serak Kai di sebrang telpon.

"Cepatlah bangun. Kau harus membawakan pakaian hangat untuk Luhan ke rumah sakit"

"Kenapa ibu malah memintanya kepadaku bukan ke Sehun?"

Suara Kai terdengar kesal di telepon. Ya Sohye memakluminya. Tapi Sohye langsung menjelaskannya pada Kai. Bahwa ia tidak bisa menelpon Sehun karena semalam Luhan bertengkar dengannya. Dan Kai yang mendengarkan ibunya itu terdiam sejenak. Sebelum akhirnya ia mengatakan mau untuk mengambil pakaian untuk Luhan.

"Nah, baguslah. Cepatlah datang kesini. Tidak usah mandi. Basuh saja wajahmu"

"Iya bu"

Pip

Panggilan pun diputuskan secara sepihak oleh Kai. Sohye hanya menggeleng sembari berjalan kembali ke dalam toilet. Ia memberikan ponselnya kembali ke Seulgi.

"Terima kasih dok"

"Iya bu. Sama-sama" Seulgi mengambil ponselnya yang ada di tangan Sohye.

"Kalau begitu, ibu duluan ya"

Seulgi hanya tersenyum sembari memasukan ponselnya kembali ke dalam saku.

-

Sohye masuk ke dalam kamar Luhan. Disana Sohye melihat Luhan yang tengah duduk di atas ranjang dengan mata terpejam.

"Hei, kamu sudah bangun"

Mendengar itu Luhan langsung membuka matanya. Bibirnya tersenyum simpul seraya menganggukan kepalanya.

"Bagaimana perutmu? Apakah masih sakit?"

"Tidak bu"

"Baguslah"

Kaki Sohye berjalan ke arah kursi. Lalu duduk disana. Kedua tangannya langsung menggenggam tangan Luhan yang lumayan dingin.

"Kamu hamil? Kenapa tidak memberitahu ibu, hm?"

Sohye bertanya selembut mungkin. Tapi Luhan hanya diam tak menjawab.

"Lalu kenapa kalian bertengkar semalam?"

Luhan refleks menoleh ke arah Sohye.

"Ibu tahu darimana?"

"Ibu mendengar tangisanmu semalam. Pasti karena kalian bertengkar, bukan?"

Kepala Luhan mulai menunduk. Ia merasakan matanya panas dan ingin menangis. Sohye yang melihat itu langsung mengelus rambut pirang Luhan.

"Kenapa kalian bertengkar?"

Bibir Luhan bergetar. Ia tak kuasa untuk mengatakannya pada Sohye.

"Katakanlah nak"

"Se-sehun meminta cerai bu hiks"

"Benarkah?"

Luhan hanya mengangguk. Dan disitu raut wajah Sohye langsung berubah menjadi marah dan kesal atas sikap anaknya.

"Lalu apalagi yang dia lakukan?"

"Sehun telah membuat surat cerai pada Solar"

"Anak itu benar-benar" Gumam Sohye.

Tak lama kemudian, Kai muncul di balik tirai kamar Luhan. Ia datang sembari membawa tas kecil yang berisikan pakaian hangat untuk Luhan.

Tapi baru saja Kai masuk. Ibunya itu telah berdiri dan seperti ingin berjalan keluar.

"Eh ibu mau kemana?"

"Ibu harus menemui kakakmu itu. Tega sekali dia menceraikan Luhan ketika kondisinya sedang begini. Dan ibu yakin, pasti dia sudah dihasut oleh jalang itu"

Kai hanya diam. Matanya melihat Luhan sekilas yang terduduk di atas ranjang dengan kepala yang menunduk.

"Tolong jaga Luhan. Ibu harus cepat ke apartemen Sehun" Sohye berjalan keluar dengan tergesa-gesa. Meninggalkan Kai dan Luhan berdua disana.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang