Keinginan

1.4K 160 12
                                    

Selama di perjalanan, Sehun dan Luhan saling diam. Mereka terlalu canggung untuk memulai percakapan. Terlebih Sehun yang sedang bad mood. Jadi kalau Luhan tidak berbicara, ya otomatis Sehun pun tidak akan memulai pembicaraan.

"Sehun"

"Apa"

Luhan menggigit bibir bawahnya sembari memainkan jarinya. Jujur, Luhan sangat ingin bermanja sama Sehun. Padahal Luhan tidak ingin terlihat lemah seperti ini. Tapi kalau ini ke hendak bayinya, Luhan bisa apa.

"Aku ingin peluk kamu" Cicit Luhan. Ia tidak melihat Sehun. Wanita bermata rusa itu menunduk dan tidak berani melihat Sehun.

"Aku kan sedang menyetir" Sehun mengatakannya se tenang mungkin. Sehun tidak ingin karena rasa kesal, ia jadi melampiaskannya pada Luhan. Walaupun rasa kesalnya itu pada Luhan.

Mobil Sehun pun berhenti di depan cafe. Tenggorokannya sangat ingin meminum kopi. Sebelum turun, Sehun melepas seatbeltnya dan juga seatbelt Luhan. Karena pasti, istrinya itu ingin ikut bersamanya.

Setelah turun dari mobil, mereka masuk ke dalam cafe. Aroma kopi disana sangat menggoda Sehun. Tapi tidak untuk Luhan. Sekarang Luhan malah menutup hidungnya sembari menggandeng tangan Sehun.

"Mba, coffee lattenya satu"

"Ada lagi pak?"

Sehun menoleh ke arah Luhan.

"Kamu mau apa?"

"Aku mau roti cokelat aja" Luhan berbicara sambil menutupi hidung. Otomatis mba yang tengah melayani di depan menatap Luhan.

"Apa kamu lihat-lihat?" Celetuk Luhan sembari menatap balik wanita di depannya.

Sehun melihat kening wanita di depannya berkerut bingung. Mau tidak mau Sehun harus tersenyum dan meluruskan masalahnya.

"Maaf ya mba. Istri saya tengah hamil. Jadi dia agak sensitif"

"Oh, iya saya mengerti"

Wanita di depan Sehun itu tersenyum sambil berteriak disana menyebutkan pesanan Sehun kepada temannya yang ada di dapur.

Sehun mengeluarkan dompetnya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uangnya untuk membayar. Lalu Sehun meminta rotinya untuk di bungkus, karena mau di bawa pulang.

Pesanannya sudah jadi, wanita di depan Sehun itu memberikan kopi dan rotinya. Dan Sehun langsung mengambilnya.

"Terima kasih"

Mereka berdua langsung kembali ke mobil. Duduk kembali di depan. Ia juga tak lupa untuk memakaikan seatbelt pada Luhan. Lalu memberikan kantung kertas berisi roti itu kepada Luhan.

"Dimakan rotinya. Mumpung masih hangat"

"Iyaa"

Sehun menaruh kopinya di sebelahnya. Karena disana ada space kosong untuk menyimpan barang. Kemudian Sehun menjalankan mobilnya ke arah apartemennya.

-

Sampai di basement. Luhan buru-buru turun. Sehun yang melihat itu hanya menggeleng-geleng kepalanya. Bukan apa-apa, tapi istrinya itu lupa dengan bekas sampah bekas roti tadi. Ia malah meninggalkannya di dalam mobil. Jadi Sehun yang harus mengambilnya.

Sehun keluar dari mobil sembari menyesap kopinya. Sehun membuang sampahnya ke tong sampah pinggir lift. Lalu ia masuk ke dalam lift bersama Luhan. Dan menekan nomor 9 di lift.

"Sehun"

"Hm"

"Aku ngantuk"

Mata Sehun melirik sekilas jam tangan yang ada di tangannya. Dan memang, sekarang sudah sangat malam. Biasanya Luhan sudah tidur jam segini.

Luhan peluk Sehun. Ia menaruh kepalanya di dada Sehun. Memejamkan matanya. Tapi tak lama, pintu lift terbuka. Muncul Chanyeol dari pintu lift. Kaget sih, tapi Sehun tidak terlalu menunjukannya.

"Hei. Aku baru saja dari kamar apartemenmu. Tapi tidak ada siapa-siapa"

"Aku ada acara makan malam tadi bersama Luhan"

Chanyeol mengangguk. Lalu pandangannya mulai melihat ke arah Luhan yang memeluk Sehun.

"Oh iya, kau mau apa datang ke apartemen?"

"Baekhyun menyuruhku untuk mendatangi saudaranya disini"

Sehun tidak menjawab lagi. Lift sudah berada di lantai 5. Dan 4 lantai lagi Sehun akan sampai.

"Sehun, itu Luhan kenapa? Tumben dia manja" Ucap Chanyeol sembari melirik Luhan.

"Dia sedang hamil. Jadi senang bermanja sekarang"

"Benarkah? Selamat ya! Kau akan menjadi ayah, Sehun" Chanyeol menepuk-nepuk pundak Sehun bangga. Tapi berbeda dengannya. Bukan tidak senang, tapi senang pun percuma. Karena ia akan bercerai dengan Luhan.

Sehun hanya tersenyum tipis. Lalu mengelus rambut Luhan sekilas.

"Oh iya, tadi siang Luhan menelpon Baekhyun. Tapi aku yang mengangkatnya"

"Terus?"

"Aku curiganya dia bukan hanya rindu pada Baekhyun. Tapi dia ingin meminta Baekhyun untuk mengantarnya ke suatu tempat"

Sehun mengerutkan keningnya. Ternyata yang di maksud menelpon pria tadi siang itu Chanyeol. Tapi memang, setelahnya Luhan tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Apa kamu sudah mengecek kandungan dengan Luhan?"

"Oh iya, benar juga. Aku belum pergi kesana"

"Nah kan. Bisa saja dia ingin pergi mengecek kandungan. Jadi dia menelpon Baekhyun. Padahal Baekhyun pun tengah hamil. Mana bisa aku mengizinkannya"

Mata Sehun melihat Luhan yang ada di bawahnya. Ia terlihat berpikir. Ucapan Chanyeol memang ada benarnya. Luhan memang jarang mengatakan apa yang ia mau waktu itu. Jadi Luhan memintanya pada Baekhyun bukan padanya.

Ting

Pintu lift terbuka di lantai 9. Sehun mulai pamitan pada Chanyeol sebelum keluar. Ia mengangkat sedikit tubuh Luhan karena tidak mau berjalan. Jadi terpaksa Sehun harus menggendongnya sampai pintu apartemennya.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang