Tertekan

1.4K 165 7
                                    

Kaki Sehun tak henti-hentinya menuruni tangga. Memang terkadang ia berhenti sejenak untuk membenarkan posisi Luhan. Lalu ia berjalan lagi dengan cepat di tangga untuk menuju lantai paling bawah. Luhan yang di gendongan Sehun pun hanya bisa meringis kesakitan.

"Tahan Lu. Kita ke rumah sakit"

Luhan mengangguk sambil terus meringis sakit di bagian perutnya.

"Kita hampir sampai basement"

Beberapa anak tangga lagi, Sehun akan sampai di basement. Kemudian disana ada seorang petugas apartemen yang tengah berjaga. Karena melihat Sehun yang sedikit berlari dari atas, petugas apartemen itu pun berdiri dan menghampiri Sehun.

"Pak, ada ya-"

"Hhh bantu buka pintu mobil saya"

Petugas itu pun mengangguk. Kemudian mereka pun cepat berlari ke arah basement. Dan mereka berhenti di depan mobil Sehun.

"Kuncinya pak?"

Karena mobilnya di kunci, petugas itu menyodorkan tangan untuk meminta kuncinya. Sehun melihat tubuhnya. Sial, ia tidak memakai tuxedo. Kunci mobilnya ada di saku tuxedonya. Otomatis Sehun mengerang kesal. Karena tidak mungkin kalau ia harus kembali kesana.

"Kunci mobil saya ada di kamar apartemen"

"Perlu saya ambilkan?"

"Itu akan lama"

Tak lama, sebuah mobil hitam mendekati basement. Kedua orang itu mengalihkan pandangannya. Dan setelah di lihat-lihat dengan jelas, sekarang Sehun tahu mobil siapa yang mendekatinya. Itu adalah mobil ibunya. Entah untuk apa ibunya datang malam-malam begini ke apartemen. Tapi yang jelas, Sehun sangat membutuhkan bantuannya.

Setelah mobil itu berhenti. Sohye keluar dari mobil. Ia kaget karena menemukan Sehun tengah mendekatinya dengan Luhan yang ada di gendongan.

"H-hei Luhan kenapa?"

"Ibu tolong aku"

"I-iya masuk cepat" Sohye membukakan pintu belakang untuk Sehun. Lalu Sehun dengan cepat menidurkan Luhan disana.

"Biar ibu yang menemani Luhan. Kamu menyetir saja"

Mereka pun bertukar posisi. Sehun masuk ke dalam mobil. Ia langsung memputar balikan mobil di basement.

"Hati-hati pak" Ucap petugas itu sembari melihat mobil hitam itu melaju cepat keluar basement.

-

Di jalan, Sehun terus melajukan mobilnya. Jalanan pun sepi karena sekarang hampir mau tengah malam. Ibunya pun tidak melarang. Karena ia khawatir setelah melihat Luhan kesakitan.

"Sehun, Luhan kenapa?!"

"Aku tidak tahu. Dia sudah kesakitan di pintu"

"Pasti ada sebabnya Sehun!"

Sehun tak menjawab. Ia tidak mungkin untuk membicarakan ini pada ibunya. Luhan begini karena mereka awalnya bertengkar. Tapi sungguh, Sehun tidak tahu apa yang menyebabkan Luhan kesakitan. Ia tidak melihatnya.

"Apa kamu bertengkar lagi dengannya?" Sohye menatap tajam ke arah Sehun yang tengah mengemudi.

"Cukup ibu. Aku tengah menyetir. Aku akan tidak pokus kalau ibu terus bertanya"

Akhirnya Sohye pun diam. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Luhan yang ada pangkuannya. Wajah pucat Luhan sangat membuat Sohye khawatir. Terlebih Luhan terus memegangi perutnya.

"Tahan ya nak" Ucap Sohye menenangkan sembari mengelus pipi Luhan.

"Hiks aku tidak kuat ibu"

Mobil yang di bawa Sehun terus melaju cepat sampai ia menemukan belokan untuk sampai di rumah sakit. Ketika sudah melihat gedung rumah sakitnya, Sehun langsung masuk dan memberhentikan mobilnya di depan pintu rumah sakit.

Sehun turun seraya memanggil suster yang tengah berjalan di arah pintu.

"Ada apa pak?"

"Tolong bantu istri saya"

"Baik pak"

Suster cepat berlari ke dalam rumah sakit untuk membawa kasur berodanya. Lalu ia kembali setelah mendapatkannya. Tak lupa juga ia meminta bantuan kepada suster yang lain.

"Tolong tidurkan istri anda disini" Ucap Suster ketika sudah sampai di depan mobil Sehun.

Sehun mengangkat Luhan ke kasurnya. Setelah Luhan berbaring disana, para suster itu mulai mendorongnya ke dalam rumah sakit. Sehun pun ikut ke dalam.

"Masuklah, ibu akan telpon Kai"

Mendengar hal itu, sontak Sehun berbalik dan menghampiri ibunya yang tengah memegang ponsel. Lalu ia mengambilnya.

"Jangan telpon dia. Apalagi menyuruhnya untuk kesini"

"Kenapa? Dia bisa membantumu Sehun!"

Mata Sehun mulai memerah. Ia menatap ibunya seakan memberitahunya untuk menurutinya sekarang.

"Kumohon jangan panggil dia" Sehun berusaha memelankan suaranya. Ia tidak mau memancing keributan disini.

"Iya kenapa? Jawab ibu dengan jelas"

"Kai mencintai Luhan"

Sohye tak bergeming. Wanita paruh baya itu menatap kedua mata anaknya dengan teliti. Ia hanya ingin membuktikan bahwa Sehun bercanda. Tidak mungkin Kai mencintai istri kakaknya sendiri. Sohye tidak mempercayai itu.

"Jangan bohong Sehun. Ibu tidak akan percaya padamu"

"Kumohon ibu. Aku serius"

Dengan cepat Sohye menggeleng. Ia mencoba untuk mengambil kembali ponselnya di tangan Sehun. Tapi Sehun dengan tidak sadar langsung membantingnya ke lantai.

"Apa yang kau lakukan?!" Sohye akan mengambil ponselnya yang di banting. Tapi Sehun langsung menahan tangannya.

"Jangan coba-coba untuk menelponnya kemari"

"Apa kau tengah mengancam ibu, Sehun? Ibu tidak takut. Silahkan saja ancam ibu"

Sehun terdiam sejenak. Ia sadar bahwa ia salah melakukan ini pada ibunya. Tapi kalau ibunya terus memaksa, Sehun bisa apa. Ia benar-benar tidak ingin Kai datang kesini dan melihat kondisi Luhan yang seperti ini.

"Kenapa kamu berubah menjadi monster seperti ini? Siapa yang mengajarkanmu? Apa wanita jalang itu yang mengajarkanmu?" Tanya Sohye bertubi kepada Sehun yang terlihat seperti putus asa.

"Aku sudah tidak ada urusan lagi dengannya"

"Tidak mungkin. Waktu itu pun ibu mendengar jelas kau sangat ingin melindunginya ketika ibu menyuruhnya untuk ke apartemen"

Karena malas dengan ucapan ibunya. Ia lebih baik masuk ke dalam rumah sakit dan mengikuti Luhan. Ibunya mencoba menahan. Tapi Sehun langsung menepisnya. Dan terus berlari ke dalam rumah sakit mencari suster yang membawa Luhan.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang