Masa lalu

1.3K 158 15
                                    

Luhan berjalan menghampiri Irene. Tanganya ingin sekali menampar atau tidak menjambak rambut Irene dengan kasar. Karena cerita Irene tadi sangat membuat Luhan marah.

"Memang kenapa kalau aku picik? Toh hubunganku dengan Sehun sudah berakhir. Kamu pasti senang bukan?" Irene mendorong pundak Luhan. Tubuh Luhan terlihat mundur karena dorongan Irene.

"Jadi ini dirimu yang asli?"

"Apa maksudmu?"

"Irene yang selama ini terlihat polos itu, ternyata hanya topeng?"

Napas Irene terengah-engah. Sekarang tangan Irene tak segan-segan menjambak rambut panjang Luhan dengan kasar.

Seulgi yang melihat perlakuan temannya itu langsung melerainya. Ia melepaskan tangan Irene dengan kasar. Lalu Seulgi menampar Irene dengan kasar. Sekasar jambakan Irene pada Luhan.

"Apa kamu tidak tahu malu? Kamu sudah mencoba merebut suaminya, lalu sekarang menjambak istrinya? Kamu gila Irene?"

Irene yang mendapat tamparan kasar dari Seulgi itu hanya diam. Tanganya terus memegangi pipinya yang panas. Dan Luhan yang melihat itu pun kaget. Tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Kepalanya pun masih sakit akibat jambakan Irene.

Kepala Seulgi menoleh ke samping untuk melihat Luhan.

"Bu, maafkan teman saya. Apa masih sakit?" Tanya Seulgi khawatir. Tapi Luhan langsung tersenyum simpul sembari menggelengkan kepalanya.

"Saya tidak apa-apa"

"Kalau begitu, mari saya antar ke kamar anda"

Luhan menerima ajakan Seulgi. Lalu keduanya mulai berjalan keluar toilet. Meninggalkan Irene yang masih terdiam disana.

-

Seulgi mengantarnya sampai kamar. Melihat kedatangan Luhan pun, Kai langsung berdiri dan menghampiri Luhan yang sempat di bopong Seulgi.

"Kamu kok lama banget? Kamu tidak apa-apa kan?" Kai memegangi tangan Luhan yang tengah mengelus rambut panjangnya.

"Aku tidak apa Kai"

Tangan Seulgi mulai terlepas ketika Kai mulai membawa Luhan ke atas ranjang. Sebenarnya Seulgi ingin keluar saja, tapi Seulgi harus menyampaikan kembali informasi kepada Luhan tentang waktu usg.

Seulgi menghampiri Luhan. Tapi Kai langsung melihatnya sinis.

"Ada apa lagi dok?"

"Tidak, saya hanya ingin mengingatkan bu Luhan. Nanti jam 8 pagi, ibu harus menjalankan usg kehamilan"

Kening Luhan berkerut. Darimana Seulgi tahu kalau ia hamil. Tapi Luhan langsung berfikir positif. Mungkin ketika ia tertidur, mertuanyalah yang memberitahu Seulgi.

"Baik dok"

"Baiklah kalau begitu. Saya permisi ya"

Belum sempat Seulgi berjalan, Luhan sudah menahan tangan Seulgi. Bukan apa-apa, Luhan hanya ingin tahu akan suatu hal. Mungkin Seulgi bisa memberinya informasi.

"Ya? Ada yang ingin anda-"

"Tidak. Saya hanya ingin menanyakan suatu hal"

Mata Seulgi mengerjapkan beberapa kali. Entah kenapa jantungnya jadi berdebar. Padahal ia seorang dokter, yang tugasnya memang harus melayani pasiennya.

"Tanya apa?"

"Kamu berteman dengan Irene dari sejak kapan?"

"Sudah dari smp. Memang kenapa?"

Kai yang berada di samping Luhan hanya diam dan menyimak. Jujur, ia kaget ketika Luhan menyebutkan nama Irene. Tapi ia berusaha tenang dan mendengarkan dulu, apa yang akan dibahas Luhan.

"Sudah lama berarti. Tapi maaf kalau saya tidak sopan. Apakah sikap Irene dari dulu memang seperti itu? Selalu menggoda pria?"

Awalnya bibir Seulgi tak bergeming. Ia sebenarnya tidak mau menjawab. Tapi setelah di pikir kembali, akhirnya Seulgi pun mau menjawab. Memang mungkin, ia tidak akan menjelaskannya sepenuhnya pada Luhan.

"Setahu saya, Irene tidak seperti itu. Dari smp pun Irene tidak pernah melakukan hal semacam ini. Tapi setelah aku mendengar cerita dari orang lain. Ternyata ibunya Irene pun punya sifat yang sama seperti Irene sekarang. Jadi aku berasumsi bahwa, sifat Irene yang sekarang mungkin menuruni sifat ibunya" Seulgi berbicara panjang. Dan Luhan yang mendengarkan itu mulai paham. Tak terkecuali Kai. Pria itu pun seraya mengangguk ketika mendengarkan cerita Seulgi.

"Jadi, sifat pelakor Irene itu turun dari ibunya?" Celetuk Kai sembari menatap Seulgi penuh rasa tanya. Otomatis Luhan pun langsung mencubit tangan Kai karena terlalu ceplas-ceplos ketika bertanya.

"Iya. Mungkin bisa dikatakan seperti itu"

"Maaf yah. Saya tidak bermaksud seperti itu"

"Tidak apa-apa. Kalau sudah selesai, bolehkah saya pamit?"

"Tentu"

Kaki Seulgi mulai memutar arah. Ia berjalan keluar. Meninggalkan Luhan dan Kai disana berdua.

Setelah Seulgi benar-benar pergi. Luhan mulai menyenderkan punggungnya di dinding ranjang. Ia menghela napas. Otaknya kembali memikirkan ucapan Seulgi.

Kai yang peka akan hal itu pun langsung memegang sebelah tangan Luhan.

"Kamu lagi mikirin apa sih? Tapi kuharap kamu tidak memikirkan hal lain selain tentang usgmu nanti" Ucap Kai lembut sembari mengelus tangan Luhan.

"Iya, benar juga. Siapa nanti yang akan menemaniku usg"

"Aku" Kai tersenyum ke arah Luhan.

Seharusnya Sehun yang menemaninya. Tapi tak ada salahnya juga jika Kai yang menggantikan Sehun. Toh, hanya usg. Sehun pun mungkin tidak akan keberatan dengan itu.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang