0.24 𝐓𝐞𝐬𝐭𝐩𝐚𝐜𝐤

2K 202 39
                                    

Luhan berpikir sembari menahan mualnya. Ia memang telat datang bulan karena mungkin makannya yang tidak teratur. Untuk yang paling positif mungkin Luhan berpikir kalau ini masuk angin. Dan semoga itu benar.

"Tidak mungkin" Tangannya terus menutupi mulutnya. Ia sudah coba tahan tapi tidak bisa. Rasa mual itu benar-benar menguasai tubuhnya.

"Kapan kita terakhir melakukannya? Atau kapan kamu terakhir datang bulan?"

Bibir Luhan terus muntah. Dan mengabaikan pertanyaan Sehun yang benar-benar tidak membantunya sekarang. Luhan melepaskan tangan Sehun yang ada di belakang lehernya.

"Aku mau pul- hoekk"

"Iya, ayo kita pulang"

Sehun langsung berpindah duduk ke depan dengan Luhan. Tadinya Sehun menyuruh istrinya itu untuk duduk di belakang, tapi Luhan tidak mau. Dan tetap ingin duduk di depan dengannya. Ya karena sudah begitu maunya, Sehun langsung menjalankan mobilnya ke arah apartemen.

Selama di jalan. Rasa mual Luhan perlahan hilang dan itu membuat Luhan sedikit tenang. Sehun yang di sebelahnya pun hanya bisa melirik sekilas. Lalu mengelus rambut Luhan. Dan jujur, entah kenapa ia tidak suka Sehun menyentuhnya.

"Jadi kapan kamu terakhir datang bulan? Kalau tentang berhubungan intim, kurasa sudah lama kita tidak melakukannya"

"Itu karena kamu terus bersama Irene"

"Iya, aku salah. Tapi kan tadi aku sudah mencoba memintanya padamu. Dan kamu malah berontak tidak mau" Sindir Sehun sembari melirik sekilas Luhan yang tengah cemberut dengan pandangannya ke arah jalan.

"Dan yang harus kamu tahu, aku tidak yakin kalau aku hamil, Sehun"

"Tidak apa. Nanti kita beli testpack buat kamu" Sehun tersenyum. Sebelah tangannya pun mulai mengusap perut rata Luhan yang entah memang ada calon bayinya atau tidak. Tapi walaupun begitu, Sehun tetap senang. Karena kalau Luhan hamil, ia tidak akan melepaskan Luhan bagaimana pun caranya.

Mobil Sehun tiba-tiba berhenti di depan apotek. Otomatis kening Luhan berkerut. Dan setelah mengerti, matanya mengerjap beberapa kali. Ternyata Sehun tidak bohong. Ia menepati akan membelikannya testpack.

"Ayo turun"

"Kamu aja yang beli. Aku malas keluar"

"Yasudah, tunggu sebentar"

Sehun keluar dari mobil. Ia masuk ke dalam apotek untuk membeli testpack. Luhan yang di dalam mobil hanya bisa menghela napas. Kenapa suaminya itu sangat bersemangat ketika hanya mual. Toh belum tentu hamil juga. Tapi kalau mualnya itu terbuktikan oleh testpack, mau tidak mau Luhan akan terus bersama Sehun.

Selesai membeli, Sehun masuk lagi ke dalam mobil. Ia memberikan kantung plastik berisi testpack itu ke Luhan. Dan Luhan mengambilnya. Mengeluarkan testpack yang ada di kantung plastik itu dengan was was.

"Kalau sampai apartemen. Kamu harus langsung coba"

"Kamu bawel ih"

"Kan aku tidak sabar sayang"

Luhan hanya mendelik. Lalu memasukan testpack itu ke dalam tas kecilnya. Berbeda dengan Sehun. Pria itu hanya tersenyum dengan senang sembari menjalankan mobilnya.

 Pria itu hanya tersenyum dengan senang sembari menjalankan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Sampai di basement, Luhan langsung turun dari mobil. Kakinya langsung berjalan cepat ke arah lift dan meninggalkan Sehun yang berjalan santai ke arah lift.

"Tunggu aku sayang"

Pintu lift hampir tertutup. Tapi untung, Sehun dengan cepat masuk ke dalam lift. Ia berdiri di sebelah Luhan dengan senyumannya.

"Kamu jangan cemberut terus"

"Apasih"

"Aku tahu kok kenapa kamu jutek. Pasti itu bawaan dari kehamilanmu Luhan"

Mendengar itu, Luhan mendengus kesal. Ia berharap liftnya cepat sampai di lantai 9. Karena ia benar-benar tidak suka dekat dengan Sehun.

Pintu lift terbuka di lantai 9. Mereka berdua keluar dari lift dan berjalan ke arah ke arah kamar apartemennya. Setelah membuka passwordnya, Luhan buru-buru membuka pintunya dan masuk ke dalam apartemen.

"Sayang, jangan lupa pakai testpacknya" Goda Sehun sembari menutup pintu apartemen.

Luhan menutup kedua telinganya. Lalu masuk ke dalam kamar meninggalkan Sehun sendiri.

-

Di kamar, Luhan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Bukan untuk menuruti kemauan Sehun, tapi ia juga penasaran dengan hasilnya. Bagaimana kalau ia memang benar hamil. Pasti Sehun akan bergembira.

Luhan mengeluarkan testpacknya yang ada di dalam tas. Hatinya mulai merasa resah.

"Maaf tuhan, tapi tolong beri aku hasil negatif sekarang"

Luhan membuka testpacknya. Ia mulai duduk di bangku toilet. Dan memakai testpacknya. Tak lama, ia pun selesai. Luhan langsung membersihkannya dan memakai celananya kembali.

"Bagaimana ini"

Luhan berdiri di depan cermin. Ia belum berani melihat hasilnya. Tapi semoga apa yang diharapkannya terkabul.

"Sayang, gimana? Apa hasilnya?" Ucap Sehun di luar kamar mandi.

Sebelum membuka pintunya, Luhan sempat berpikir. Daripada ia yang harus melihat langsung. Mending Sehun yang melihatnya. Sekarang, apapun hasilnya, Luhan akan mencoba menerima.

Pintu kamar mandi terbuka. Disana sudah ada Sehun dengan wajah berseri-serinya.

"Bagaimana? Apakah hasilny-"

"Ini lihatlah sendiri" Luhan memberikan testpacknya ke Sehun. Sungguh, hatinya sangat berdebar ketika Sehun mulai melihat hasil testpacknya.

Luhan terus memperhatikan raut wajah Sehun. Sampai akhirnya ia terkejut dengan raut wajah Sehun yang terlihat Senang.

"Terima kasih, sayang"

"Apa maksudmu?"

Sehun menunjukkan hasil testpacknya ke arah Luhan. Dan Luhan kaget ketika melihat hasilnya positif.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang