0.20 𝐑𝐚𝐢𝐬𝐨𝐧

1.9K 203 34
                                    

Mobil Sehun berlaju cepat entah bertujuan kemana. Hatinya benar-benar kacau. Baru kali ini Sehun merasakan di sia-siakan. Terlebih rasa sayangnya yang selama ini Sehun pupuk untuk Irene. Wanita itu dengan teganya menjadikannya cadangan untuk melampiaskan segala sesuatunya padanya.

"Luhan"

Entah kenapa Sehun sangat membutuhkan Luhan saat ini. Pelukannya mungkin akan menenangkannya. Tapi itu sudah menjadi bayangan saja untuk Sehun. Setelah menyakiti Luhan tadi pagi, masih bisanya ia menyebutkan nama istrinya itu dengan jelas. Sehun menganggap dirinya sangat tidak tahu diri.

Tidak punya tujuan akan kemana. Sehun datang kembali ke rumah Kai. Sehun tidak berani datang ke apartemen karena ia takut kalau ibunya ada disana. Dan menyaksikanya dengan keadaan menyedihkan seperti ini.

Di rumah Kai, Sehun turun dari mobilnya. Duduk di pinggir pintu rumah Kai. Ia terlalu pengecut untuk bertatap muka dengan Kai. Jadi Sehun memilih diam dan menunduk dengan matanya yang memerah.

"Ngapain kau datang lagi kesini?"

Sehun melirik ke sebelah. Lalu mendongak melihat Kai yang tengah melihatnya dengan wajah tak perduli.

"Izinkan aku menginap di rumahmu semalam"

"Rumahku bukan tempat yang bisa seenaknya kau tinggali. Lagi pula kau punya apartemen, kenapa kau tidak kesana?" Ucap Kai acuh sembari berjalan membuka pintu rumahnya.

"Kumohon, aku akan membayarmu berapapun"

Kai mendengus. Ia melihat saudaranya itu dengan tatapan malas. Apalagi kalau ingat perlakuan Sehun kepadanya tempo lalu. Yang mengusirnya dari apartemen dengan tidak sopan. Mungkin kalau Kai tidak punya rasa kasihan, ia sudah memperlakukan Sehun sebagaimana Sehun memperlakukannya.

"Kenapa kau selalu menyelesaikan masalahmu dengan uang? Apakah uang sudah segala-galanya bagimu?"

"Aku minta maaf"

"Sudahlah, kau pergi saja. Aku juga tidak butuh uangmu untuk membayar tidurmu disini" Kai mencoba menutup pintunya. Tapi dengan cepat Sehun berdiri, lalu menahannya. Untuk kali ini, Sehun benar-benar butuh pertolongan Kai.

"Apa kau tuli? Pergi sana"

Mau di usir berapa kali pun. Tetap, Sehun tidak akan pergi dari sana. Kalau perlu, ia akan mengemis pada Kai untuk mengizinkannya tidur di rumahnya semalam.

Mau tidak mau Kai membiarkan Sehun masuk ke dalam rumahnya. Bukan karena iba. Ia hanya menuruti apa keinginan ibunya. Tadi setelah Sehun pergi dari rumahnya, Sohye mengirimi Kai pesan. Dalam pesan itu, Sohye menyuruh Kai untuk menjaganya bila bertemu. Dan ucapan itu pun terjadi.

Setelah masuk, Kai langsung menutup pintunya. Lalu masuk ke kamar mengambil bantal dan selimut kecil dan memberikannya pada Sehun.

"Aku hanya akan memberimu itu. Kalau kau lapar, beli saja sendiri"

Sehun hanya menunduk tak menjawab. Bibirnya itu tak bergeming. Matanya pun merah karena tak kuat menahan tangis.

Kai yang mudah peka pun melihat Sehun. Ia tidak tahu apa yang Sehun lakukan sekarang. Apa itu sandiwara atau tengah drama agar mendapatkan kebaikannya.

"Kau kenapa?"

"Apa ini karma?"

Kening Kai berkerut.

"Apa maksudmu?"

"Apakah ini karma instan untukku dari penderitaan Luhan?"

Mendengar nama Luhan. Kai pun mengerti alur pembicaraan Sehun. Mungkin Sehun tengah merasakan ketidak pedulian, di sia-siakan, dan mungkin yang terakhir di campakkan. Kai memang tidak tahu bagaimana awalnya. Tapi ya kalau sudah terjadi begini, Kai bisa apa. Ia hanya bisa menyaksikannya.

"Apa kau baru mengutarakan penyesalanmu?"

"Entahlah"

"Dasar idiot"

Kai merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Setelah membuka layarnya, Kai mengirim pesan singkatnya kepada Sohye. Setelah terkirim. Kai menunggu beberapa saat. Lalu pesan baru masuk lagi ke ponselnya. Disana Sohye berkata Kai harus menjaga Sehun. Karena ia tengah di jalan menuju rumah Luhan. Otomatis Kai bingung. Untuk apa ibunya itu ke rumah Luhan.

"Heh kenapa ibu ke rumah Luhan? Kau tidak bertengkar dengannya bukan?"

Sehun mengusap wajahnya. Permasalahan ini sangat membuatnya tersiksa. Belum Irene yang berselingkuh. Belum juga nanti ibunya yang akan bertemu Luhan.

"Kumohon jangan bahas itu dulu"

"Tidak usah mengaturku. Kau disini menumpang, jadi kau harus menjawab pertanyaanku"

Mau tidak mau Sehun harus bercerita pada saudaranya itu. Apa yang dilakukan ibunya tadi sebelum membuat keputusan untuk ke rumah Luhan. Sehun pun menghela napas.

"Tadi siang ibu datang ke rumah, dan ibu heran kenapa tidak ada Luhan di rumah. Aku jujur pada ibu kalau Luhan pulang ke rumahnya. Ibu khawatir. Dan aku bilang pada ibu kenapa Luhan sampai pulang. Karena aku selingkuh"

Semua tubuh Kai terdiam. Matanya pun tak lepas pandang dari Sehun. Ia memang percaya kalau Sehun tidak mengada-ngada. Karena pasti permasalahannya tidak akan jauh dari itu. Tapi kalau Luhan sampai pulang, berarti tidak hanya itu yang Sehun bahas bersamanya. Pasti ada hal yang lebih parah.

"Aku tidak mengerti lagi padamu"

"Aku tidak menyayanginya setelah aku punya Irene. Entahlah dia begitu membuatku bosan"

"Kau bohong. Rasa sayang bisa tumbuh lagi jika kamu memang berniat dengan pada Luhan. Tapi aku tidak mengerti dengan kata bosan. Padahal kau yang membuat Luhan terasing di apartemenmu. Mungkin kalau Luhan disini, aku yakin. Luhan pun akan menjawab hal yang sama" Kai berjalan ke kamarnya. Tak peduli apa tanggapan Sehun tentang ucapannya. Karena kalau tidak seperti itu. Sehun akan terus besar kepala. Dan ia akan berpikir kalau Luhan akan terus memujanya walaupun ia sudah melakukan hal yang jahat.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang