Pilihan

1.5K 171 18
                                    

"Ck, ngapain sih kamu diam disitu?!" Yoona membuang tissuenya ke tong sampah. Lalu berjalan keluar sembari menarik Kai. Karena tidak sopan berdiri di depan toilet wanita.

"Ayo Kai"

"Ka-kamu duluan saja" Kai melepaskan pegangan tangannya. Dan berpura-pura berjalan ke toilet pria yang ada di sebelah.

"Terserah"

Setelah Yoona pergi. Kai masuk ke dalam toilet wanita. Ia membuka semua pintu toilet disana. Untung tidak ada siapa-siapa, dan hanya ada Luhan sendiri.

"Kamu ngapain disini?" Kai memelankan suaranya.

"Se-sehun diundang makan malam oleh kliennya disini"

Kai merasakan aura gugup dari Luhan. Mungkin Kai juga merasakan. Tapi lebih dominan canggung, karena jaraknya dengan Luhan sangat dekat. Bahkan aroma parfum Luhan bisa tercium oleh hidung Kai.

"Ta-tadi pacar kamu?" Tanya Luhan sembari menatap wajah Kai penuh rasa ingin tahu.

"Yoona maksud kamu? Bukan, dia itu teman kuliahku"

"O-oh oke"

Entah kenapa Luhan merasa lega bahwa wanita tadi bukan pacarnya Kai. Tapi sebenarnya bukan urusannya juga, mau Kai punya pacar atau tidak. Karena kalau pun belum pun, Luhan tidak akan bisa bersama Kai. Karena ia sudah punya Sehun.

Suasana disana pun berubah jadi hening. Kai pun enggan untuk keluar. Ia terus menatap Luhan, seakan ingin mendekatkan diri dan memeluk wanita itu dengan erat.

"Kai aku ha-"

"Luhan" Panggil Sehun di luar toilet.

Mendengar itu pun, Kai buru-buru menarik Luhan ke dalam toilet lain. Ia menutup dan mengunci pintunya dengan cepat.

Sehun yang mendengar itu pun mengintip ke dalam toilet. Tapi tidak menemukan Luhan. Namun ada satu pintu yang menutup, mungkin Luhan disana.

"Sayang? Kamu masih di dalam?"

"I-iya Sehun. Perutku terasa tidak enak" Jawab Luhan di dalam.

"Aku tunggu ya"

"Tidak usah. Kamu kesana saja duluan"

"Yakin?"

"Iya ih" Luhan memakai nada kesal agar Sehun cepat pergi. Dan benar, Sehun pun mulai berjalan pergi menjauh dari toilet wanita. Ia kembali ke ruangan VIP nya sendiri.

Mendengar langkah Sehun yang mulai menjauh. Luhan sedikit menjauh dari Kai. Tapi Kai yang tidak mau. Ia menarik Luhan untuk duduk di pahanya. Karena Kai tengah dalam posisi terduduk di atas bangku toilet.

"Ayo kita keluar Kai" Bisik Luhan sembari mencoba melepaskan tangan Kai di pinggangnya.

"Hanya sebentar Lu"

Luhan pun menurut. Ia duduk di atas paha Kai. Kedua tangannya ia taruh di atas pundak Kai. Kedua mata mereka bertatapan.

"Luhan, apa kamu menyadari sesuatu?"

"Apa?"

"Hatiku berdebar ketika berdekatan denganmu"

Bibir Luhan tidak bergeming. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sungguh, ia tidak bisa menatap Kai. Karena hatinya pun merasakan hal yang sama.

"Aku menyayangimu Luhan. Mungkin kalau aku jahat, aku sudah mengambilmu dari Sehun dan membawamu jauh-jauh"

Luhan kembali menatap Kai. Matanya mulai panas. Tapi ia coba untuk menahannya.

"Kamu harus membuang perasaan itu Kai"

"Kenapa? Aku tahu kamu tidak nyaman dengan Sehun, Lu"

"Aku sedang hamil. Dan aku tidak bisa menceraikan Sehun"

"Apa?"

Bibir Luhan mulai terisak. Ia tidak tahan. Luhan juga mencoba untuk melepaskan tangan Kai. Tapi tetap tidak bisa. Kai memeluknya sembari menatapnya nanar.

"Begitukah? Selamat ya"

Kai melepaskan pelukannya. Keduanya berdiri. Tapi Kai lebih dulu membuka kunci pintunya. Lalu keluar. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat Sehun yang tengah bercermin di depan kaca toilet.

"Oh? Kalian sudah berpacarannya?" Sehun berbalik. Menatap keduanya dengan tajam.

"Sehun, tolong jangan marahi Lu-"

"Jangan menyangkalnya. Aku tahu apa yang kalian bicarakan tadi"

Sehun berusaha setenang mungkin. Ia juga berbicara tanpa amarah. Matanya menatap Luhan dengan tajam. Istrinya itu hanya menunduk.

"Jadi kamu masih tetap ingin menceraikanku Luhan?"

Luhan menggeleng. Wanita itu tidak bisa menatap Sehun. Ia sangat takut. Tapi Kai langsung menggenggam tangan Luhan.

"Luhan hanya berbohong. Ia menggeleng bukan karena tidak mau. Luhan hanya takut nanti kau memarahinya"

"Benarkah?"

"Iya, Luhan pasti ingin menceraikanmu. Karena dia sangat tersiksa hidup bersama pria sepertimu"

Luhan tak bergeming. Wanita itu hanya menangis sembari memegangi perutnya. Sebenarnya ia tidak terima dengan ucapan Kai. Tapi mau bagaimana lagi, ia juga tidak bisa berkata apa-apa.

Kaki Sehun berjalan selangkah ke depan. Ia mengulurkan tangannya di hadapan Luhan.

"Kalau kamu sayang dengan anak di perut kamu, ayo kita pulang. Aku tidak akan memarahimu"

"Jangan Luhan. Aku tahu watak Sehun seperti apa. Jadi diamlah, aku akan mengantarkanmu ke rumah ibu"

Sehun tersenyum kecut. Kali ini ia benar-benar memakai kesabaran extranya untuk menghadapi Kai dan juga Luhan.

"Maaf Kai"

Tangan Luhan meraih tangan Sehun. Ia melepaskan genggaman tangan Kai. Lalu berjalan ke arah Sehun.

"Ayo kita pulang"

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang