Motor Kai sampai di officetell. Luhan turun dari motor terlebih dulu. Kakinya berjalan masuk ke dalam officetell. Ia mendekati wanita penjaga officetell yang tengah berdiri.
"Ada yang bisa saya bantu, bu?"
"Ah, tolong.."
"Tolong sembunyikan nomor kamar bu Luhan" Celetuk Kai yang berjalan dari arah pintu.
Raut wajah wanita itu mulai berubah kebingungan. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menelaah ucapan Kai.
"Bagaimana pak maksudnya?"
"Iya, tolong jangan beri tahu siapa pun tentang nomor kamar Luhan. Karena saya takut ada orang jahat yang tiba-tiba datang, lalu menanyakan nomor kamar Luhan" Jelas Kai seraya melihat Luhan sekilas.
Mendengar tutur kata Kai, Luhan sempat terdiam. Orang jahat yang di maksud Kai pasti Sehun. Ada rasa tidak terima ketika Kai menyebut Sehun orang jahat. Karena bagaimana pun, Sehun adalah ayah dari anaknya kelak.
"Oh, baik pak"
"Terima kasih"
Kai menggenggam tangan Luhan. Ia membawanya ke arah lift. Setelah masuk lift, mereka langsung menuju lantai 3. Dimana kamar Luhan berada.
"Lu, nanti kalau kamu sudah di kamar, jangan kemana-mana ya. Aku khawatirnya Sehun datang, lalu membawamu pergi"
Luhan melepaskan genggaman tanganya.
"Sepertinya tidak mungkin, Kai. Karena Sehun tidak punya alasan untuk membawaku pergi. Secara kita bukan suami istri lagi" Tatapan Luhan lurus. Kedua tangannya mulai mengelus perut besarnya.
"Memang, tapi anak yang kamu kandung itu anak Sehun. Bisa saja Sehun beralasan karena an-"
"Maaf, Kai. Tapi bisakah kamu tidak berpikiran negatif tentang Sehun?"
Luhan mengalihkan pandangannya pada Kai. Matanya menatap Kai tajam. Entahlah, ia merasa, Kai sudah mulai posesif terhadapnya. Padahal kalau Luhan kasar, mungkin ia akan terang-terangan pada Kai bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa. Tapi Luhan tidak bisa.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai 3. Kaki Luhan langsung berjalan keluar tanpa menunggu Kai. Ia berjalan ke arah kamarnya yang berada di ujung. Tentu, Kai mengikutinya.
Di depan pintu, Luhan mulai membuka kuncinya. Kai sempat menahan, tapi langsung Luhan tepis. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Tak memperdulikan Kai yang ada di luar.
"Aku tidak bermaksud seperti itu, Luhan"
Tak ada jawaban. Namun, Kai mendengar hantaman pintu di dalam. Mungkin Luhan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Sebenarnya, Kai sangat ingin menunggu Luhan sampai keluar. Tapi ia tidak bisa. Ia tetap harus keluar, karena punya urusan. Mau tidak mau, Kai pun mulai berjalan meninggalkan Luhan di kamarnya sendirian. Kai mulai masuk ke dalam lift dan langsung menuju lantai awal.
-
Sampai di lantai awal. Kai langsung keluar officetel. Ia menaiki motornya. Menyalakannya dan langsung membawa motornya itu menjauh dari officetell.
Setelah beberapa menit motor Kai pergi. Muncul motor Taemin dan juga mobil Sehun disana. Motor dan mobil mereka pun terparkir bersama. Taemin turun dari motor, namun langkahnya terhenti ketika ada wanita paruh baya yang menghampirinya.
"Hei, Taemin"
Otomatis Taemin langsung menoleh dan mendapati Sohye yang mulai berdiri di sampingnya. Tentu ia tahu. Ia adalah ibunya Kai. Lalu tubuhnya sedikit membungkuk.
"Bibi, bagaimana kabarmu? Dan tumben bibi datang kesini?"
"Bibi, baik. Oh iya, ada yang harus bibi tanyakan padamu" Raut wajah Sohye mulai serius.
"Tentu. Tanyakan saja"
Tak lama, Sehun pun turun dari mobil. Dan itu menyita pandangan Taemin.
"Apa benar, Luhan tinggal disini?"
"Luhan? Oh, iya benar bi. Mungkin ada 6 bulan Luhan tinggal disini"
"Syukurlah. Apa Kai yang membawa Luhan kesini?"
Taemin menggangguk. Pandangannya pun sesekali melirik Sehun yang ada di belakang Sohye.
"Dimana kamar Luhan?"
"Ada di lantai 3, nomor 20 bi"
Mendengar itu. Sehun pun langsung masuk ke dalam officetell dengan kotak sepatu di tangannya. Sohye yang berusaha memanggilnya pun diabaikan.
-
Sehun masuk ke dalam lift. Ia langsung menuju lantai 3. Hatinya sedikit berdebar. Ketika tahu Luhan benar-benar tinggal disini.
Ting
Pintu lift terbuka. Kaki Sehun langsung berjalan keluar. Ia terdiam sejenak sembari memperhatikan nomor kamar disana. Matanya terus mencari nomor 20. Hingga akhirnya ia menemukan nomor 20 di ujung lorong.
Sehun berjalan perlahan ke ujung lorong. Sampailah sekarang ia di depan pintu kamar Luhan. Sehun menaruh kotak sepatunya di depan pintu kamar. Sebelum menampakkan diri, Sehun hanya mengetuk pintu kamar itu lalu bersembunyi di tempat kosong yang ada di lorong.
"Tunggu sebentar" Ucap Luhan di dalam.
Pintu mulai terbuka. Disana Luhan muncul dengan wajah bingungnya.
"Loh? Kok tidak ada orang" Luhan melirik kanan dan kiri, tapi tetap tidak ada orang. Sampai akhirnya pandanganya menemukan sebuah kotak sepatu di depan pintunya.
"Loh.. ini kan"
Luhan meraih kotak sepatu tersebut. Ia membuka kotak sepatunya. Disana ada sepasang sepatu miliknya.
"Ini punyaku"
Tak lama, sebuah suara menginterupsi kegiatan Luhan.
"Jadi benar ini kamarmu?"
Refleks Luhan menoleh dan menemukan Sehun yang tengah berdiri di arah lorong.
"S-sehun"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]
Romance"𝐖𝐚𝐥𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢𝐤𝐮, 𝐞𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐒𝐞𝐡𝐮𝐧" -𝐋𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐑𝐚𝐧𝐤 #1 𝐇𝐮𝐧𝐡𝐚𝐧 𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐮 𝐠𝐮𝐲𝐬:) 𝐇𝐮𝐫𝐭 - 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞